Pembatasan dan Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Pengertian Filsafat Manusia

ikut sertakan termasuk aliran kebatinan. Namun, tidak bisa dielakkan bahwa Paryana memang mengarahkan dari kehidupan manusia berakhir dengan masa kebatinan geestelijke periode. 15 Yang berbeda antara kebatinan dengan yang dipahami sebagai sekte kebatinan. Menurut Paryana adalah ’masa kebatinan’ adalah waktu disaat pemuda berumur dua puluh tahun, dan disaat itu pemuda sedang berada di Perguruan Tinggi, yang di dalamnya memiliki kesulitan dengan pelajaran, kesukaran di dalam bidang politiek, moral dan kemasyarakatan, kesukaran dengan ekonomi dan kehidupan, kesukaran dilapangan keasmaraan, maka pada masa itu dibutuhkan pendidikan kebatinan dan pendidikan kemasyarakatan: religi, filsafat, ilmu jiwa dan sosiologi. 16 Dengan begitu kaum muda yang dicetak oleh universitas dan fakultas bukan menghasilkan ”homo economicus” yang terutama adalah ”animal metaphysicum”. 17 Dikarenakan untuk memahami manusia sebagai makhluk yang biologis dengan logika, rasio, lalu di seimbangkan dengan manusia sebagai makluk ruhani dengan intuisi, kesadaran akan dunia spiritual.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1 2 , 3 4 15 R. Paryana Suryadipura, Alam Pikiran, h. 270. 16 R. Paryana Suryadipura, Alam Pikiran, h. 284. 17 R. Paryana Suryadipura, Alam Pikiran, h. 286. 5 1 5 , 5 ,

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penulisan skripsi mengambil tokoh R. Paryana Suyadipura untuk memperkenal salah satu filusuf Indonesia, semoga dapat menjadi bahan rujukan sebagai filusuf Indonesia. Dikarenakan banyak tokoh yang berada pada dunia pemikiran di Indonesia masih sangat asing sekali orang Indonesia mengenalnya sebagai filusuf atau pun pemikir. Tokoh yang dikaji ialah ”Konsep Manusia menurut R. Paryana Suryadipura”, diharapkan pemikirannya tentang manusia dapat menjadi nilai orientasi pengembangan diri pemuda Indonesia. Dengan begitu semoga alasan yang filosofis terhadap manusia dapat menjadi berkembang di Indonesia. Oleh karena itu penulisan tentang R. Paryana Suryadipura, menjadikan nilai tersendiri setelah kita mengenal filsafat Barat dan filsafat lainnya. Dengan demikian harapan terbesar dari tulisan skripsi ini adanya perkenalan Filsafat Indonesia yang terasing lalu hadir untuk dapat di kaji dan dikembangkan sebagai pemikiran yang hibrid.

D. Metode Penelitian

Penelitian yang akan digunakan adalah metode deskriptif dan analitik. Dengan begitu skripsi ini akan banyak menjelaskan melalui karya Paryana Suryadipura dengan buku Alam Pikiran sebagai referensi primer Manusia dengan Atomnya dalam Keadaan Sehat dan Sakit . Peneliti juga untuk menambah sistem penulisan dengan buku Pedoman Akademik 2004-2005 fakultas Ushuluddin dan Filsafat. Di tambah lagi dengan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Skripsi, Tesis, dan Disertasi penerbit CeQda 2008. Dengan begitu, semoga dapat mensistematikan apa saja yang dianggap penulis skripsi menjadi lebih baik untuk menjelaskan kontes masalah dalam penulisan skripsi. E. Sistematika Penulisan BAB I, dalam bab awal ini skripsi ini mengajak pembaca pada dunia manusia yang modern, serta pemikirannya yang harus dikenal sebagai materialis, jika demikian gambaran manusia modern sampai ragu kepada Tuhan. Ditambah lagi kita bisa melihat penafsiran yang keliru kepada para penulis dan pembaca bisa melihat penjelasan aliran kebatinan secara lebih relatif, ketimbangan pengetahuan yang telah disistematikkan. BAB II, mulai merumuskan pengertian Filsafat Manusia, karena dari zaman India Kuno, Cina Kuno, Yunani Kuno, hingga Filsafat Barat modern masih terus berkemban. Pembahasan itu penting dikala Paryana telah terpengaruh terhadap para filosof sebelumnya. BAB III, dalam bab ini menjelaskan biografi R.Paryana Suryadipura. Dalam bab ini menjelaskan siapa saja yang berpengaruh untuk lahirnya buku tersebut. Penghormatan orang-orang sekelilingnya berguna untuk melihat pengaruh terbesar pada masa itu. Sebab, biodatanya dalam skripsi ini masih terhitung minim. Pengambilan informasi pun dapat menemui titik terang dikala ada sisilah latar belakang keluarga. Rupanya nama R.Paryana Suryadipura, berasal dari keluarga Dipura. BAB IV, dalam bab ini membicara poin penting skripsi, yaitu Konsep Manusia menurut Paryana Suryadipura. Manusia akan dijawab dengan adanya pertanyaan dipembatasan masalah. Secara jelas Konsep Manusia, Susunan Jasmani, Ruhani, Kesadaran, dan Hakikat Aku. Dengan demikian pembahasan tersebut adalah sistesa besar antara pengetahuan yang berlandasankan teori, dengan nuansa filosofis. BAB V, bab ini adalah bagaimana konsep manusia Paryana Suryadipura sebagai secara garis besar. Semoga saran-saran yang ada menjadi pemacu bagi penulis dan pembaca skripsi ini dalam memahami Filsafat Indonesia. Sebab, perkembangan Filsafat Indonesia masih terasing di negeri sendiri. Bisa dibayangkan fokus filsafat di luar filsafat Indonesia yang belum direduksi, akhirnya generasi sekarang sebagai buntut yang tidak tahu perkembangan pemikiran Indonesia dalam memaknai dirinya.

BAB II PRIHAL TENTANG MANUSIA-MANUSIA

A. Pengertian Filsafat Manusia

Filsafat manusia sesungguhnya dimulai dengan adanya mempertanyakan manusia itu berasal dari apa? Dari mana? Lalu akan kemana? Sehingga timbulnya pertanyaan tersebut untuk dijawab dengan berspekulasi bahwa manusia berasal dari material, dan immaterial. 18 Bila adanya jawaban dengan keduanya berarti kerangka pemikirannya termasuk dualimus. 19 Atau pun salah satunya saja yang lebih melihat manusia sebagai material semata. Oleh karena itu, landasan itu penting untuk bisa dijadikan alasan yang sangat mendalam tentang manusia. Lahirlah sebuah pemikiran yang selalu dikatakan materialis, spritualis, idealis, serta konsep ketuhanan yang bisa terbilang imajinatif untuk mengatakan manusia adalah makhluk tuhan yang transendental. Manusia masih tanda tanya? Dari kalangan Agama, dikatakan sebagai hasil karya Tuhan. Di dalam kalangan Ilmuwan dikatakan sebagai makhluk biologis. Lalu berlainan lagi di dalam pemikiran filosof-filosof yang penuh dengan jawaban bertentangan atau pun mendukung dari beberapa sumber keyakinan. Hingga terbiasa di anggap sebagai manusia yang sempurna dibandingkan binatang. Terlihatlah sangat nampak sekali bagaimana jawaban tersebut sangat jelas ketika pembahasan tentang manusia itu dipertanyakan sebagai manusia, Aku siapa? Mungkin aku hanya binatang yang berpikir, oleh 18 Immateri tersebut dalam arti Spiritualimus. 19 Lihat pada Abstrak skripsi dan pada BAB IV, Penulis menjelaskan kearah Dualimus, Paryana Suryadipura. sebab pemikiran yang membedakan aku dengan hewan yang sibuk akan makannya dan harus berlutut Walau terlihat sangat sederhana untuk berspekulasi, hal tersebut telah menjadikan polemik yang masih bersifat esensial dalam pembahasan filsafat manusia. Dikarenakan manusia dalam tingkatan berpikir masih berpolemik akan kemanusiaannya. Sebab, landasan awal tersebutlah yang sekiranya penting dipertahankan sampai manusia terlihat sangat jelas darimana manusia dan untuk apa? Lalu berakhir manuju kemana? Semakin dipertanyakan manusia yang jelas akan menjadi terlihat samar- samar, tujuan akan kemana manusia? Mungkin yang lebih membingungkan lagi aku berada dimana? Hingga untuk apa? Lalu berakhir kemana? Pertanyaan itu sudah jelas, namun ternyata jawaban yang panjang terlalu tidak menjelaskan. Walau pun demikian apa yang telah berkembang hanya menjadi permasalahan yang akan dijawab oleh di jawab oleh filusuf Yunani hingga Barat, China dan dapat menjadi koreksi penjelasan manusia secara jelas. Dalam penjelasan N. Drijarkara S.J. ”Manusia itu adalah makhluk yang berhadapan dengan diri sendiri dalam dunianya”. 20 Setidaknya fungsi sebagai manusia dapat jelas menjadi dirinya sendiri. Hal itu sebagai respon keadaan manusia haruslah disadari oleh manusia. Dengan jelas siapa saja yang menyatakan dirinya manusia sebagai makhluk lalu siapa pun dia akan bermasalah, atau merasakan kesenangan dan menyenangkan, menyedihan, 20 Prof. Dr. N. Drijarkara, Filsafat Manusia, cet-22, Kanisius, Yogyakarta:2005, h. 6. serta keadaan yang sangat sulit sekali yang didapati, dan semua itu karena diri sediri didalam keadaannya, dan dunianya. Sekilas pemikiran itu adalah bagaimana cara melihat dunia manusia yang sangat berbagai rumusan sehingga terlihat matematis sekali dalam memandangnya. Dan sebenarnya menurut Bakker Antropologi Metafisik, ia menerangkan bahwa rusmusan filsafat manusia tiada lagi yang baru. Memang bila arahnya materi dan immateri tiada yang akan berbeda. Pernyataan seperti itu juga sama ketika ada pernyataan ”semua orang dewasa dipastikan dari masa kanak- kanaknya”. 21 Pemikiran tentang manusia bisa saja menjadi nilai yang bermacam- macam, segi biologis, segi religius, segi filsafat, segi budaya, segi sosiologis, hingga segi spekulasi subtasi saat membicarakan ruh, jiwa, juga ketuhanan.

B. Manusia Pandangan Hinduisme