Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peran penting untuk menciptakan masyarakat yang cerdas. Melalui pendidikan dapat dilihat kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Pendidikan sebagai komponen pembentukan suatu pribadi yang sempurna dan mempersiapkan manusia masa depan yaitu generasi penerus bangsa. Oleh karena itu, diperlukan pembaharuan dalam pendidikan agar kualitas pendidikan nasional semakin baik. Untuk menunjang peningkatan kualitas pendidikan nasional, berbagai komponen yang ada di sekolah mengalami pembaharuan yang berkesinambungan. Komponen-komponen yang harus ada di setiap sekolah antara lain; siswa, guru, karyawan, ruang-ruang kelas, dan yang tidak kalah pentingnya dengan yang lain adalah kurikulum. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sebagai acuan penyusunan kurikulum adalah Permendiknas No. 22 tahun 2006 Tentang Standar Isi dan Permendiknas No. 23 tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Budihardjo, 2007:19. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, diantaranya penyempurnaan kurikulum yang diwujudkan dalam suatu pembaharuan kurikulum secara berkesinambungan yaitu ”kurikulum 1968, kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum 2004 kurikulum berbasis kompetensi, dan kurikulum 2006 yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan” Budihardjo,2007:20. Kurikulum yang saat ini sedang diterapkan dan dikembangkan oleh pemerintah adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan sebagai pengembangan dari kurikulum 2004. Dalam pengembangannya kurikulum tingkat satuan pendidikan berdasarkan pada prinsip sebagai berikut : commit to user 2 ”1 berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya, 2 beragam dan terpadu, 3 tanggap terhadap perkembangan iptek dan seni, 4 relevan dengan kebutuhan hidup, 5 menyeluruh dan berkesinambungan, dan 6 seimbang antara kepentingan nasional dan daerah” Mulyasa E, 2003:151-153. ”Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah suatu perencanaan mengenai pedoman penyelenggaran kegiatan belajar mengajar di sekolah yang disusun dan dilaksanakan oleh sekolah itu sendiri. Tetapi dalam penyusunan kurikulum tersebut tetap berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Permendiknas No. 22, 23, dan 24 tahun 2006. Karena berpedoman pada peraturan yang sama jadi secara umum kurikulum pada masing-masing sekolah tetap sama tetapi bukan tidak mungkin bila suatu sekolah mempunyai kebijakan yang berbeda dengan sekolah lain misalnya dalam hal menentukan hari libur sekolah atau dalam kegiatan yang lain”. Budihardjo, 2007:20-21. Menurut Permendiknas No 22 tahun 2006 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berganti nama menjadi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan PKn. Pendidikan Kewarganegaraan diartikan sebagai mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan tujuan dari pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1 Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, 2 Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi, 3 Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter - karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsabangsa lainnya , 4 Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Sehingga untuk menuju tujuan mata pelajaran PKn dibutuhkan strategi belajar mengajar yang dilakukan oleh guru commit to user 3 untuk meningkatkan keaktifan dan partisipasi siswa. Dari inovasi di dalam penyampaian materi PKn maka diharapkan siswa mempunyai output yang bagus dan berkualitas. Namun pada kenyataannya di SMP Negeri 2 Wuryantoro lain. SMP Negeri 2 Wuryantoro merupakan salah satu sekolah menengah pertama di Kecamatan Wuryantoro. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan guru PKn di SMP Negeri 2 Wuryantoro didapati kendala atau masalah seperti jumlah siswa yang cukup banyak yaitu 40-45 siswa sehingga membuat guru kurang dapat mengenali sikap dan perilaku siswa dengan baik dan metode yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar terkesan kaku dan cenderung searah. Maka, guru PKn hendaknya berupaya melakukan inovasi dalam pengajarannya, salah satu caranya adalah dengan mengubah metode pembelajaran PKn dari yang sekedar ceramah menjadi metode yang melibatkan peran aktif siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar mengajar, dengan cara siswa belajar memecahkan masalah, mendiskusikan masalah dengan teman-temannya, mempunyai keberanian menyampaikan ide atau gagasan dan mempunyai tanggung jawab terhadap tugasnya. Dengan inovasi dalam hal metode pembelajaran diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Karena rata-rata prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn sekarang ini hanya sebesar 6,1. “Dalam suatu pembelajaran terdapat metode mengajar yang mengacu pada teori-teori pembelajaran. Pada masa kini terdapat teori-teori pembelajaran yang dapat diklasifikasikan pada teori yang utama yaitu behavioris, kognitif, sosial, humanis, Piaget, Vygotsky, Ausubel, dan Konstruktivisme”www.miftachr.uns.id. 2010. Salah satu pengembangan metode pembelajaran adalah metode berdasarkan teori belajar konstruktivisme. Teori konstruktivisme merupakan salah satu teori tentang proses pembelajaran yang menjelaskan tentang bagaimana siswa belajar dengan mengkonstruksi pengetahuannya menjadi pengetahuan yang bermakna. Ide pokok dari teori konstruktivisme adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri. Teori belajar konstruktivisme dalam pembelajaran menggunakan pendekatan pembelajaran model kooperatif. commit to user 4 Menurut Richard I. Arends 1997:326 tentang pembelajaran kooperatif mempunyai empat variasi, yaitu: 1. Metode STAD Student Teams Achievement Divisions, 2. Metode Jigsaw, 3. Metode GI Group Investigation, 4. Metode Structural Approach a. think-pair-share dan b. numbered head together. Dengan pembelajaran model kooperatif yang menekankan keterlibatan secara aktif siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar mengajar, dengan cara siswa belajar memecahkan masalah, mendiskusikan masalah dengan teman-temannya, mempunyai keberanian menyampaikan ide atau gagasan dan mempunyai tanggung jawab terhadap tugasnya, siswa diharapkan mampu menguasai materi pelajaran dalam waktu yang sama. Selain itu juga dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar dibandingkan dengan pembelajaran kompetitif, juga dapat membangkitkan pembelajaran yang menarik perhatian siswa, meningkatkan ketrampilan sosial dan meningkatkan rasa percaya diri siswa. Keberhasilan pembelajaran model kooperatif disebabkan adanya penghargaan kelompok yang berprestasi, otomatis penghargaan terhadap individu siswa. Penggunaan metode Jigsaw dan metode struktural Numbered Head Together pada materi pembelajaran PKn dilakukan sebagai upaya inovasi dalam proses belajar mengajar dengan harapan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain itu, memberikan variasi metode pembelajaran disamping metode ceramah yang selama ini sering digunakan oleh guru. Alasan lain dipilihnya metode Jigsaw dan metode struktural Numbered Head Together karena melalui metode Jigsaw, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi serta meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. Sedangkan dalam metode struktural Numbered Head Together, siswa saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling benar, meningkatkan semangat kerjasama selain itu siswa dapat berlatih berpendapat, menghargai pendapat dan bertukar pendapat yang disajikan dalam bentuk diskusi. Dengan menggunakan pembelajaran model kooperatif dengan metode Jigsaw dan metode struktural Numbered Head Together diharapkan sebagai salah satu inovasi dalam commit to user 5 pembelajaran sehingga dapat menarik minat siswa untuk mengikuti pelajaran dengan baik dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain itu, siswa dapat ikut aktif dalam pemahaman konsep dan dibuktikan dengan mampu tidaknya mereka menjawab soal-soal dalam diskusi tersebut. Dengan penggunaan metode pembelajaran yang lebih bervariasi diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pencapaian prestasi belajar siswa pada pembelajaran PKn kompetensi dasar Hak Asazi Manusia dengan menggunakan metode Jigsaw dan metode struktural Numbered Head Together, maka peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang studi eksperimen penggunaan teknik kooperatif metode Jigsaw dan metode struktural Numbered Head Together terhadap prestasi belajar PKn.

B. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Mathaul Huda

0 5 173

Pengaruh metode Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 4 177

Effect of Method Numbered Head Together (NHT) to the Student Results on Subjects of Fiqh at Al-Zahra Indonesian Junior Pamulang.

0 25 177

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DANPENGUASAAN MATERI SISWA (Kuasi Eksperimen PadaSiswa Kelas VII SMP Negeri Natar Lampung Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 6 47

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Eksperimen pada siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Punggur Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013 Pada Materi Pokok mengaplik

0 19 50

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009 2010

0 3 100

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI Pengaruh Metode Pembelajaran Numbered Heads Together (Nht) Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau Dari Keaktifan Belajar Matematika Siswa Kelas Vii Smp Negeri

0 3 14

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA BANGUN DATAR SEGI EMPAT MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (PTK Kelas VII SMP Negeri I Baki Semester II Tahun Ajaran 2009/2010).

0 0 8

PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR DAN BERFIKIR KRITIS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 COLOMADU TAHUN AJARAN 2009/ 2010.

0 1 10

PERBEDAAN ANTARA PEMBELAJARAN INDVIDUAL ( Metode Mind Perbedaan Antara Pembelajaran Indvidual ( Metode Mind Mapping ) Dengan Pembelajaran Kooperatif (Metode Numbered Head Together ) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMP N 1 Mojogedang Tahun Ajaran 2

0 0 13