7
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Konsep dijadikan sebagai dasar pengembangan penulisan selanjutnya untuk memahami hal–hal yang ada dalam penelitian. Konsep dipandang sebagai
definisi operasional untuk menegaskan pengertian sesuai dengan pijakan teori yang dipilih dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini konsep dasar yang
dijadikan acuan yaitu, pemerolehan bahasa, pemerolehan kosa kata dasar bahasa Indonesia, dan perkembangan bahasa.
2.1.1 Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang kanak-kanak ketika dia memeroleh bahasa pertamanya atau
bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari pembelajaran bahasaChaer 2002: 167
Setiap anak yang normal akan belajar bahasa pertama bahasa ibu dalam tahun-tahun pertamanya dan prosesitu terjadi hingga kira-kira umur lima tahun
Nababan, 1992: 72 Menurut Tarigan 1987: 83, dalam proses perkembangan, semua anak
manusia yang normal paling sedikit memeroleh satu bahasa yang alamiah. Dengan kata lain, setiap anak yang normal atau mengalami pertumbuhan yang
wajar, memeroleh suatu bahasa yaitu bahasa pertama atau bahasa ibu dalam tahun-tahun pertama kehidupannya, kecuali ada gangguan fisik seperti tuli
Universitas Sumatera Utara
8
ataupun alasan-alasan sosial, tetapi biasanya anak telah dapat berkomunikasi secara bebas pada saat dia mulai masuk sekolah.
Anak usia 3 −4 tahun memeroleh kosa kata dasar yang fonemnya belum
sempurnatetapi,ada juga sebagian anak yang dapat memeroleh kosa kata dasar dengan fonem yang sempurna. Pemerolehan bahasa pada anak tergantung pada
pendidikan, dan lingkungan anak tersebut. Anak usia 3 −4 tahun akan lebih aktif
dalam berkomunikasi jika lawan bicaranya sudah dikenalnya dan sering memberinya hadiah.
2.1.2 Pemerolehan Kosa Kata Dasar Bahasa Indonesia
Kosa kata dasar adalah kata-kata yang tidak mudah berubah atau sedikit sekali kemungkinannya dikutip dari bahasa lain. Berikut beberapa jenis kosa kata dasar:
1. Kata bilangan pokok, misalnya: satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh,
delapan, sembilan, sepuluh, dua puluh, sebelas, dua belas, seratus, dua ratus, seribu, dua ribu, sejuta, serta dua juta.
2. Kata kerja pokok, misalnya: makan, minum, tidur, bangun, berbicara,
melihat, mendengar, menggigit, berjalan, bekerja, mengambil, menangkap, dan lari.
3. Kata benda, ada dua jenis kata benda, yaitu kata benda konkrit dan kata
benda abstrak. Kata benda konkrit adalah kata benda yang dapat disentuh. Misalnya tumbuhan-tumbuhan, hewan, dan benda-benda yang dapatdilihat
seperti, bangku, meja, termos, bando, dan gelang.Kata benda abstrak, yaitu
Universitas Sumatera Utara
9
benda yang hanya bisa dirasakan dan tidak bisa disentuh misalnya angin, udara. Dalam penelitian ini, peneliti memakai kata benda konkrit.
Pada penelitian ini, peneliti juga membagi kata benda yang terdiri atas kata benda pada istilah kekerabatan dan nama-nama bagian tubuh. Istilah
kekerabatan, misalnya: ayah, ibu, anak, adik, kakak,nenek, kakek, paman, bibi, menantu, dan mertua. Nama-nama bagian tubuh, misalnya: kepala,
rambut, mata, telinga, hidung, mulut, bibir, gigi, lidah, pipi, leher, dagu, bahu, tangan, jari, dada, perut, pinggang, kaki, betis, telapak, dan
punggung. Ada dua cara yang terpenting ketika anak-anak mempelajari kata-kata
tersebut. Pertama mereka mendengar kata-kata tersebut dari orang tua, anak-anak yang lebih tua, teman sepermainan, televisi dan radio, tempat bermain, dan toko,
pusat perbelanjaan. Kedua mereka mengalaminya sendiri misalnya mereka mengatakan benda-benda, memakannya, merabanya, menciumnya, dan
meminumnya. Kosakata mereka itu hanya dibatasi oleh pengalaman-pengalaman mereka dan oleh model-model yang tersedia.
Kualitas keterampilan berbahasa seseorang jelasbergantung kepada kuantitas dan kualitas kosa kata yang dimilikinya. Semakin kaya kosa kata yang
dimilikinya, semakin besar pula kemampuan keterampilan berbahasanya. Perlu disadari dan dipahami benar-benar bahwa kenaikan kelas para siswa di sekolah
ditentukan oleh kualitas berbahasa mereka. Dengan perkataan lain, kenaikan kelas itu merupakan suatu jaminan akan peningkatan kuantitas dan kualitas kosa kata
Universitas Sumatera Utara
10
mereka dalam segala bidang studi yang mereka peroleh sesuai dengan kurikulum Tarigan, 1983:7.
2.1.3Perkembangan Bahasa Anak
Penelitian yang dilakukan terhadap perkembangan bahasa anak usia 3 ‒4 tahun
tidak terlepas dari teori psikologi yang dianut. Dalam hal ini sejarah telah mencatat adanya teori dalam perkembangan bahasa anak. Pandangan yang
dikemukakan oleh pakar dari Amerika, yaitu pandangan behaviorisme yang berpendapat bahwa penguasaan bahasa pada kanak - kanak bersifat “suapan”
Chaer, 2003: 221
Menurut Frances chato 1968, dalam Chaer, 2003: 221, anak belajar mengucapkan kata sebagai suatu keseluruhan, tanpa memperhatikan fonem kata-
kata itu satu per satu. Sedangkan menurut Waterson 1971, dalam Chaer, 2003: 234, anak hanya dapat menangkap ciri–ciri tertentu dari kata yang diucapkan
oleh orang dewasa, dan pengucapannya terbatas pada kemampuan artikulasinya. Misalnya, ketika pada tahap tertentu si anak belum mampu mengucapkan fonem
[k] tetapi sudah dapat mengucapkan fonem [t], dia akan menirukan kata [ikan] dan [bukan] yang diucapkan orang dewasa dengan lafal [itan] dan [butan].
Dengan demikian kita lihat anak ini menyederhanakan ucapannya yang dilakukan secara sistematis.
Kaum behavioris menekankan bahwa proses pemerolehan bahasa pertama dikendalikan dari luar diri si anak yaitu, berupa ransangan yang diberikan oleh
lingkungan kepada anak. Menurut kaum behavioris kemampuan berbicara dan
Universitas Sumatera Utara
11
memahami bahasa oleh anak diperoleh melalui rangsangan dari lingkungannya. Anak dianggap sebagai penerima pasif dari tekanan lingkungannya, tidak
memiliki peranan yang aktif di dalam proses perkembangan perilaku verbalnya. Kaum behavioris bukan hanya tidak mengakui peranan aktif si anak dalam proses
pemerolehan bahasa, juga tidak mengetahui kematangan si anak itu. Proses perkembangan bahasa terutama ditentukan oleh lamanya latihan yang diberikan
oleh lingkungannya Chaer, 2003: 223. Menurut Skinner Chaer, 2003: 223 kaidah gramatikal adalah berlaku
verbal yang memungkinkan seseorang dapat menjawab atau mengatakan sesuatu. Namun, kalau kemudian anak dapat berbicara, bukanlah karena penguasaan
kaidah sebab anak tidak dapat mengungkapkan kaidah bahasa, melainkan dibentuk secara langsung oleh faktor di luar dirinya. Kaum Behavioris
berpendapat bahwa ransangan stimulus dari lingkungan tertentu memperkuat kemampuan berbahasa anak. Perkembangan bahasa mereka pandang sebagai
suatu kemajuan dari kemampuan verbal yang berlaku secara acak sampai pada kemampuan yang sebenarnya untuk berkomunikasi melalui prinsip pertalian S-R
stimulus-respon dan proses peniruan.
2.2 Landasan Teori