Filsafat Manusia R.Paryana Suryadipura Susunan Jasmani

1940. 72 Ternyata kedekatan dengan Lembaga Pasteur tersebut adalah studi penelitian untuk percobaan, dia berterima kasih kepada R. Mohammad Hadi, dan R. Timbul Masjono. 73 Buku keduanya dalam pengantar, buku tersebut bermaksud ”Mengenal diri sendiri adalah mengenal Tuhan” yang diartikannya dari kuil di Delphi, ”KEN UZELF” 74 kepada Dewa Apollo. 75 Tulisan Paryana berlandasan filosofis, yaitu induktif dan deduktif, untuk membuktikan hakikat insani bersumber dari Yang Satu, Sang Maha Penciptaan dan juga hubungan Ciptaannya. 76 Lalu bagaimana seorang orang yang berada pada aliran filsafat positivisme pun dianggap sebagai tumbuhnya egoisme, liberalisme, materialisme, kapitalisme, imprialisme. 77 Oleh karena itu kesadaran diperlukan dalam melihat diri untuk mencapai titik kesadara akan kemampuaan. Itulah kesadaran secara immaterial yang ingin dikemukan oleh Paryana kesadaran . Dari semua penjelasan tentang tentang otak manusia yang dapat melakukan peroses ’memikir’ hingga dapat dikatakan insan kamil.

B. Filsafat Manusia R.Paryana Suryadipura

Dalam memahami konsep filsafat manusia Paryana Suryadipura dapat dilihat dari bukunya Manusia dengan Atomnya dalam Keadaan Sehat dan Sakit. Disana ada kejelasan tentang manusia adalah Susunan Jasmani dan Rohani, lalu memiliki Kesadaran kepada hingga Hakikat Aku. Bila melihat pemikirannya 72 Paryana Suryadipura, Manusia dengan Atomnya dalam Keadaan Sehat dan Sakit, Bumi Aksara, Jakarta: 1994, V. 73 Paryana Suryadipura, Manusia dengan Atomnya, h. VII. 74 Tulisan itu berdasarkan test asli. 75 Paryana Suryadipura, Manusia dengan Atomnya, h. VI. 76 Paryana Suryadipura, Manusia dengan Atomnya, h. VI. 77 R. Paryana Suryadipura, Alam Pikiran, h. XIV. tersebut dari buku Alam Pikiran, mengenai pemikirannya termasuk dalam dualismus, yaitu manusia Materialismus dan Spiritualimus, yang berarti roh bisa dijelaskan dari jasad dan sebaliknya jasad bisa menjelma menjadi roh. 78 Bagaimana mengungkap pemikiran Anaxagoras, Aristoteles, Rene Decartes, dan Arnold Geulincx telah terpengaruh oleh Decartes, bahwa Tuhan berhubungan ketika mempunyai kesempatan occasio, dengan lalu perumusan dengan Occasionalismus. Lalu, Spinoza berteori badan dan jiwa, yaitu attribuut dan substantie. 79 Landasan manusia adalah hayat hidup sebagai bagian materi dan rohani yang karena berhubungan dengan penciptaan dunia, maka penjelasannya bumi terdahulu adalah panas lalu menjadi dingin, berarti hayat datangnya dunia luar. 80

C. Susunan Jasmani

Jasmani menurut Paryana adalah berhubungan dengan ’hayat’, 81 menurutnya hayat dari luar dunia. Dikarenakan pada pase pertama dunia ini panas lalu menjadi dingin, maka makhluk-makhluk dapat hidup di dunia, dari penjelasan tersebut ’hayat’ berasal dari luar dunia. Hayat adalah di dalam elektron, dalam hal ini elektron adalah kata-kata Tuhan. 82 Sehingga memiliki tenaga yang besar sekali dari proses sebelumnya, terbukti dari adanya bom atom. 83 78 R. Paryana Suryadipura, Alam Pikiran, h. 144. 79 R. Paryana Suryadipura, Alam Pikiran, h. 144-145. 80 Paryana Suryadipura, Manusia dengan Atomnya, h. 259. 81 Hayat adalah kutipan langsung dari Paryana, Manusia dengan Atomnya.h. 269. 82 Paryana Suryadipura, Manusia dengan Atomnya, h. 98. 83 Paryana Suryadipura, Manusia dengan Atomnya, h. 259. Otak manusia adalah berfungsi sebagai tempat berpikir. Dalam membicarakan otak adalah berlainan secara subtantif dengan hewan. Walau hewan memiliki besar dalam otaknya yaitu paus dan gajah sebagai otak yang terbesar, dan dibandingan manusia hanya 1400 sampai 1500 gram, karena memiliki perbandingan berat badannya dengan otaknya maka otak manusia terbilang besar 1: 40½, bila dibandingan gajah 1: 40.000. 84 Dalam penjelasan filsafat manusia memang ia sangat menitik beratkan pada bagaimana manusia dari individu yang mempunyai budi, yaitu subyek memiliki hujud fisik yang otak yang baik. Sebab, dari apa yang kita fikirkan merupakan dari otak yang memiliki pusat-pusatnya tersendiri. Sehingga ia memiliki kesadaran yang benar-benar terjaga. Hal tersebut penjelasannya tentang orang-orang jahat dengan orang-orang yang baik dari ukuran kepalanya. Seakan percaya tidak percaya sudah ditemukan bahwa hujud kepala bisa saja menjadi patokan baik ataukah jahat. Namun yang mencengangkan adalah ketika seorang otak seperti orang biasa-biasa saja dalam lingkarannya dapat menulis 50 bahasa. 85 Paryana dalam membahas tentang tubuh manusia adalah panca indra. Persoalan terbesar adalah mengapa pancaindra mata apakah bersifat fisik ataukah non-fisik? Sebab, pancaindra itu mengapa seperti mata yang tertutup masih mampu untuk membaca. Dalam hal ini Paryana memberikan contoh Kuda Bux, yang ditest oleh Harry Price dari The University London Council for Psychical Investigation Investigation , 86 untuk membaca buku sedangkan matanya dalam kondisi tertutup, namun setelah di dalam ruang tertutup yang awalnya terang dan 84 R. Paryana Suryadipura, Alam Pikiran, h. 7. 85 R. Paryana Suryadipura, Alam Pikiran, h. 8. 86 R. Paryana Suryadipura, Alam Pikiran, h. 23. kini tidak adanya listrik, sinar matahari yang masuk dalam ruangan tersebut, Kuda Bux tidak dapat membaca lagi, versi yang lain adalah dikarenakan Kuda Bux, tidak mengizinkan hidungnya di tutup. 87 Dalam menjawab permasalah Kuda Bux tentang pancaindra, Paryana mengutip gagasan Al-Ghazali, dalam mambahas akal pada buku Ihya Ulumuddin, yaitu Akal lahir hanya berfungsi di kala terang, dan Akal batin dapat berfungsi di kala terang, maupun gelap. 88 ”... . Tubuh manusia merupakan susunan resonator-resonator, resonatoren-systeem seperti alat radio. Alat radio hanja berbunji apabila gelombangnja sesuai dengan gelombang setasion penjiar jang sedang dihubungkan dengan alat radio itu. ... . Resonator-resonator dari tubuh manusia ialah Pantjainderanja”. 89 Paryana dalam proses memikir ini mengambil kutipan langsung Arthur E. Baines. ”Seluruh rasam dari susunan persarafan, risa, takik sambungan sumsum-punggung, sarung-saraf, simpul-saraf dsb. Merupakan suatu susunan listrik dengan banjak tangkupan arus, patahan, tjabang-tjabang dan sebagainja dan kita mnundjukkan dahulu, bahwa dasar tenaga tubuh ialah phenomeen listrik.” 90

D. Susunan Rohani