B. Alat dan Bahan
1. Alat Pletismometer, ayakan No. 8, rotary evaporator, spuit injeksi terumo, jarum
oral, alat alat gelas, timbangan kepekaan 0,0001g. 2. Bahan
1. Tanaman uji : tanaman kumis kucing Orthosiphon stamineus Benth. diperoleh dari Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Obat Dan
Obat Tradisional B2P2TO2T Tawangmangu dan waktu pengambilan pada bulan Agustus 2007. Bagian yang digunakan adalah pucuk serta kumpulan
tangkai muda tanaman kumis kucing yang sudah berbunga. Pengeringan dilakukan dalam oven dengan suhu tidak lebih dari 40
C. Serbuk simplisia diserbuk dan diayak dengan ayakan nomor 8.
2. Reagensia : karagenin tipe lambda λ Sigma Chemical Co, larutan NaCl
0,9 bv Otsuka, Na diklofenak Pharos dan etanol 70 Ikapharmindo Putramas.
3. Hewan uji : hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan sehat, galur Wistar, umur 2-3 bulan, bobot 150-200gram, diperoleh dari Laboratorium
Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
C. Jalannya Penelitian
1. Determinasi tanaman Determinasi tanaman dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kebenaran
dari tanaman yang kumis kucing yang akan digunakan sebagai bahan uji dalam
penelitian sebagai bahan uji. Determinasi dilakukan di Laboratorium Jurusan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Surakarta. 2. Pembuatan ekstrak etanol daun kumis kucing
Daun tanaman kumis kucing yang sudah dikeringkan, dihaluskan dan diayak dengan ayakan nomor 8 dibuat ekstrak. Pembuatan ekstrak dengan menggunakan
125g 10 bagian simplisia daun kumis kucing dengan cara maserasi menggunakan etanol 70 sebanyak 937,5ml 75 bagian. Maserasi dilakukan
selama 5 hari dengan pengadukan dua kali sehari. Maserat yang diperoleh dari penyaringan dikumpulkan. Ampas yang tersisa dimaserasi lagi 2 hari, disaring dan
dikumpulkan sampai diperoleh 1250ml 100 bagian. Maserat yang diperoleh diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu tak lebih dari 50
C, hingga konsistensi terbentuk masa yang kental.
3. Pembuatan suspensi karagenin 1 Sejumlah 0,05 gram karagenin ditimbang seksama disuspensikan dalam 5,0 ml
larutan garam fisiologis NaCl 0,9. 4. Pembuatan larutan Na diklofenak
Pada uji utama larutan Na Diklofenak dibuat dalam konsentrasi 18mg. Dosis Na diklofenak yang diberikan adalah 2,25mgkgBB. Pemberian secara per oral
pada tikus dengan volume 2,5ml200gramBB. 5. Pembuatan radang
Radang dibuat dengan menginjeksi 0,1ml larutan karagenin 1 secara subplantar pada telapak kaki tikus yang telah ditandai.
6. Uji Pendahuluan a. Penetapan dosis Na Diklofenak
Penetapan dosis Na diklofenak dilakukan dengan membagi hewan uji menjadi 3 kelompok masing-masing kelompok 3 ekor tikus. Kaki tikus ditandai sebatas
mata kaki dan diukur volumenya pada pletismometer sebagai volume kaki awal. Dosis Na diklofenak yang digunakan 6,75mgkgBB dan 2,25mgkgBB
serta kontrol negatif diberikan aquadest secara per oral. Volume pemberian 2,5ml200gramBB. Pemberian dilakukan 1jam sebelum kaki tikus diinduksi
larutan secara subplantar dengan 0,1ml larutan karagenin 1. Volume kaki tikus diukur pada pletismometer sesaat setelah injeksi sebagai volume waktu
ke-0 dan tiap 0,5jam selama 6,5jam. b. Penetapan waktu pemberian Na diklofenak
Penetapan waktu pemberian Na diklofenak ini hewan uji dibagi menjadi 3 kelompok masing- masing kelompok 3 ekor tikus. Kaki tikus ditandai sebatas
mata kaki dan diukur volumenya pada pestimometer sebagi volume kaki awal. Na Diklofenak dosis 2,25mgKgBB diberikan peroral 1jam; 0,5jam; dan sesaat
sebelum induksi larutan karagenin 1. Volume kaki tikus diukur pada plestimometer sesaat setelah injeksi sebagai volume waktu ke-0 dan tiap
0,5jam selama 6,5jam. c. Orientasi dosis ekstrak etanol daun kumis kucing
Orientasi dosis dilakukan dengan menggunakan ekstrak etanol daun kumis dilakukan dengan 2 dosis yaitu 123mgkgBB dan 245mgkgBB. Dari hasil
orientasi ini ditetapkan 3 dosis yaitu ekstrak etanol daun kumis 123mgkgBB,
245mgkgBB dan 490mgkgBB untuk uji antiinflamasi dengan volume pemberian 2,5ml200gram BB tikus.
d. Penetapan waktu pemberian ekstrak etanol daun kumis kucing. Penetapan waktu pemberian ekstrak etanol daun kumis kucing Orthosiphon
stamineus Benth. dilakukan dengan cara membagi hewan uji menjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok 3 ekor tikus. Perlakuan terhadap hewan
uji dengan memberikan ekstrak etanol daun kumis kucing Orthosiphon stamineus Benth. dosis 245mgkgBB dengan volume 2,5ml200gram,
diberikan 1jam; 0,5jam; dan sesaat sebelum diinduksi larutan karagenin 1. 7. Uji efek antiinflamasi ekstrak etanol daun kumis kucing
Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Wistar sebanyak 25 ekor, semua hewan uji dipelihara dalam kondisi yang sama. Hewan uji dibagi
menjadi 5 kelompok. Sebelum diberi perlakuan, kaki tikus ditandai, kemudian diukur volumenya. Volume kaki tikus diukur dengan menggunakan
pletismometer dengan cara mencelupkan kaki tikus yang sudah ditandai ke dalam raksa yang ada dalam pletismometer. Perlakuan dengan sediaan uji yang
diberikan secara per oral pada masing masing kelompok adalah :
Kelompok I : akuades 2,5ml200gramBB kontrol negatif
Kelompok II : Natrium diklofenak dosis 2,25 mgkgBB kontrol positif
Kelompok III : ekstrak etanol daun kumis kucing dosis 490mgKgBB
Kelompok IV : ekstrak etanol daun kumis kucing dosis 245mgKgBB
Kelompok V : ekstrak etanol daun kumis kucing dosis 123mgKgBB
Perlakuan ini dilakuan 1jam sebelum induksi karagenin 1. Induksi dilakukan pada kaki tikus secara subplantar. Setelah semua tikus diinduksi, kemudian diukur
volume kaki tikus setiap 0,5jam. Pengukuran dilakukan selama 6,5jam.
D. Analisis Data