Hidrolisis Etil P-Metoksisinamat Iradiasi Microwave

8 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.4. Imidazol

Gambar 2.5. Struktur Imidazol Sumber : pubchem,n.d Karakteristik imidazol sebagai berikut : Warna : Putih Bau : Bau khas Bentuk : Serbuk Titik leleh : 89 ˚С Berat molekul : 68.07726 gmol Rumus molekul : C 3 H 4 N 2 sumber: pubchem, n.d. Imidazol adalah senyawa organik dengan rumus C 3 H 4 N 2 , yaitu sebuah aromtik heterosiklik yang diklsifikasikan sebagai diazole atau alkaloid. Imidazol dapat digunakan sebagai katalis dalam pembuatan amida primer karena mempunyai titik leleh yang rendah dan waktu iradiasi yang singkat. Gambar 2.6 Skema Reaksi Amidasi Urea dengan Katalis Imidazol Sumber : Khalafi-Nezhad, 2003

2.2. Hidrolisis Etil P-Metoksisinamat

Hidrolisis etil p-metoksisinamat dengan NaOH akan menghasilkan suatu asam p-metoksisinamat. Reaksi hidrolisis ini dapat memberikan rendemen 82,34 Mufidah, 2014. 9 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 2.7 Mekanisme Reaksi Hidrolisis Etil p-metoksisinamat Mufidah, 2014 Mekanisme reaksi hidrolisis diinisiasi oleh protonasi pada karbonil oksigen. Protonasi menyebabkan keadaan terpolarisasi pada gugus karbonil melepaskan elektron dari karbon sehingga bersifat lebih elektrofilik dan akan menerima penambahan nukleofilik OH Larson dan Weber, 1994. Gambar 2.8 Mekanisme Reaksi Hidrolisis pada Ester Sumber : Larson Webber, 1994 Hidrolisis ester dengan katalis basa melalui mekanisme penambahan nukleofilik OH secara langsung terjadi kepada gugus karbonil. Hidrolisis ester berkatalis basa terjadi karena ion OH merupakan nukleofil yang lebih kuat dibandingkan air Larson and Weber, 1994. Gambar 2.9 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 10 10 Gambar 2.9 Mekanisme Reaksi Hidrolisis Ester dengan Katalis Basa Larson and Weber, 1994.

2.3. Amida

Suatu amida ialah senyawa yang mempunyai nitrogen trivalen terikat pada suatu gugus karbonil. Suatu amida diberi nama asam karboksilat induknya, dengan mengubah imbuhan asam ...-oat atau –at menjadi amida. Gambar 2.10 Struktur Amida Barus, 2009 Amida disintesis dari derivat asam karboksilat dan ammonia atau amina yang sesuai. Reaksi-reaksinya sebagai berikut : Gambar 2.11 Sintesis Amida dari Derivat Karboksilat Fessenden and Fessenden,1999 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 11 11 Seperti asam karboksilat, amida memiliki titik cair dan titik didih yang tinggi karena adanya pembentukan ikatan hidrogen. Amida mampu membentuk ikatan hidrogen intermolekular selama masih terdapat hidrogen yang terikat pada nitrogen. Senyawa ini juga sangat istimewa karena nitrogennya mampu melepaskan elektron dan mampu membentuk suatu ikatan pi dengan karbon karbonil. Pelepasan elektron ini menstabilkan hibrida resonansi Bresnick,1996.

2.3.1. Reaksi Pembuatan Amida

Pembuatan amida primer dapat dibuat dari karboksilat melalui transformasi sintetis organik. Secara umum pembentukan carboxamide dibuat dari asam karboksilat dengan cara mengaktivasi karbonil menggunakan gugus yang lebih reaktif seperti asil halida, anhidrida campuran, asil azida, ester aktif atau aktivasi dengan reagen kopling, yang paling umum digunakan adalah N, N-disikloheksilkarbodiimida DCC Khalafi-Nezhad, 2003. Pengunaan tekhnologi microwave dalam kimia organik telah di eksplor akhir dekade ini. Iradiasi menggunakan microwave menurunkan waktu reaksi, meningkatkan hasil, mudah dikerjakan, tidak merusak lingkungan dan dapat meningkatkan regio dan stereoselektivitas reaksi. Pembuatan amida primer secara langsung dapat dilakukan dengan mereaksikan asam karboksilat dan urea dengan adanya imidazol dibawah iradiasi microwave. Imidazol digunakan karena mempunyai titik leleh yang rendah sehingga waktu iradiasi singkat, serta dapat mencampurkan suatu reagen atau reaksi dalam keadaan kering. Hasil reaksi yang didapatkan tergantung dari reagen sumber yang digunakan seperti amonium asetat, amonium klorida, amonium sulfat, dan ammonium karbonat. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa urea adalah sumber yang paling cocok untuk pembentukan amida primer. Singkatnya, prosedur microwave saat ini menyediakan metodologi yang efisien dan sangat sederhana dalam pembuatan amida primer dengan menggunakan urea sebagai sumber amonia. Selain murah serta aman digunakan, urea juga dapat menghasilkan amida UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 12 12 primer dengan hasil yang baik dan bebas dari penggunaan pelarut Khalafi-Nezhad, 2003. Pengembangan modifikasi senyawa hasil amidasi telah banyak dikembangkan oleh para peneliti seperti modifikasi ibuprofen menjadi turunan amida menggunakan amina alifatik atau aromatik yang berbeda menghasilkan peningkatan aktivitas analgesik, gastroprotektif dan aktivitas inflamasi Kumar, Manoj et al, 2010. Selain ibuprofen, modifikasi struktur senyawa antiinflamasi dengan penambahan gugus amina juga dilakukan pada indometasin dan asam meclofenamat, dimana turunan amida dari indometasin menghasilkan efek penghambatan selektif COX-2 dan menghilangkan efek samping pada gastrointestinal. Pengembangan senyawa tersebut bertujuan untuk mengurangi efek samping AINS terhadap gastrointesitinal dan meningkakan aktivitas antiinflamasi Kalgutkar, Amit S. et al, 2000. 2.4 Identifikasi 2.4.1 Kromatografi Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi deferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih, salah satu di antaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan di dalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya perbedaan dalam adsorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan ion. Dengan demikian, masing-masing zat dapat di identifikasi atau ditetapkan dengan metode analitik Departemen Kesehatan, 1995. Teknik kromatografi umum membutuhkan zat terlarut terdistribusi diantara dua fase, satu diantaranya diam fase diam, yang lainnya bergerak fase gerak. Fase gerak membawa zat terlarut melalui media, hingga terpisah dari zat terlarut lainnya, yang tereluasi lebih awal atau lebih akhir. Umumnya zat terlarut dibawa melewati media pemisah oleh aliran suatu pelarut berbentuk cairan atau gas yang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 13 13 disebut eluen. Fase diam dapat bertindak sebagai zat penjerap, seperti halnya penjerap alumina yang diaktifkan, silika gel, dan resin penukar ion, atau dapat bertindak melarutkan zat terlarut sehingga terjadi partisi antara fase diam dan fase gerak. Dalam proses terakhir ini suatu lapisan cairan pada suatu penyangga yang inert berfungsi sebagai fase diam Departemen Kesehatan,1995. Jenis-jenis kromatografi yang bermanfaat dalam analisis kualitatif dan kuantitatif yang digunakan dalam penetapan kadar dan pengujian Farmakope Indonesia adalah kromatografi kolom, kromatografi gas, kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, dan kromatografi cair kinerja tinggi. Kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis umumnya lebih bermanfaat untuk tujuan identifikasi, karena mudah dan sederhana. Kromatografi kolom memberikan pilihan fase diam yang lebih luas dan berguna untuk pemisahan masing-masing senyawa secara kuantitatif dari suatu campuran. Departemen Kesehatan,1995. a. Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi lapis tipis KLT adalah suatu metode pemisahan komponen menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan bahan berupa adsorben inert. KLT sering digunakan untuk identifikasi awal karena sederhana dan juga murah. KLT dapat dipakai dengan dua tujuan. Pertama, dipakai selayaknya sebagai metode untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif atau preparatif. Kedua, dipakai untuk menjajaki sistem pelarut dan sistem penyangga yang akan dipakai dalam kromatografi kolom atau kromatografi cair kinerja tinggi Gritter et al, 1991. Diantara berbagai jenis teknik kromatografi, kromatografi lapis tipis adalah yang paling banyak digunakan untuk analisis obat di laboratorium farmasi. Metode ini hanya memerlukan investasi kecil untuk perlengkapan dan menggunakan waktu yang singkat untuk menyelesaikan analisis 15-60 menit, memerlukan jumlah cuplikan yang sangat sedikit kira-kira 0,1 g. Selain itu, hasil palsu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 14 14 yang disebabkan oleh komponen sekunder tidak mungkin terjadi, kebutuhan ruangan minimum, dan penanganannya sederhana Stahl Egon dalam Khoirunni ’mah, 2013. Penotolan larutan uji diberi jarak antara lebih kurang 1,5 cm dan lebih kurang 2 cm dari tepi bawah lempeng, dan biarkan mengering tepi bawah lempeng adalah bagian lempeng yang pertama kali dilalui oleh alat membuat lapisan pada waktu melapiskan zat penjerap. Ketika bekerja dengan lempeng, gangguan fisik harus terhindarkan dari zat penjerap. Beri tanda pada jarak 10 cm hingga 15 cm di atas titik penotolan. Tempatkan lempeng pada rak penyangga, hingga tempat penotolan terletak di sebelah bawah,dan masukkan rak ke dalam bejana kromatografi. Pelarut dalam bejana harus mencapai tepi bawah lapisan penjerap, tetapi titik penotolan jangan sampai terendam. Letakkan tutup bejana pada tempatnya, dan biarkan sistem hingga pelarut merambat 10 cm hingga 15 cm di atas titik penotolan, umumnya diperlukan waktu lebih kurang 15 menit hingga 1 jam. Keluarkan lempeng dari bejana , buat tanda batas rambat pelarut, keringkan lempeng di udara, dan amati bercak mula-mula dengan cahaya ultraviolet gelombang pendek 254 nm dan kemudian dengan cahaya ultraviolet gelombang panjang 366 nm. Ukur dan catat jarak tiap bercak dari titik penotolan serta catat panjang gelombang untuk tiap bercak yang diamati. Tentukan harga Rf untuk bercak utama. Jika diperlukan, semprot bercak dengan pereaksi yang ditentukan, amati dan bandingkan kromatogram zat uji dengan kromatogram baku pembanding Departemen kesehatan, 1995. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 15 15 Gambar 2.12 Skema Kromatografi Lapis Tipis Sumber : Mufidah, 2014 b. Kromatografi Kolom Alat-alat yang diperlukan untuk kromatografi kolom sangat sederhana, terdiri dari tabung kromatografi dan sebuah batang pemampat yang diperlukan untuk memadatkan wol kaca atau kapas pada dasar tabung jika diperlukan, serta untuk memadatkan zat penjerap atau campuran zat penjerap dan air secara merata di dalam tabung. Kadang-kadang digunakan cakram kaca berpori yang melekat pada dasar tabung untuk menyangga isinya. Tabung berbentuk silinder dan terbuat dari kaca, kecuali bila dalam monografi, disebutkan terbuat dari bahan lain. Sebuah tabung mengalir dengan diameter yang lebih kecil untuk mengeluarkan cairan yang menyatu dengan tabung atau disambung melalui suatu sambungan anti bocor pada ujung bawah tabung utama Departemen kesehatan, 1995. Ukuran kolom bervariasi; kolom yang umum digunakan dalam analisis farmasi mempunyai diameter dalam antara 150 mm hingga 400 mm, tidak termasuk tabung pengalir. Tabung pengalir, umumnya berdiameter dalam antara 3 mm hingga 6 mm,dapat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 16 16 dilengkapi dengan sebuah kran untuk mengatur laju aliran pelarut yang melalui kolom dengan teliti. Batang pemampat merupakan suatu batang silinder, melekat kuat pada sebuah tangkai yang terbuat dari plastik, kaca, baja tahan karat, atau aluminium, kecuali bila dinyatakan lain dalam monografi. Tangkai batang pemampat biasanya mempunyai diameter yang lebih kecil dari kolom dan panjang minimal 5 cm melebihi panjang efektif kolom, batang mempunyai diameter lebih kurang 1 mm lebih kecil dari diameter dalam kolom Departemen kesehatan, 1995. Zat penjerap atau fase diam bisa berupa aluminium oksida yang telah diaktifkan, silika gel, tanah diatome terkalsinasi, atau tanah silika yang dimurnikan untuk kromatografi dalam keadaan kering atau dalam campuran dengan air, dimampatkan ke dalam tabung kromatografi kaca atau kuarsa. Zat uji yang dilarutkan dalam sejumlah kecil pelarut, dituangkan ke dalam kolom dan dibiarkan mengalir ke dalam zat penjerap. Zat berkhasiat diadsorpsi dari larutan secara kuantitatif oleh bahan penjerap berupa pita sempit pada permukaan atas kolom. Dengan penambahan pelarut lebih lanjut melalui kolom, oleh gaya gravitasi atau dengan memberikan tekanan, masing-masing zat bergerak turun dalam kolom dengan kecepatan tertentu, sehingga terjadi pemisahan dan diperoleh kromatogram Departemen Kesehatan,1995.

2.4.2 Spektrofotometri

Spektrofotometri adalah pengukuran absorbsi energi cahaya oleh suatu molekul pada suatu panjang gelombang tertentu untuk tujuan analisa kualitatif dan kuantitatif. Spektrofometri sinar tampak mempunyai panjang gelombang 400 – 750 nm Rohman, 2007. Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah bahwa metode ini memberikan cara yang sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil Bassett, dkk., 1994. Teknik yang sering digunakan dalam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 17 17 analisis farmasi meliputi spektrofotometri serapan ultraviolet, cahaya tampak, inframerah dan serapan atom Departemen Kesehatan,1995. 1. Spektrofotometri IR Spektroskopi IR adalah studi mengenai interaksi antara energi cahaya dan materi, dimana energi yang dipancarkan berasal dari radiasi inframerah dengan panjang gelombang yang lebih panjang dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang mikro. Spektrofotometri IR adalah salah satu teknik analisis yang penting karena dapat mempelajari berbagai jenis sampel, baik identifikasi senyawa organik maupun anorganik Hendayana, 1994. Spektrofotometri infra merah merupakan alat untuk merekam spektrum di daerah inframerah yang terdiri dari suatu sistem optik dengan kemampuan menghasilkan cahaya monokromatik di daerah 4000 cm- 1 hingga 625 cm- 1 lebih kurang 2,5 πm hingga 16 πm dan suatu metode untuk mengukur perbandingan intensitas perbandingan cahaya yang ditransmisikan cahaya datang. Spektrum IR digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsi Departemen Kesehatan, 1995. 2. Spektrofotometri UV-VIS Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu teknik analisis spektroskopi yang memakai sumber radiasi eleltromagnetik ultraviolet dekat 190-380 nm dan sinar tampak 380-780 nm dengan memakai instrumen spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV- Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif ketimbang kualitatif Mulja dan Suharman, 1995: 26. Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 18 18 panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditranmisikan atau yang diabsorpsi. Spektrofotometer tersusun atas sumber spektrum yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur pebedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun pembanding Khopkar, 1990: 216. Spektrofotometer UV-Vis dapat melakukan penentuan terhadap sampel yang berupa larutan, gas, atau uap Mulja dan Suharman, 1995: 28. Pengukuran dengan alat spektrofotometer UV-Vis didasarkan pada hubungan antara berkas radiasi elektromagnetik yang ditransmisikan diteruskan atau yang diabsorbsi dengan tebalnya cuplikan dengan konsentrasi dari komponen penyerap. Hubungan tersebut dinyatakan dalam Hukum Lambert-Beer Sastroamidjojo, 1985 : A = a . b . c Keterangan : a Daya Serap ; b Tebal Kuvet ; c Konsentrasi larutan; A Serapan Instrumentasi dari spektrofotometer UV-Vis ini dapat diuraikan sebagai berikut : 1 Suatu sumber energi cahaya yang berkesinambungan yang meliputi daerah spektrum yang mana alat tersebut dirancang untuk beroperasi. 2 Suatu monokromator, yakni sebuah piranti untuk memencilkan pita sempit panjang gelombang dari spektrum lebar yang dipancarkan oleh sumber cahaya. 3 Suatu wadah untuk sampel dalam hal ini digunakan kuvet. 4 Suatu detektor, yang berupa transduser yang merubah energi cahaya menjadi suatu isyarat listrik. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 19 19 5 Suatu amplifier pengganda dan rangkaian yang merubah energi cahaya menjadi suatu isyarat listrik. 6 Suatu sistem baca dimana diperagakan besarnya isyarat listrik yang ditangkap. Mufida, 2014 3. Spektrofotometri Resonansi Magnetik Nuclear Magnetic Resonance NMR digunakan untuk menentukan struktur dari komponen alami dan sintetik yang baru, kemurnian dari komponen, dan arah reaksi kimia sebagaimana hubungan komponen dalam larutan yang dapat mengalami reaksi kimia. NMR dapat menentukan jumlah masing-masing jenis yang berbeda dari inti hidrogen serta memperoleh informasi mengenai sifat dasar dari lingkungan terdekat dari masing-masing jenis. Informasi yang sama dapat ditentukan untuk inti karbon. Kombinasi IR dan data NMR seringkali cukup untuk menentukan secara benar struktur molekul yang tidak diketahui Pavia et al., 2008. Instrumen NMR terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut Willard et al., 1988 : a Magnet untuk memisahkan energi spin nuklir. b Paling tidak terdapat dua saluran frekuensi radio, satu untuk stabilisasi medanfrekuensi dan satu untuk memberikan frekuensi radio untuk energi penyinaran. Yang ketiga dapat digunakan untuk masing-masing inti yang akan dipisahkan. c Probe sampel yang mengandung kumparan untuk kopling sampel dengan bidang frekuensi radio. d Detektor untuk memproses sinyal NMR. e Generator sweep generator untuk menyapu bersih baik medan magnet maupun frekuensi radio melalui frekuensi resonansi sampel. f Rekorder untuk menampillkan spektrum. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 20 20 2.5 Inflamasi 2.5.1 Pengertian Inflamasi Inflamasi merupakan reaksi lokal pada jaringan vaskular terhadap cedera yang ditandai dengan gejala seperti rubor kemerahan, kalor panas, dolor nyeri, dan turgor pembengkakan. Respon pertahanan tubuh terhadap invasi benda asing, kerusakan jaringan, atau keduanya disebut inflamasi. Penyebab inflamasi antara lain mikroorganisme, trauma mekanis, zat-zat kimia, dan pengaruh fisika. Apabila jaringan rusak seperti terbakar, teriris atau karena infeksi kuman, maka pada jaringan ini akan terjadi rangkaian reaksi yang memusnahkan agen yang membahayakan jaringan atau yang mencegah agen menyebar lebih luas. Reaksi-reaksi ini kemudian juga menyebabkan jaringan yang cedera diperbaiki atau diganti dengan jaringan baru. Rangkaian reaksi ini disebut inflamasi Rukmono, 1973 Tujuan akhir dari respon inflamasi adalah menarik protein plasma dan fagosit ke tempat yang mengalami cedera atau terinvasi agar keduanya dapat mengisolasi, menghancurkan, atau menginaktifkan agen yang masuk, membersihkan debris dan mempersiapkan jaringan untuk proses penyembuhan. Respon inflamasi dapat bersifat akut maupun kronik. Inflamasi akut terjadi segera setelah terjadi cedera, sedangkan inflamasi kronik merupakan inflamasi yang berlangsung lebih dari dua minggu dan dapat timbul setelah inflamasi akut, misalnya karena infeksi yang tidak sembuh Corwin, 2008. Obat-obat antiinflamasi adalah golongan obat yang memiliki aktivitas menekan atau mengurangi peradangan. Aktivitas ini dapat dicapai melalui berbagai cara yaitu menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel tempat pembentukannya. Berdasarkan mekanime kerjanya, obat-obatan antiinflamasi terbagi dalam golongan steroid yang terutama bekerja dengan cara menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel sumbernya dan golongan non steroid yang bekerja melalui mekanisme lain seperti inhibisi siklooksigenase yang berperan pada biosintesis protaglandin Setyarini, 2009. Obat-obat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 21 21 antiinflamasi sangat efektif menghilangkan rasa nyeri dan inflamasi dengan menekan produksi prostaglandin dan metabolisme asam arakidonat dengan cara penghambatan siklooksigenase. Penekanan prostaglandin sebagai mediator inflamasi pada jaringan menyebabkan kurangnya rasa nyeri dan pembengkakan sehingga fungsi otot dan sendi membaik Setyarini, 2009.

2.5.2 Antiinflamasi Menghambat Denaturasi Protein

Inflamasi sering dikaitkan dengan rasa sakit dan melibatkan kejadian seperti peningkatan permeabilitas pembuluh darah, peningkatan denaturasi protein dan alterasi membran. Ciri-ciri jaringan yang telah rusak salah satu penyebabnya diakibatkan oleh adanya denaturasi protein Umapathy et al, 2010. Salah satu metode in vitro yang menggunakan prinsip denaturasi adalah uji BSA Bovine Serum Albumin William et al., 2008. Denaturasi protein pada jaringan adalah salah satu penyebab penyakit inflamasi dan artritis. Produksi dari antigen-auto pada penyakit artritis dapat mengakibatkan denaturasi protein secara in vivo. Oleh karena itu, penggunaan suatu agen tertentu yang bisa mencegah denaturasi protein akan bermanfaat pada pengembangan obat antiinflamasi Chatterjee et al., 2012. Beberapa metode in vitro lain dapat digunakan dalam mengetahui potensi atau aktivitas antiinflamasi dari suatu obat, kandungan kimia dan preparat herbal. Teknik-teknik yang bisa digunakan antara lain adalah pelepasan fosforilasi oksidatif ATP biogenesis terkait dengan respirasi, stabilisasi membran eritrosit, stabilisasi membran lisosomal, tes fibrinolitik dan agregasi trombosit Oyedapo et al., 2010. Uji antiinflamasi juga bisa dilakukan dengan melihat efek inhibisi pada siklooksigenase menggunakan kit khusus uji skrining siklooksigenase Umar et al., 2012. Indometasin, ibufenak, asam flufenamik dan asam salisilat memiliki kemampuan dalam mencegah denaturasi BSA yang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 22 22 dipanaskan pada pH patologis yakni 6,2-6,5. Pada uji BSA, jika senyawa sampel menghambat denaturasi dengan persen inhibisi 20 maka dianggap memiliki aktivitas antiinflamasi dan layak untuk dikembangkan lebih lanjut. Williams et al., 2008.

2.6 Iradiasi Microwave

Microwave adalah gelombang elektromagnetik yang memiliki panjang gelombang antara 1 milimeter mm sampai 1 meter m dan frekuensi 0,3-300 GHz. Biasanya pemanfaatan gelombang elektromagnetik digunakan untuk telekomunikasi celluler phone, radar, GPS, telekomunikasi televisi dll. Namun microwave dapat dimanfaatkan sebagai alat pemanas karena teridiri dari dua bagian utama yaitu bagian listrik dan bagian magnetik yang menjadi sumber panas Yeman, 2002. Energi dalam bentuk gelombang mikro microwave mempunyai peran yang besar dalam proses radiasi suatu zat dimana energi tersebut dapat berpindah kedalam zat yang mengalami iradiasi. Penyerapan energi terjadi ketia molekul + dan molekul - suatu zat saling berdekatan dengan medan listrik menyebabkan zat tersebut mengalami pemanasan. Pada dasarnya kemampuan suatu zat untuk mengabsorbsi energi tergantung dari dua hal. Pertama efesiensi zat tersebut untuk menyerap energi mikro dan yang kedua adalah tergantung dari efisiensi energi tersebut menjadi panas. Jika sampel mengandung zat polar atau ionik cukup secara efisien menyerap energi gelombang mikro dan menghasilkan panas akan tetapi jika sampel memiliki sifat dielektrik rendah dibutuhkan penambahan senyawa polar atau ionik untuk menghasilkan panas Deepak et al,.2013. Secara teoritis ada dua proses mekanisme yang terjadi pada metode iradiasi microwave, yaitu mekanisme polarisasi dipolar dan mekanisme secara konduksi. Prinsip dari mekanisme polarisasi dipolar adalah terjadinya polarisasi dipolar makibat adanya interaksi dipol-dipol antara molekul-molekul polar ketika diiradiasikan dengan microwave. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 23 23 Sedangkan prinsip dari mekanisme konduksi terjadi pada larutan- larutan yang mengandung ion. Bila suatu larutan yang mengandung partikel bermuatan atau ion diberikatan suatu medan listrik maka ion- ion tersebut akan bergerak. Pergerakan tersebut akan mengakibatkan peningkatan kecepatan terjadinya tumbukan sehingga akan mengubah energi kinetik menjadi energi kalor Yeman, 2002. Dalam dekade terakhir, penerapan microwave sebagai alat untuk sintesis senyawa obat telah memperoleh banyak popularitas. Hal itu dikarenakan sebagian besar reaksi obat kimia berlangsung singkat ketika memanfaatkan energi mikro microwave. Manfaat lain dari tekhnik ini adalah hasil yang didapatkan tinggi, sederhana dalam pengerjaannya serta lebih produktivitas jika dibandingkan dengan metode konvensional Deepak et al,.2013.

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian 1, Laboratorium Penelitian II, Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia dan Laboratorium Analisis Obat dan Pangan Halal Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.1.2 Waktu

Penelitian ini dimulai pada bulan Februari 2015 sampai Mei 2015 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Spektrofotometri ¹H-NMR dan 13 C-NMR 500 MHz, JEOL, spektrofotometer UV-Vis Hitachi, vacuum rotary evaporator SB- 1000 Eyela, microwave oven Samsung, 250 watt, 50 Hz, digital water bath SB-100 Eyela, spektrofotometri IR Shimadzu, GCMS Agilent Technologies, alat-alat gelas, hot plate, magnetic stirer, lemari pendingin, Plat aluminium TLC silica gel 60 F254 Merck, shacking bath, timbangan analitik, penangas, statif, termometer, pipet eppendorf, mikropipet, pinset, pengaduk magnetik, kertas saring, kapas, alumunium foil, pH indikator, alu dan mortar.

3.2.2 Bahan

Senyawa etil p-metoksisinamat yang merupakan hasil isolasi dari kencur Kaempferia galanga L. didapatkan dari peneliti sebelumnya Mufidah 2014, senyawa asam p-metoksisinamat yang merupakan hasil hidrolisis dari senyawa etil p-metoksisinamat, natrium diklofenak Sigma-Aldrich, urea Analytical Reagent Merck, imidazol Merck, silika gel 60 Merck, dan Bovine Serum Albumin Sigma-Aldrich. 24 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dokumen yang terkait

Amidasi Senyawa Etil p-metoksisinamat Melalui Reaksi Langsung dengan Iradiasi Microwave Serta Uji Aktivitas Sebagai Antiinflamasi

4 31 104

Modifikasi Struktur Senyawa Asam p-Metoksi Sinamat Melalui Proses Nitrasi Serta Uji Aktivitas Sebagai Anti Inflamasi

1 9 84

Modifikasi struktur senyawa etil p-metoksisinamat (EPMS) melalui proses nitrasi serta uji aktivitas sebagai antiinflamasi

1 23 83

Modifikasi Struktur Etil p-metoksisinamat Melalui Proses Nitrasi Dengan Metode Cold Microwave Serta Uji Aktivitas Sebagai Antiinflamasi

6 23 102

Amidasi senyawa etil p-metoksisinamat melalui reaksi langsung dengan iradiasi microwave serta uji aktivitas sebagai antiinflamasi

2 16 104

Amidasi Senyawa Etil p-metoksisinamat yang Diisolasi dari Kencur (Kaempferia galanga L.) dan Uji Aktivitas Antiinflamasi Secara In-Vitro

1 18 82

Modifikasi Struktur Senyawa Etil Pmetoksisinamat Melalui Proses Nitrasi- Esterifikasi dengan 1-Butanol Serta Uji Aktivitas Sebagai Antiinflamasi

3 34 113

Uji aktivitas antibakteri senyawa-senyawa hasil modifikasi struktur etil p-metoksisinamat melalui reaksi esterifikasi terhadap bakteri gram negatif dan gram positif

2 30 71

Studi Hubungan Kuantitatif Struktur Aktivitas Dari Amidasi Senyawa Etil-P-Metoksisinamat Sebagai Antiinflamasi Dengan Pendekatan Hansch dan Komputasi

38 208 108

Modifikasi Struktur Senyawa Etil p-metoksisinamat yang Diisolasi dari Kencur (Kaempferia galanga Linn.) Melalui Transformasi Gugus Fungsi Serta Uji Aktivitas Sebagai Antiinflamasi

1 18 111