BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penggunaan bahan alam, baik sebagai obat maupun tujuan lain cenderung meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature. Obat tradisional dan
tanaman obat banyak digunakan masyarakat terutama dalam upaya preventif, promotif dan rehabilitatif. Sementara ini banyak orang beranggapan bahwa
penggunaan tanaman obat atau obat tradisional relatif lebih aman dibandingkan obat sintesis. Agar penggunaannya optimal, perlu diketahui informasi yang
memadai tentang tanaman obat. Informasi yang memadai akan membantu masyarakat lebih cermat untuk memilih dan menggunakan suatu produk obat
tradisional atau tumbuhan obat dalam upaya kesehatan. Tanaman kumis kucing Orthosiphon stamineus Benth. mudah sekali
ditemukan di seluruh nusantara. Tanaman ini sangat mudah tumbuh sehingga mudah dikembangbiakan. Kumis kucing sudah digunakan masyarakat untuk
diuretik, pengobatan hipertensi, gout dan rematik Barnes et al., 1996. Pada penyakit gout dan rematik terjadi inflamasi, karena inflamasi merupakan
manifestasi dari kerusakan jaringan. Penelitian Anindhita 2007 menunjukkan infusa herba kumis kucing mempunyai daya antiinflamasi pada tikus putih jantan
galur Wistar. Tanaman kumis kucing mengandung berbagai senyawa kimia, salah satunya
adalah flavonoid. Penelitian terhadap flavonoid dari beberapa tanaman
1
mempunyai efek farmakologis sebagai antiinflamasi Narayana et al., 2001. Flavonoid yang terdapat dalam simplisia daun kumis kucing bisa disari
menggunakan air maupun etanol 70 Harbone, 1987. Penyarian yang dilakukan dengan mengunakan pelarut air akan diperoleh zat yang bersifat cenderung polar.
Pelarut air mempunyai kelemahan yaitu menyebabkan reaksi fermentatif sehigga mengakibatkan perusakan bahan aktif lebih cepat. Kelemahan lainnya adalah
menyebabkan pembengkakan sel sehingga bahan aktif akan terikat kuat pada simplisia, larutan dalam air juga mudah dikontaminasi. Pelarut alkoholik
merupakan pilihan utama untuk semua jenis flavonoid Soemardi, 2004. Pelarut etanol bisa digunakan untuk menyari zat yang kepolaran relatif tinggi sampai
relatif rendah, karena etanol merupakan pelarut universal. Etanol mempunyai kelebihan dibanding air yaitu tidak menyebabkan pembengkaan sel, menghambat
kerja enzym dan memperbaiki stabilitas bahan obat telarut. Etanol 70 sangat efektif menghasilkan bahan aktif yang optimal, bahan balas yang ikut tersari
dalam cairan penyari hanya sedikit, sehingga zat aktif yang tersari akan lebih banyak Voigt, 1995.
Tikus merupakan binatang yang bisa digunakan untuk pengujian antiinflamasi dengan berbagai stimulan kimia. Pada pengujian antiinflamasi tikus distimulasi
agar terjadi udem. Salah satu zat yang dapat digunakan sebagai induktor udem adalah karagenin. Karagenin adalah ekstrak Chondrus, yaitu suatu polisakarida
sulfat dengan molekul besar yang bisa menyebabkan inflamasi jika diinjeksikan subplantar pada tikus, sehingga bisa digunakan sebagai induktor inflamasi
Corsini et al., 2005, Domer, 1971. Untuk mendapatkan data ilmiah mengenai
efek antiinflamasi daun kumis kucing, perlu dilakukan dengan penelitian efek antiinflamasi ekstrak daun kumis kucing ini pada tikus putih jantan galur Wistar.
B. Perumusan Masalah