Identifikasi Senyawa Hasil Modifikasi

37 37 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kan persa maa 10 Dengan pemisahan menggunakan kromatografi kolom didapatkan satu spot senyawa hasil amidasi dengan rendemen sebesar 20,92. Rendemen dihitung dengan mengguna n berikut : inhbisi = , = 20,92

4.2.1. Identifikasi Senyawa Hasil Modifikasi

Identifikasi senyawa hasil modifikasi dilakukan dengan penentuan nilai Rf, uji organoleptik, pengukuran titik leleh serta elusidasi struktur menggunakan IR, GCMS, 1 H-NMR dan 13 C-NMR. Identifikasi nilai Rf hasil reaksi amidasi dibandingkan dengan senyawa etil p-metoksisinamat dan asam p-metoksisinamat menggunakan eluen etil asetat dan n-heksan perbandingan 3:2 Lihat gambar 4.11. Nilai Rf yang didapatkan adalah sebagai berikut : Rf etil p-metoksisinamat : 0,825 Rf asam p-metoksisinamat : 0,575 Rf Senyawa Hasil Amidasi: 0,225 Berdasarkan nilai Rf, dapat diketahui kepolaran dari senyawa modifikasi. Etil p-metoksisinamat memiliki nilai Rf tertinggi 0,825 ini menunjukan bahwa senyawa tersebut memiliki polaritas yang rendah. Senyawa hasil hidrolisis etil p-metoksisinamat yaitu asam p- metoksisinamat memiliki nilai Rf 0,575 lebih polar dibandingkan dengan etil p-metoksisinamat karena ada pengurangan atom karbon pada gugus ester. Kemudian senyawa hasil reaksi amidasi memiliki nilai Rf 0,225 menunjukan bahwa pergantian gugus OH pada asam p-metoksisinamat dengan NH 2 dapat meningkatkan polaritas, seperti yang terlihat pada gambar 4.11. 38 38 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta A B C Gambar 4.12. KLT Senyawa APMS, EPMS dan Senyawa Hasil Amidasi Keterangan : A = Asam p-metoksisinamat B = Etil p-metoksisinamat C = Senyawa Hasil Reaksi Amidasi Selanjutnya hasil reaksi amidasi di identifikasi dengan melakukan identifikasi melting point serta uji organoleptik untuk melihat karakteristik dari senyawa tersebut, sehingga didapatkan karakteristik senyawa sebagai berikut : Warna : Putih kekuningan Bau : Tidak berbau Bentuk : Serbuk Titik leleh : 194°C-197°C Gambar 4.13. Senyawa Hasil Amidasi Elusidasi struktur senyawa hasil amidasi menggunakan FTIR didapatkan spektrum IR seperti pada gambar 4.13 dan pada tabel 4.1 39 39 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3 4 5 8 .5 2 3361.11 3 1 8 3 .6 5 1 7 3 3 .1 2 1 6 7 5 .2 5 1 5 9 8 .0 9 1 5 1 3 .2 2 1 3 8 6 .8 8 1 3 4 .9 1 2 5 3 .7 8 1 1 7 7 .5 9 1 1 1 2 .9 7 1 2 3 .2 8 9 4 .3 4 8 2 6 .5 3 7 6 8 .6 7 6 8 9 .5 8 6 1 .5 5 2 5 .6 2 4 7 8 .3 7 105 T 90 75 60 45 30 4000 3500 3000 2500 2000 1750 1500 1250 1000 750 500 amidasi-urea 1cm Gambar 4.14. Spektrum FTIR Senyawa Hasil Amidasi Gambar 4.15. Spektrum FTIR Senyawa EPMS Mufidah, 2014 Gambar 4.16. Spektrum FTIR Senyawa APMS Mufidah, 2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 40 40 Pada senyawa hasil amidasi, senyawa etil p-metoksisinamat dan senyawa asam p-metoksisinamat ditemukan pita serapan C-H aromatik pada masing-masing bilangan gelombang v 3183,65cm- 1 , v 3007,15 cm- 1 dan v 2974,36 cm- 1 . Sedangkan gugus aromatik para ditemukan pada bilangan gelombang v 826,53 cm- 1 , v 829,43 cm- 1 dan v 825,57 cm- 1 yang menunjukan bahwa ketiga senyawa tersebut mempunyai gugus aromatik para. Hal yang membedakan dari ketiga senyawa tersebut adalah bahwa pada senyawa hasil amidasi ditemukannya pita serapan C=O amida pada bilangan gelombang v 1675,52 cm- 1 , pita serapan C-N pada bilangan gelombang v 1253,78 cm- 1 dan pita serapan dari gugus NH 2 pada bilangan gelombang 3361,11-3458,52 cm- 1 . Sedangkan pada senyawa etil p-metoksisinamat dan asam p-metoksisinamat ditemukan pita serapan C-O ester dan alkohol pada masing-masing bilangan gelombang v 1367,59 cm- 1 dan v 1316,47 cm- 1 . Pada senyawa asam p-metoksisinamat ditemukan pita serapan OH bond pada bilangan gelombang v 2500-3000 cm- 1 sedangkan pada senyawa etil p-metoksinamat tidak ditemukan pita serapan tersebut. Tabel 4.1 Daftar daerah spektrum IR Senyawa Hasil Amidasi, APMS dan EPMS Ikatan Daerah Absorbansi v, cm- 1 Senyawa Amidasi APMS Mufidah, 2014 EPMS Mufidah, 2014 Aromatik Para 826,53 825,57 829,43 C=O 1675,52 1704,18 1690,68-1679,11 C-H 3183,65 2974,36 3007,15 NH 2 3361,11 3458,52 - - C-N 1253,78 C-O alkohol,ester - 1316,47 1367,59 OH - 3300-2500 - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 41 41 Gambar 4.17. Waktu Retensi GCMS Senyawa Hasil Amidasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 42 42 Gambar 4.18. Spektrum GCMS Senyawa Hasil Amidasi Analisis kedua dilakukan menggunakan GCMS, interpretasi GCMS menunjukan bahwa senyawa hasil amidasi muncul pada waktu retensi 10,905 dengan berat molekul 177 dan fragmentasi massa muncul pada 177, 161, 133, 103 dan 77, seperti yang terlihat pada gambar 4.15. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 43 43 Gambar 4.19. Pola Fragmentasi GCMS Senyawa Hasil Amidasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 44 44 Gambar 4.20. Spektrum 1 H-NMR Senyawa Hasil Amidasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 45 45 Gambar 4.21. Spektrum 13 C-NMR Senyawa Hasil Amidasi Analisa terakhir yang dilakukan adalah dengan 1 H-NMR dan 13 C-NMR dimana interpretasinya berupa pergeseran kimia δ dalam satuan ppm Pavia et al, 2008. Nilai pergeseran kimia adalah perbedaan resonansi frekuensi suatu inti terhadap standar. Dalam penelitian ini didapatkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 46 46 spektrum I H-NMR memberikan sinyal pada pergeseran kimia 3,83 ppm 3H dan muncul berbentuk singlet. Sinyal ini lebih ke arah downfield karena berikatan dengan oksigen -OCH 3 . Kemudian pada pergeseran kimia 5,54 ppm ditemukan sinyal berbentuk singlet yang merupakan proton dari amida NH 2 . Ditemukan juga sinyal pada pergeseran kimia 6,33 ppm 1H berbentuk doublet memiliki hubungan puncak dengan pergeseran kimia 7,62 1H berbentuk doublet karena kedua puncak ini memiliki nilai konstanta kopling yang sama yaitu 15,55 Hz. Hal ini menunjukan bahwa bentuk tersebut berupa olefin dengan proton terkonfigurasi trans. Pada pergeseran kimia 6,92 ppm – 7,47 ppm 4H merupakan proton-proton dari benzen dengan dua subtitusi. Pola sinyal ini menunjukan bahwa 2 proton yang sama terkopling secara ortho dengan 2 proton yang ekivalen lainnya, yang menunjukan bahwa sinyal ini adalah sinyak dari H 610 dan 79, untuk lebih jelasnya lihat tabel 4.2 dengan panduan gambar 4.18 Tabel 4.2 Data Pergeseran Kimia δ spektrum 1 H-NMR senyawa hasil amidasi CDCl 3 , 500 MHz Posisi Pergeseran Kimia δ, ppm Asam p-metoksisinamat Mufidah,2014 Senyawa Hasil Amidasi 1 - 5,54 s, 2H 3 7,63 d, 1H, J= 16,2 6,33 d, 1H, J=15,5 4 6,34 d, 1H, J= 16,2 7,62 d, 1H, J= 15,55 6 6,95 d, 1H, J= 9,1 6,92 d, IH, J=6,5 7 7,47 d, 1H, J= 9,1 7,47 d, 1H, J= 9,1 9 7,54 d, 1H, J= 9,1 7,47 d, 1H, J=9,1 10 6,95 d, 1H, J= 9,1 6,92 d, 1H, J=6,5 11 3,82 s, 3H 3,83 s, 3H J= 8,45 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 47 47 Tabel 4.3. Data Pergeseran Kimia δ spektrum 13 C-NMR senyawa hasil amidasi CDCl 3 , 500 MHz Posisi Pergeseran Kimia δ, ppm Etil p-metoksisinamat Mufidah, 2014 Senyawa Hasil Amidasi 1 60,77 dan 14,60 - 2 167,55 168,23 3 116,28 117,05 4 144,13 142,46 5 127,65 127,52 6 130,19 129,74 7 114,77 114,90 8 161,29 161,32 9 114,77 114,90 10 130,19 129,74 11 55,89 55,55 Dari data IR, GCMS, 1 H-NMR dan 13 C-NMR dapat disimpulkan bahwa senyawa yang terbentuk dari reaksi amidasi asam p-metoksisinamat dengan urea adalah senyawa para metoksisinamamida C 10 H 11 NO 2 Gambar 4.22. Senyawa para metoksisinamamida UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 48 48 4.3. Pengujian Aktivitas Antiinflamasi dan Hubungan Struktur Aktivitas Senyawa Hasil Modifikasi Inflamasi sering dikaitkan dengan rasa sakit dan melibatkan kejadian seperti peningkatan permeabilitas pembuluh darah, peningkatan denaturasi protein dan alterasi membran. Ciri-ciri jaringan yang telah rusak salah satu penyebabnya diakibatkan oleh adanya denaturasi protein Umapathy et al, 2010. Pada penelitian ini, uji aktivitas antiinflamasi in vitro dengan prinsip denaturasi William et al., 2008 dipilih untuk melakukan skrining awal antiinflamasi pada senyawa hasil modifikasi. Uji aktivitas antiinflamasi dilakukan pada senyawa para metoksisinamamida serta dibandingkan dengan asam p-metoksisinamat dan etil p-metoksisinamat dengan natrium diklofenak sebagai kontrol positif. Uji inhibisi denturasi protein BSA Bovin Serum Albumin dengan rentang uji 50-0,035 pm yang dapat memberikan inibisi 20 dianggap memiliki aktivitas antiinflamasi yang potensial Williams et al, 2008. Natrium diklofenak aktif dalam memberikan aktivitas sebagai antiinflamasi dimulai dari konsentrasi 10 ppm dengan persen inhibisi 24,93 dan pada konsentrasi 100 ppm dapat menghambat denaturasi protein sebesar 93,43 Lihat tabel 4.4. Senyawa para metoksisinamamida merupakan hasil reaksi amidasi dari asam p-metoksisiniamat. Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa senyawa ini mulai menunjukan aktivitas antiinflamasi pada konsentrasi 0,1 ppm yaitu dengan presentase inibisi 33,17 sedangkan pada konsentrasi 100 ppm memiliki persentase inhibisi sebesar 81,57. Data ini menunjukan senyawa para metoksisinamamida memiliki aktivitas antiinflamasi lebih besar dibandingkan senyawa induk asam p-metoksisinamat yang hanya memiliki persentase inhibisi 0,32 pada konsentrasi 100 ppm. Begitu juga dengan senyawa etil p-metoksinamat, senyawa para metoksisinamamida memiliki persentase inhibisi lebih besar pada konsentrasi 100 ppm dengan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 49 49 persen inhibisi 81,57 sedangkan etil p-metoksinamat memiliki persentase inhibisi 54,93. Hal ini menunjukan bahwa modifikasi struktur yang dilakukan pada gugus OH dari asam p-metoksisinamt menjadi turunan amida dengan urea dapat meningkatkan aktivitas antiinflamasi. Tabel 4.4 Hasil uji antiinflamasi EPMS, APMS dan Para Metoksisinamamida No Sampel Konsentrasi ppm inhibisi 1 Natrium Diklofenak 0,1 1,59 1 2,99 10 24,93 100 93,43 2 Etil p-metoksisinamat 0,1 30,90 1 36,46 10 46,76 100 54,93 3 Asam p- metoksisinamat 0,1 -0,54 1 -0,34 10 0,11 100 0,32 4 Para Metoksisinamamida 0,1 33,17 1 37,1 10 41,08 100 81,57 50 50 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Amidasi Senyawa Etil p-metoksisinamat Melalui Reaksi Langsung dengan Iradiasi Microwave Serta Uji Aktivitas Sebagai Antiinflamasi

4 31 104

Modifikasi Struktur Senyawa Asam p-Metoksi Sinamat Melalui Proses Nitrasi Serta Uji Aktivitas Sebagai Anti Inflamasi

1 9 84

Modifikasi struktur senyawa etil p-metoksisinamat (EPMS) melalui proses nitrasi serta uji aktivitas sebagai antiinflamasi

1 23 83

Modifikasi Struktur Etil p-metoksisinamat Melalui Proses Nitrasi Dengan Metode Cold Microwave Serta Uji Aktivitas Sebagai Antiinflamasi

6 23 102

Amidasi senyawa etil p-metoksisinamat melalui reaksi langsung dengan iradiasi microwave serta uji aktivitas sebagai antiinflamasi

2 16 104

Amidasi Senyawa Etil p-metoksisinamat yang Diisolasi dari Kencur (Kaempferia galanga L.) dan Uji Aktivitas Antiinflamasi Secara In-Vitro

1 18 82

Modifikasi Struktur Senyawa Etil Pmetoksisinamat Melalui Proses Nitrasi- Esterifikasi dengan 1-Butanol Serta Uji Aktivitas Sebagai Antiinflamasi

3 34 113

Uji aktivitas antibakteri senyawa-senyawa hasil modifikasi struktur etil p-metoksisinamat melalui reaksi esterifikasi terhadap bakteri gram negatif dan gram positif

2 30 71

Studi Hubungan Kuantitatif Struktur Aktivitas Dari Amidasi Senyawa Etil-P-Metoksisinamat Sebagai Antiinflamasi Dengan Pendekatan Hansch dan Komputasi

38 208 108

Modifikasi Struktur Senyawa Etil p-metoksisinamat yang Diisolasi dari Kencur (Kaempferia galanga Linn.) Melalui Transformasi Gugus Fungsi Serta Uji Aktivitas Sebagai Antiinflamasi

1 18 111