menguatkan arti dari agama dan saintik, atau pun bersifat filosofis dalam penyuguhannya. Al-Quran pun menyuguhkan lebih saintik yang sejalan dengan
sains modern.
55
Ayat-ayat mutasyabihat dapat saja menjadi petunjuk penting dengan Allah memberikan petunjuk kepada orang yang menginginkan kebenaran.
56
Dengan arti yang sangat luas makna terkandung di dalam al-Quran, maka landasan
pengungkapan kebenaran dapat saja menambah landasan ide pemikiran untuk menafsirkan manusia.
Harun Yahya penentang Dawinisme sebagai penggagas evolusi manusia yang berasal dari kera. Sebagai pertanyaan pertanyaan yang mendasar adalah:
”1. Teori evolusi ini sama sekali tidak mampu menerangkan bagaimana kehidupan ini muncul di muka bumi; 2. Tidak ada penemuan
ilmuah yang menunjukkan bahwa ”mekanisme evolusi” yang di canakan oleh teori ini memiliki kekuatan untuk membenarkan semua itu; 3.
Rekaman fosil yang ada secara lengkap membuktikan seesuatu yang sangat bertentangan dengan semua kemungkinan yang ditawarkan oleh
teori evolusi.”
57
Harun Yahya berkeyakinan bahwa semua yang ada telah diciptakan dan memandang al-Quran sebagai wahyu tentang terjadinya alam semesta, hingga
hujud dari manusia yang sangat otentik dari manusia dan bukan karena pengaruh evolusi yang melihat manusia berkembang dari hewan kepada manusia.
F. Manusia Pandangan Sufisme
55
Maurice Bucaille, Asal-Usul Manusia, h. 186.
56
Harun Yahya, Misinterpretasi terhadap Al-Quran, Mewaspadai Penyimpangan dalam menafsirkan Al-Quran,
penerjemah Samson Rahman, cet-1 Robani Pres, Jakarta:2001, h. 15.
57
Harun Yahya, Misinterpretasi terhadap Al-Quran, h. 133-134.
Sufisme adalah pandangan tentang kesucian diri manusia, dalam sejarahnya mereka menjauhkan dari dunia politik, dan harta benda serta keihlasan
yang tinggi kepada Allah dan manusia. Manusia dalam pandangan sufi bermacam- macam, dan secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu Jasad, dan Ruh.
Pemakaian kata sufi diperkirakan oleh Abu Hasyim al-Kufi wafat tahun 150 H.
58
Dalam itemologi yang ahl al–Suffah yang dengan maksud orang yang ikut pindah dari Mekah ke Madinah, dalam keadaan yang kesulitan berada di sisi
rosullullah di mesjid dengan dengan berbantas pelana yaitu suffah. Ada juga yang mengidentikkan dengan Saf yang berarti barisan terdepan, dan Suf yaitu kain yang
terbuat dari wol.
59
Tasawuf adalah membahas tentang interpretasi tentang diri kepada Allah. Bukan hanya melulu kepada persoalan akhirat. Walau demikian persepsi yang
dikemkembang oleh orang sufi pada umumnya cenderung kepada akhirat, sedangkan pembahasan diri masih pembahasan yang terbuka sangat luas.
Pembahasan antara jasad dan ruh, merupakan sesuatu yang mendasar dalam membahas manusia. Jasad yang berasal dari tanah, dan akan punah. Lalu
ruh yang berasal dari Tuhan akan kekal dan bila manusia itu mati akan kembali kepada Tuhan. Begitulah manusia yang dipandang dualistik, jasad dianggap
adalah keburukan dan ruh adalah kebaikan. Dalam al-Quran dalam Sûrat al-Baqarah185, ”Jika hamba-Ku bertanya
kepadamu tentang diri-Ku, maka Aku dekat dan mengabulkan seruan yang
58
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisme dalam Islam, cet-11, Bulan Bintang, Jakarta: 2004, h. 47.
59
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisme, h. 48.
memanggil jika Aku di panggil ... .” Sering dijadikan argumentasi tentang pengenalan diri dan mempunyai diri manusia itu dengan Allah.
1. Jasad
Jasad telah menjadi sesuatu yang akan punah dengan waktu yang relatif cepat. Kita pun aku mengalami pase kelahiran, bayi, anak, remaja, tua dan kematian. Dalam
pase yang sangat singkat tubuh kita pun akan melemah dengan banyaknya kelemahan tubuh yang tak bisa dihindari. Kita adalah tubuh, yang dipastikan dari unsur tanah.
Dengan demikian para sufistik akan memandang asal manusia yang berasal dari bumi atau tanah adalah kotor, hina, rendah, terhadap tubuh manusia.
Itulah yang sering selalu dianggap sebagai bagian dari kejahatan yang sangat bisa dimaklumi, contoh lapar perut mendekati kepada pencurian. Sebagai buktinya semua
masih bertanya kepada perut.
2. Ruh
Ruh berasal dari Allah yang telah menghidupkan manusia. Proses tersebut biasa dengan dalil ”Aku tiupkan sebagaian ruhKu” sebagai kiasan bahwa manusia
adalah mempunyai proses pembaitan yang sangat tinggi sekali antara manusia dan Allah. Nilai subtasi dari manusia adalah kehidupan. Tanpa adanya ruh mungkin
seseorang akan mengagap adanya kenyataan adalah mayat. Ruh mengetahui berasal dari keabadian yang merupaakan dari Tuhan.
60
3. Jiwa
60
Laleh Bakhtiar, Perjalanan Menuju Tuhan, dari Maqam-maqam hingga Karya-besar Dunia Sufi,
penerjemah Purwanto, cet-1,Nuansa, Bandung: 2001, h. 35.
Arti jiwa adalah nafs, dengan begitu adanya penyatuan ruh dan jasad lalu terlahirlah jiwa yang berarti kemauan. Tanpa adanya korelasi antara ruh dan jasad tidak
mungkin dapat terlahir menjadi jiwa, berarti jiwa berada antara ruh dan jasad.
61
Landasan hal tersebut seperti itu menandakan kebebasan dari Tuhan kepada manusia. Sedangkan manusia itu tidak bisa terlepas dari tanggung jawab nantinya kepada
Allah. Jiwa terbagi menjadi tiga, yaitu nafs nabatiyyah, nafs hayawaniyyah, dan nafs
nathiqah. Nafs nabatiyyah adalah mempunyai keinginan untuk keinginan makan tubuh.
Nafs hayawniyyah adalah mempunyai keinginan untuk bergerak dan kelahiran.
62
Nafs Nathiqah
adalah mempunyai keinginan menghujudkan kemampuan diri.
63
G. Manusia Pandangan Filosof Barat