Konteks Sosial Kognisi Sosial

2. Nilai-Nilai Berita

Nilai berita atau news values merupakan elemen-elemen dari berita sebagai dasar patokan bagi wartawan untuk memutuskan berita mana yang pantas untuk diliput, dan mana yang tidak. Meski menurut Downie JR dan Kaiser, istilah tersebut tidak mudah didefinisikan. Kriteria nilai umum berita, menurut Brian S. Brooks, George Kennedy, Darly M. M oen, dan Doen Ranly dalam “News Reporting and Editing” 1980:6-17 menunjuk kepada sembilan hal. Beberapa pakar lain menyebutkan, ketertarikan manusiawi humanity dan seks sex dalam segala dimensi dan manifestasinya, juga termasuk ke dalam criteria umum nilai berita yang harus diperhatikan dengan seksama oleh para reporter dan editor media massa. Sehingga terdapat 11 nilai berita, menurut AS Haris Sumadira dalam bukunya : Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature” yakni : a. Keluarbiasaan unsualness b. Kebaruan newsness c. Akibat impact d. Actual timelines e. Kedekatan proximity f. Informasi information g. Konflik conflict h. Orang penting prominence i. Ketertarikan manusiawi human interest j. Kejutan suprising k. Seks sex. 15 Dari 11 nilai berita menurut AS Haris Sumadira yang paling berhubungan dalam topik berita yang penulis yaitu Aktual, Kedekatan, Informasi

C. KONSEP DAKWAH

1. Pengertian Dakwah

Secara etimologi kata dakwah berasal dari bahasa Arab yang berarti panggilan, pengajakan, penyeruan, atau orang yang mengajak. Bila diurai menurut tata bahasa Arab kata dakwah berasal ةوعد ,وعدي ,اعد yang artinya menyeru, memanggil, mengajak dan menjamu. 16 Adapula pengertian lain mengatakan bahwa dakwah diambil dari kata da’a yang artinya memanggil, menyeru dan menghimpun manusia untuk suatu perkara dan menganjurkan mereka untuk mengamalkannya sebagaimana yang terdapat dalama QS. Yunus ayat 25 Artinya: “dan Allah menyeru manusia ke Darussalam surga, dan memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus Islam.” Sedangkan secara terminologi istilah kata dakwah memliki arti yang beragam. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan sudut pandang dan penafsiran yang dilakukan oleh 15 Ibid, h.80 16 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: PT Hidayah Karya Agung, 1989, h.128