Sikap Pasien Penyakit Jantung Koroner Sebelum Mendapatkan Bimbingan Ruhani Islam

4.9 Sikap Pasien Penyakit Jantung Koroner Sebelum Mendapatkan Bimbingan Ruhani Islam

Menurut Notoatmodjo 2007b: 142, sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik- buruk, positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan Azwar, 2009: 15. Adapun respon informan utama penelitian ketika sebelum mendapatkan bimbingan ruhani Islam dapat dilihat dari pernyataan melalui sikap dan perilaku terhadap penyakit jantung koroner yang dideritanya baik verbal maupun non verbal. Berdasarkan kutipan wawancara mendalam dengan informan utama, mereka belum bisa menerima ujian berupa sakit yang dialaminya. Hal ini dapat terlihat dari kutipan wawancara mendalam dengan IU 1, IU 2, dan IU 3. 149, 70 “Peggel marah itu juga saya, kan saya juga gak punya uang buat berobat, ya belum bisa terima juga.” Senin, 12 Januari 2015, 13.30 WIB 152, 62 “Huu.. ya waktu itu saya pikir mau gimana lagi… gitu. saya pasrahkan aja semua sama anak-anak saya buat ngurus saya. Gitu..” Senin, 12 Januari 2015, 14.45 WIB 156, 62 “Ya pertama tu kan kaget, belum bisa menerima juga sih mbak, kan gak menyangka, gitu lho.” Selasa, 13 Januari 2015, 10.30 WIB Reaksi pertama IU 1 saat diagnosa fisik mengenai masalah kesehatan yang menderita penyakit jantung koroner adalah merasa shock, rasa keterkejutan dan kebingungan atau perilaku yang muncul secara otomatis. Shock terjadi sebentar atau akan berlanjut beberapa minggu, shock terjadi untuk beberapa tingkat situasi krisis yang dialami oleh seseorang dan ketegasan itu muncul tanpa peringatan Taylor dalam Pratiwi, 2009: 24. Berbeda dengan reaksi IU 1, reaksi IU 2 saat pertama kali didiagnosa fisik mengenai masalah kesehatan yang menderita penyakit jantung koroner, IU 2 merasa pasrah, mengingat usianya yang sudah lanjut usia. IU 2 hanya memasrahkan perawatan dirinya kepada anak-anaknya. Sedangkan IU 3, reaksi pertama saat ia didiagnosa dokter bahwa ia menderita penyakit jantung koroner adalah sama halnya dengan IU 1, ia merasa shock, kaget karena ia belum bisa menerima kenyataan bahwa ia menderita sakit jantung koroner. Secara umum pasien setelah didiagnosa penyakit kronis, banyak pasien yang ditakuti suatu perubahan yang potensial akan terjadi dalam hidup mereka dan masa depan mereka adalah kematian. Masalah kecemasan tidak hanya disebabkan oleh stress tapi juga digabungkan dengan fungsi-fungsi yang baik. Kecemasan juga tinggi saat seseorang mengharapkan perubahan gaya hidup yang muncul dari penyakit ataupun treatment, saat merasa mereka tergantung dengan profesional kesehatan, saat mereka mengalami kejadian berulang-ulang Taylor dalam Pratiwi, 2009:24. Menurut informan utama dalam penelitian ini, mereka menilai penyakit kronis yang mereka derita yaitu penyakit jantung koroner adalah penyakit yang berbahaya, karena mereka berpikir masa depan mereka adalah kematian. Seperti yang disampaikan ketiga informan utama dalam kutipan wawancara berikut: 149, 72 “Ndak tau saya nduk, jantung koroner itu apa. Yang saya tau cuma sakit jantung gitu. Tapi katanya orang-orang itu ada yang bilang kalo sakit jantung itu bahaya. Gitu nduk. Jadi saya ya takut juga.” Senin, 12 Januari 2015, 13.30 WIB 152, 64 “Yaa.. apa itu… dulu… saya pikir…kalo sudah sakit jantung, pasti bahaya, malah bisa sampe mati gitu nak. Tapi.. ya… apa.. saya wes sepuh juga.” Senin, 12 Januari 2015, 14.45 WIB 156, 64 “Penyakit yang bahaya juga, karna kan berhubungan dengan jantung. Orang kalo jantungnya gak bekerja, kan bisa mati mbak.” Selasa, 13 Januari 2015, 10.30 WIB Berdasarkan kutipan wawancara mendalam di atas ketiga informan sebelum mendapat bimbingan ruhani Islam mengalami kegelisahan dan kecemasan berlebih dan rasa ketakutan akan kematian. Pernyataan ketiga informan tersebut, diperkuat juga oleh informan tambahan dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa pasien yang menderita penyakit jantung koroner umumnya mereka berpikir bahwa penyakit tersebut sangat berbahaya. 163, 16 “…Kan kalo orang awam tu penyakit jantung koroner itu kan penyakit yang menakutkan, gitu.” IT 4, Rabu 13 Januari 2015, 09.00

4.10 Sikap Pasien Penyakit Jantung Koroner