Pemerolehan Kosa Kata Dasar Bahasa Indonesia pada Kata Nama- nama Bagian Tubuh

40 membuat anak merasa termotivasi untuk terus belajar, sehingga pemerolehan bahasa anak dapat berkembang dengan baik. Rangsangan atau respon positif harus terus diberikan kepada anak untuk menambah rasa kepercayaan dirinya. Ketika terjadi kesalahan, anak harus tetap diberi rangsangan yang baik, sehingga tidak menimbulkan ketakutan dalam dirinya untuk terus mencoba segala sesuatu. Seorang anak harus tetap ditanamkan rasa kepercayaan dirinya untuk terus menjawab pertanyaan meskipun salah, tetapi akan diperbaiki dengan cara yang halus tidak membuat anak menjadi takut.

4.1.5 Pemerolehan Kosa Kata Dasar Bahasa Indonesia pada Kata Nama- nama Bagian Tubuh

Kosa kata nama-nama bagian tubuh, misalnya: kepala, rambut, mata, telinga, hidung, mulut, bibir,gigi, lidah, pipi, leher, dagu, bahu, tangan, jari, dada, perut, pinggang, kaki, betis, telapak, dan punggung. Pemerolehan kosa kata bagian tubuh lebih efektif jika peneliti menunjukkan bagian tubuh tersebut, sehingga anak dengan mudah untuk menjawab pertanyaantersebut. Beberapa bagian tubuh belum dapat disebut oleh anak usia 3 −4 tahun, sehingga peneliti tidak menggunakannya dalam pemerolehan kosa kata dasar berikut. Contoh percakapan 1 Nama : Naysila, Usia : 4 tahun Peneliti : Ini apa namanya ? 76 Naysila : Rambut Universitas Sumatera Utara 41 Peneliti : Bagus, pintar Sila. Untuk melihat namanya apa? 77 Naysila : Mata Peneliti : Kalau untuk mendegar? 78 Naysila : Kuping telinga Peneliti : Kalau untuk berbicara? 79 Naysila : Mulut Data percakapan di atas 76 sampai 79 menunjukkan bahwa anak sudah mampu mengetahui bagian-bagian tubuhnya. Anak sudah mengenal bagian tubuhnya dengan sempurna. Bagian tubuh yang mampu diidentifikasi anak biasanya berupa pancaindra, seperti mata, mulut, telinga, hidung. Bagian tubuh lain yang mampu diucapkan anak sebagai kosa kata dasar, yaitu tangan, kaki, dan kuku, dan rambut. Naysila dengan baik menyebutkan berbagai kosa kata benda dengan baik, hal ini menunjukkan pemerolehan kosa kata Naysila sudah baik. Contoh percakapan 2 Nama : Putri, Usia : 3 Tahun Peneliti : Ini apa namanya ? 80Putri : Idungg hidung Peneliti : Kalau untuk menulis namanya apa? 81 Putri : Angan tangan Peneliti : Ini namanya tangan menunjuk tangan pinter... Terus, kalau untuk melihat? 82 Putri : Mata Universitas Sumatera Utara 42 Peneliti : Kalau yang ini? menunjuk kaki 83Putri : Kakki kaki Peneliti : Kalau yang buncit ini namanya apa ya? sambil memegang perut Putri 84 Putri : Peyut perut Peneliti : Pintar Putri, kalau ini yang suka makan namanya Apa Putri? 85 Putri : Mulut Peneliti : Cantik, kalau ini namanya apa? 86 Putri : Angan tangan Peneliti : Ini jari. Coba ulangi sayang. 87 Putri : Jali Peneliti : Pintar, nanti kakak kasih kue yah. Dari data 80 sampai 87 terlihat bahwa Putri telah mampu menguasai kosa kata dasar bagian tubuh, meskipun ketika peneliti menunjuk jari, Putri mengatakan itu tangan. Ketika anak melakukan kesalahan dalam pengucapan kosa katanya, Peneliti selalu memberikan respon yang baik, misalnya mengulangi pengucapan kata tersebut sehingga mampu diucapkan dengan baik oleh anak. Kemudian, ketika mampu diucapkan dengan benar maka anak akan mendapatkan pujian atau berupa hadiah dari peneliti. Hal ini akan menimbulkan semangat bagi anak, sehingga anak akan terus mau belajar dan menumbuhkan rasa percaya diri Universitas Sumatera Utara 43 dalam diri anak, sehingga setiap pertanyaan dapat dijawab, meskipun masih ada terjadi kesalahan dalam menjawabnya. Ketika peneliti menunjukkan jari tangan kepada Putri dengan cepat Putri menyebutkan tangan. Hal ini terjadi disebabkan pemerolehan bahasa Putri hanya mengenal kosa kata dasar tangan. Kosa kata seperti hidung, tangan, mata, perut, mulut, jari, dan kaki dapat diucapkan dengan baik. Semua bagian-bagian tersebut dapat dengan mudah diterima anak tersebut meskipun pengucapannya masih belum sempurna, tetapi masih bisa dimengerti oleh orang dewasa. Contoh percakapan 3 Nama : Dila, Usia : 4 Tahun Peneliti : Ini namanya apa ? 88 Dila : Kuku Dila Peneliti : Cantik ya kuku Dila, kalau ini namanya apa? menunjuk tangan 89 Dila : Tangan Peneliti : Ini namanya apa? menunjuk hidung 90 Dila : Idung hidung Peneliti : Hidung namanya. Pintar sekali kamu ya. Peneliti : Itu yang ompong, namanya apa Dila? 91 Dila : Gikgik gigi. Peneliti : Kalau ini namanya apa? menunjuk rambut 92 Dila : Rambut Rambut Peneliti : Kalau yang ini namanya apa Dila Universitas Sumatera Utara 44 sambil memegang bahu Dila 93 Dila : em…. sambil menggelengkan kepala Peneliti : Namanya ini bahu sambil menujuk bahu 94 Dila : hu.. bahu, sambil mengikuti peneliti Peneliti : Pintar. sambil tersenyum Peneliti : Ini namanya apa, Dila? menujuk leher 95 Dila : Lehel leher Peneliti : Pintar kali Dila ya. pintar sekali Peneliti : Ini yang tembem namanya apa, Dila? 96 Dila : Pipi Peneliti : Kalau ini namanya apa? menujuk betis 97 Dila : Kaki Peneliti : Betis, coba sayang ulangi. Betis. 98 Dila : Etis betis Peneliti : Dila pintar. Kalau ini namanya apa? menujuk rambut? 99 Dila : Lambut rambut Peneliti : Kalau ini apa? menujuk jari 100 Dila : Angan tangan Peneliti : Jari. Dari data 88 sampai 100 anak sudah dapat mengenali bagian-bagian tubuh dengan benar, tetapi pengucapannya belum sempurna sehingga peneliti Universitas Sumatera Utara 45 mengucapkannya dengan sempurna dan anak dapat mengerti maksud dari peneliti. Pada data 98 dan 100 ternyata Dila anak usia empat tahun belum mampu membedakan antara betis dan kaki, serta jari dan tangan, sehingga peneliti menjelaskan kembali pengucapan yang benar terhadap Dila. Dari data-data tersebut dapat diketahui bahwa ketika peneliti mengucapkan kata bahu anak belum sempurna mengulangi kata tersebut, sehingga menjadi hu hal ini bisa terjadi karena anak belum pernah memeroleh kosa kata tersebut dari lingkungannya. Beberapa bagian tubuh belum dapat diidentifikasi oleh anak usia 3 ‒4 tahun, secara sempurna belum mampu dilakukan oleh anak berusia 3 ‒4 tahun. Kosakata yang sering didengar oleh anak akan menjadi pemerolehan bahasa bagi anak, semakin sering anak mendengar suatu kosakata maka, ia akan mengingatnya dan suatu saat ketika bertemu dengan kondisi yang sama anak akan mengeluarkan kosa kata tersebutsebagai pemerolehan bahasanya. Universitas Sumatera Utara 46 Dari seluruh pemerolehan kosa kata dasar di atas dapat dijumlahkan kosa kata dasar anak 3 ‒4 tahun melalui tabel berikut, Subjek Kosa kata dasar Kata kerabat Kata kerja Kata benda Kata bilangan Kata bagian tubuh Jumlah kosa kata dasar Dila 4tahun 3 9 10 9 4 35 Naysila 4 tahun 3 4 8 10 9 34 Putri 3 tahun 1 6 8 3 7 25 Total 7 19 26 22 20 96 Kosa kata yang diperoleh paling banyak adalah kosa kata benda dan kosa kata yang diperoleh paling sedikit adalah kosa kata kekerabatan. Maka, urutan pemerolehan kosa kata dasar pada anak di atas adalah kata benda, kata bilangan, kata nama-nama tubuh, kata kerja, dan kata kekerabatan. Hal ini sekaligus menjawab masalah nomor satu. Kosa kata yang dominan diperoleh anak usia 3 −4 tahun dominan masih berupa kata dasar dan tidak ada kata yang menggunakan kata berimbuhan. Dari Universitas Sumatera Utara 47 tabel kosa kata bahasa Indonesia di atas dapat diketahui bahwa anak usia tiga sampai empat tahun lebih banyak menggunakan kata yang mempunyai unsur kata benda. Hal ini dikarenakan anak-anak dapat melihat secara langsung objek kata yang disebutkan, sehingga dapat dengan mudah ia mengingat kata yang telah diajarkan. Penggunaan kata bilangan menempati urutan kedua dalam penelitian ini. Anak usia empat tahun sudah mampu mengucapkan angka 1-10 dengan tepat. Hal ini disebabkan guru di sekolah sering mengucapkan bilangan tersebut. Anak usia tiga tahun, belum mampu menangkap dengan baik pemerolehan kosa kata bilangan 1-10. Anak umur 3 tahun hanya mampu penyebutkan beberapa angka saja. Penggunaan kosa kata bagian tubuh menempati urutan ketiga. Hal ini disebabkan anak dapat menyentuh secara langsung bagian tubuh mereka. Ketika peneliti mengajukan pertanyaan, peneliti tinggal memegang atau menunjuk bagian tubuh yang dimaksud, sehingga dengan mudah anak akan mengucapkan kosa kata tersebut. Anak usia 3 −4 tahun belum mampu membedakan bagian tubuh secara kompleks, mereka mengatakan jari sebagai tangan dan betis sebagai kaki. Hal ini terjadi pada putri yang berumur tiga tahun. Penggunaan kosa kata kerja menempati urutan keempat. Hal ini disebabkan anak sering mendengar kata kerja tersebut dalam lingkungannya sehari-hari. Ketika di sekolah, guru menuntun untuk melakukan sesuatu maka kata yang mereka ucapkan akan diulang-ulang dan mereka akan mengucapkannya Universitas Sumatera Utara 48 sambil memperagakannya, sehingga anak akan dengan mudah mengerti apa yang mereka lakukan dan ucapkan. Penggunaan kosa kata kekerabatan menempati urutan kelima. Kekerabatan bagi anak usia 3 −4 tahun adalah anggota keluarga yang paling sering mereka lihat dalam aktivitas sehari-hari. Orang tua, kakak, adik, kakek, nenek, tante, om bila ada. Faktor kebudayaan sangat berpengaruh dalam pemerolehan kosa kata kekerabatan. Ketiga objek penelitian ini hidup dalam daerah perkotaan yang tidak terlalu banyak mengenal istilah kekerabatan dalam aktivitasnya sehari-hari. Secara umum urutan pemerolehan kosa kata dasar bahasa Indonesia usia 3-4 tahun dimulai dari, kata benda kata bilangan kata nama-nama tubuh kata kerja kata kekerabatan. Hal ini sekaligus menjawab masalah nomor satu. Universitas Sumatera Utara 49 Berikut ini adalah perbandingan urutan pemerolehan kosa kata dasar bahasa Indonesia dalam bahasa lisan pada Putri, Naysila dan Dila. Dari data atas dapat diurutkan pemerolehan kosa kata dasar Putri, Naysila, dan Dila sebagai berikut: 1. Putri: kata benda, kata kerja, kata bagian tubuh, kata biangan, kata kekerabatan, dan kata keterangan. Jenis Kosakata Putri Naysila Dila Kata kerja 10 10 25 Kata sifat 4 6 10 Kata benda 19 16 31 Kata bilangan 5 11 12 Kata keterangan 1 5 3 Kata ganti - 1 2 Kata Tanya - - - Kata Seru - - 1 Kata depan - 2 - Kata kekerabatan 3 3 4 Kata bagian tubuh 6 9 5 Jumlah Kosakata 48 63 93 Universitas Sumatera Utara 50 2. Naysila: kata benda, kata bilangan, kata kerja, kata bagian tubuh, kata sifat, kata keterangan, kata kekerabatan, kata depan, dan kata ganti. 3. Dila: kata benda, kata kerja, kata bilangan, kata sifat, kata bagian tubuh, kata kekerabatan, kata keterangan, kata ganti, dan kata seru.

4.2 Hubungan Psikolinguistik Behaviorisme B.F. Skinner dengan Urutan