13
psikologi dapat menerangkan hakikat bahasa dan pemerolehannya. Dengan kata lain, psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat bahasa, dan bagaimana
struktur ini diperoleh, digunakan pada waktu berbicara, dan pada waktu memahami kalimat-kalimat dalam pertuturan itu. Dalam praktiknya
psikolinguistik mencoba menerapkan pengetahuan linguistik dan psikologi pada masalah-masalah pengajaran dan pembelajaran bahasa, seperti pengajaran
membaca permulaan dan membaca lanjut, kedwibahasaan dan kemultibahasaan, serta penyakit bertutur seperti afasia, gagap, dan sebagainya serta masalah-
masalah sosial lain yang menyangkut bahasa, seperti bahasa dan pendidikan, bahasa dan pembangunan nusa dan bangsa.
Kerja sama antara psikologi dan linguistik setelah beberapa lama berlangsung tampaknya belum cukup untuk dapat menerangkan hakikat bahasa
seperti tercermin dalam defenisi di atas. Maka meskipun digunakan istilah psikolinguistik, bukan berarti hanya kedua bidang ilmu itu saja yang diterapkan,
tetapi juga hasil penelitian dari ilmu-ilmu lain juga dimanfaatkan.
2.2.2 Psikolinguistik Behaviorisme
Psikolinguistik behaviorisme berusaha menjelaskan bahwa proses pemerolehan bahasa pertama sebenarnya dikendalikan dari luar diri si anak, yaitu
rangsangan yang diberikan melalui lingkungan Chaer, 2009: 22. Dalam pandangan ini seorang psikolog dari Universitas Harvard, B.F Skinner 1957. Ia
menjelaskan bahwa perhatian dalam pemerolehan bahasa anak B1 ditujukan
Universitas Sumatera Utara
14
pada prakiraan, dan unit-unit fungsional perilaku manusia yang hanya dapat terjadi melalui efek yangterlihatpada orang lain saja.
Penerapan teori behaviorisme ini didasarkan oleh adanya rangsangan stimulus kemudian diikuti oleh reaksi respon. Bila rangsangan menghasilkan
reaksi yang benar, maka akan diberi hadiah atau imbalan reinforcement yang menyenangkan dan kemungkinan rangsangan itu akan dilakukan berulang-ulang.
Namun, jika reaksi yang dihasilkan salah akan dihukum, yaitu penghentian imbalan.
Chaer 2008: 56 menjelaskan bahwa imbalan semacam ini dapat diberikan dalam bentuk pemberian makanan atau minuman dalam porsi kecil
karena harus diberikan secara berulang-ulang. Selain itu dalam bentuk memberikan mainan kepada anak, namun hanya terbatas sekitar 5-10 menit saja,
kemudian diambil kembali. Imbalan lain seperti, pelukan, ciuman, tepukan, dan elusan. Imbalan verbal juga perlu diberikan seperti “bagus”,”pandai”, “pintar”,
sebagai pujian karena telah melaksanakan instruksi dengan benar. Contoh dalam percakapan:
Peneliti : Pergi ke sekolah sama siapa putri?
Putri : Sama bunda.
Peneliti : oh...bunda, kamu pintar ya sambil mengelus wajah putri
Orang dewasa melakukan hal yang baik melalui kata – katanya sendiri seperti pujian dan sentuhan kasih, sehingga anak tersebut menjadi senang dan
termotivasi untuk berkata – kata terus dan kosa kata yang dihasilkan anak tersebut
Universitas Sumatera Utara
15
dapat berkembang karena anak mendapat rangsangan yang baik dari orang dewasa.
2.2.3 Urutan Pemerolehan Kosakata Dasar Anak Usia 3—4 Tahun
Penelitian tentang pemerolehan bahasa sudah banyak diteliti oleh para ahli, baik itu penelitian tentang pemerolehan bahasa pertama, kedua, urutan
pemerolehan kata, dan sebagainya. Seperti yang dikatakan Krashen 1985: 66, dalam Pramuniarti, 2008: 3 temuan yang paling menarik dalam penelitian
pemerolehan bahasa dewasa ini adalah penelitian tentang urutan pemerolehan struktur gramatikal yang mengacu pada teori pemarkahan bahasa marhedness
theory. Ellis 1994: 1003, dalam Pramuniarti, 2008:4 mengatakan urutan pemerolehan dapat digunakan untuk menguji suatu prediksi yang berdasarkan
“pemarkahan”, khususnya dapat dilihat melalui penanda tipologi yang sudah sangat dikenal yaitu NAPH. Ellis 1994: 726, dalam Pramuniarti, 2008: 18 juga
menambahi suatu hal yang dapat diidentifikasi melalui pengujian atas sampel yang representative dari bahasa alamiah dalam hal urutannya agar menentukan
ciri-ciri umum yang terdapat pada semua bahasa atau hamper semua bahasa- bahasa.
Ellis 1994: 418, dalam Pramuniarti, 2008: 222 menggambarkan suatu bentuk urutan pemerolehan Klausa Relative yang mengacu pada hasil kajian dari
Keenan dan Comrie, yaitu Subject Direct Objek Indirect Oblique Genitive Object of Comparative. Hal ini juga menunjukkan variasi fungsi
dalam assebilitas pemerolehan klausa relatifiah peneliti dapat mengurutkan
Universitas Sumatera Utara
16
pemerolehan kosa kata dasar bahasa Indonesia anak usia 3—4 tahun dalam penelitian ini.
2.3 Tinjauan Pustaka