5.1. Pengaruh inokulasi bakteri endofit B terhadap pertumbuhan miselium jamur S. rolffsi.
Hasil pengamatan pengaruh inokulasi bakteri endofit B terhadap pertumbuhan miselium jamur S. Rolfsii dari 1-6 hsi dapat dilihat pada lampiran 3.
Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa faktor inokulasi bakteri endofit berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan miselium jamur S. Rolfsii. Untuk
mengetahui perlakuan mana yang berbeda sangat nyata maka dilakukan Uji Jarak Duncan. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 3 :
Tabel 4. Beda uji rataan pengaruh inokulasi bakteri endofit terhadap pertumbuhan miselium jamur S. Rolffsi pada pengamatan 1 – 6 hsi.
Perlakuan Pertumbuhan luas miselium jamur
1hsi 2hsi
3hsi 4hsi
5hsi 6hsi
B1 1.18 B
4.90 F 17.78 D 18.30 D 20.45C 22.52 C
B2 1.12 B
3.63 E 18.60 C 19.60 C 25.65B 30.04 A
B3 1.27 B
6.23 D 22.43 B 22.78 B 23.40B 25.02 B
B4 1.32 B
9.80 C 15.28 E 15.73 E 22.95B 23.57 B
B5 1.07 B 17.95 B 19.62 C 20.22 C 24.50B 24.78 B
B6 1.90 A 19.98 A 26.37 A 28.25 A 29.72A 29.95 A
Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1 menurut Uji Jarak Duncan.
Dari tabel dapat dilihat bahwa pada pengamatan 6 hsi, perlakuan B1 berbeda sangat nyata dengan semua perlakuan. Sedangkan perlakuan B3 tidak
berbeda sangat nyata terhadap perlakuan B4 dan B5. Pada pengamatan 1-6 hsi pertumbuhan luas miselium jamur S. Rolfsii yang
tertinggi terdapat pada pengamatan 6 hsi perlakuan B2 yaitu sebesar 30,04 sedangkan yang terendah pada pengamatan 1 hsi perlakuan B1 yaitu sebesar
22,52 .
Universitas Sumatera Utara
Untuk dapat melihat perbedaan yang sangat nyata antara perlakuan bakteri endofit B yang berbeda terhadap terhadap pertumbuhan miselium jamur
S. Rolfsii dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 15 : Histogram pengaruh inokulasi bakteri endofit terhadap pertumbuhan miselium jamur S. Rolffsi pada pengamatan 1 – 6 hsi.
5.2.Pengaruh teknik pengujian T terhadap pertumbuhan miselium jamur S. rolffsi.
Tabel 5 : Beda uji rataan pengaruh teknik pengujian T terhadap pertumbuhan miselium jamur S. rolffsi pada pengamatan 1 – 6 hsi.
Perlakuan Pertumbuhan luas miselium jamur
1hsi 2hsi
3hsi 4hsi
5hsi 6hsi
T1 1.93B 12.24 B 29.93B
31.01B 38.00B
40.92B T2
1.76A 8.59 A
10.09A 10.62A
10.89A 11.04A
Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1 menurut Uji Jarak Duncan.
Dari tabel 5 hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor teknik pengujian T perlakuan T1 Metode dua biakan koloni bakteri + koloni jamur dan T2
Metode dua biakan kertas saring yang ditetesi suspensi bakteri + koloni jamur
27
Universitas Sumatera Utara
berbeda sangat nyata dari mulai 1 hsi sampai 6 hsi. Hal ini dapat dikarenakan pada perlakuan T1 bakteri di inokulasikan dalam bentuk koloni padat sehingga
penyebaran koloni lebih lambat dan daya hambatnya kecil. Karena daya hambat nya kecil maka miselium jamur dapat berkembang lebih besar dari pada koloni
bakteri endofit.
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
30.00 35.00
40.00 45.00
1hsi 2hsi
3hsi 4hsi
5hsi 6hsi
T1 T2
Gambar 16 : Histogram pengaruh inokulasi bakteri endofit terhadap pertumbuhan miselium jamur S. Rolffsi pada pengamatan 1 – 6 hsi.
28
Universitas Sumatera Utara
5.3.Pengaruh interaksi teknik pengujian T dan bakteri endofit B terhadap pertumbuhan miselium jamur S. rolffsi.
Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa interaksi faktor perlakuan teknik pengujian T dengan bakteri endofit B berpengaruh sangat
nyata terhadap pertumbuhan luas miselium jamur S. Rolffsi. Tabel 6 : Beda uji rataan interaksi teknik pengujian T dan bakteri endofit B
terhadap pertumbuhan miselium jamur S. rolffsi pada pengamatan 1 – 6 hsi
Perlakuan Pertumbuhan luas miselium jamur
1hsi 2hsi
3hsi 4hsi
5hsi 6hsi
T1B1 0.87 C 4.20 E 29.33C
30.07C 34.30 B 38.33C
T1B2 0.57 C 5.30 E 28.63 D 29.73 D 41.50 A 49.85 A
T1B3 0.67 C 7.87 D 40.13 B 40.73 B 41.83 A 44.90 B
T1B4 0.67 C 10.33 D 19.80 E 20.47 E 34.57 B 35.73C
T1B5 0.50 C 14.10C
17.40 E 17.97 F 26.50 B 27.03 D T1B6
1.30 B 31.67 A 44.30 A 47.10 A 49.30 A 49.66 A T2B1
1.50 B 5.60 E 6.23 E 6.53 H 6.60 D 6.70G T2B2
1.67 B 1.97 F 8.57 F 9.47G 9.80 D 10.23 F
T2B3 1.87 A 4.60 E 4.73 A
4.83 H 4.97 D 5.13G T2B4
1.97 A 9.27 D 10.77 F 11.00G 11.33 D 11.40 F
T2B5 1.63 B 21.80 B 21.83 D 22.47 E 22.50C
22.53 E T2B6
2.50 A 8.30 D 8.43 F 9.40G 10.13 D 10.23 F
Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1 menurut Uji Jarak Duncan.
Dari tabel di atas pada perlakuan T1 Metode dua biakan koloni bakteri + koloni jamur pengamatan 6 hsi dapat dilihat bahwa pertumbuhan luas miselium
jamur yang tertinggi adalah 49.85 dan yang terendah sebesar 27.03 , sedangkan pada perlakuan T2 Metode dua biakan kertas saring yang ditetesi
suspensi bakteri + koloni jamur pertumbuhan luas miselium jamur yang tertinggi adalah 22.53 dan yang terendah sebesar 5.13 . Jika kita bandingkan antara
kedua perlakuan tersebut T1 dan T2 terdapat perbedaan pertumbuhan luas miselium jamur yang sangat nyata, pertumbuhan luas miselium jamur pada
29
Universitas Sumatera Utara
perlakuan T1 jauh lebih besar jika dibandingkan dengan pertumbuhan luas miselium pada perlakuan T2. Hal ini dikarenakan pada perlakuan T1 koloni
bakteri kurang terdispersi secara luas sehingga miselium jamur dapat berkembang lebih pesat, sedangkan pada perlakuan T2 koloni bakteri terdispersi dengan baik
sehingga mampu menekan pertumbuhan miselium jamur.
Gambar 17: Histogram pengaruh interaksi teknik pengujian T dan bakteri endofit B terhadap pertumbuhan miselium jamur S. rolffsi pada
pengamatan 1 – 6 hsi
30
Universitas Sumatera Utara
6.1. Pengaruh inokulasi jamur S. Rolffsi terhadap pertumbuhan koloni bakteri endofit.