Peranan Regulasi Dalam Penyelesaian Krisis Perbankan

commit to user 11 untuk bank perkreditan rakyat BPR. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penjaminan yang dilakukan oleh LPS telah memenuhi atas keberpihakan kepada penyimpan terbesar. b Prinsip Kehati-hatian Sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Undang-undang Perbankan, Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berdasarkan prinsip atas asas demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Prinsip kehati-hatian perbankan merupakan prinsip yang diterapkan bank dalam menjalankan kegiatan usahanya agar senantiasa sesuai dengan ketentuan-ketentuan perbankan yang berlaku guna menghindari penyimpangan praktik perbankan yang tidak sehat dan untuk meminimalisasi kerugian yang terjadi pada bank. Misalnya, tentang prinsip kehati-hatian dalam perkreditan, antara lain tentang jumlah maksimum fasilitas kredit yang dapat diberikan dikaitkan dengan jumlah keseluruhan kredit bank dalam kaitannya dengan KPPM, kaitannya dengan BMPK dan tata cara penilaian Kualitas Aktiva Produktif.

b. Peranan Regulasi Dalam Penyelesaian Krisis Perbankan

1 Likuidasi Bank Saat krisis nilai tukar mulai merebak di Indonesia dan segera menjadi krisis perbankan, pemerintah Indonesia menerapkan program exit policy atau penutupan bank, yang awalnya dilakukan terhadap 16 enam belas bank pada November 1997. Penutupan bank-bank tersebut menjadi Bank Dalam Likuiditas BDL dilanjutkan dengan penutupan bank yang tidak sehat. Program exit policy likuidasi bank commit to user 12 pada awalnya mendapat tanggapan positif dari masyarakat sebagai bukti keseriusan pemerintah dalam mengangani krisis perbankan. Namun, ketidakkonsistenan pemerintah dalam menerapkan exit policy tersebut antara lain tercermin pada kasus Bank Andromeda, menibulkan respon negatif di kalangan masyarakat dan krisis kepercayaan dari masyarakat. Program exit policy merupakan perwujudan pertama dari penandatanganan persetujuan Pemerintah Indonesia terhadap bantuan International Monetary Fund IMF dalam bentuk Letter of Intent pada tanggal 31 Oktober 1997 11 . 2 Program Bantuan Likuiditas Bank Indonesia BLBI Pada tahun 2007, menurut kajian ekonoi, dalam kondisi rupiah mengalami depresiasi yang cukup besar, tingkat bunga meningkat sangat tinggi dan persediaan likuiditas dalam negeri drastis menurun sebagai akibat permasalaan utang luar negeri, sudah selayaknya Bank Indonesia memberikan kredit likuiditas yang lebih dikenal sebagai Bantuan Likuiditas Bank Indonesia BLBI. Kebijakan ini dimaksudkan untuk menghindarkan kepanikan yang terjadi di pasar keuangan. Dari segi yuridis, BLBI yang diberikan oleh Bank Indonesia bertumpu pada dasar hukum fungsinya sebagai lender of resort, yang mengatur mengenai pemberian kredit likuiditas darurat bagi bank-bank yang mengalami kesulitan likuiditas 12 . 11 Kusumaningtuti, Peranan Hukum dalam Penyelesaian Krisis Perbankan di Indonesia, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta. 2009. Hal 93-94. 12 Ibid., Hal 94-96. commit to user 13 3 Program Blanket Guarantee Program Blanket Guarantee penjainan pemerintah merupakan perlindungan secara menyeluruh, baik terhadap penyimpan bank maupun terhadap kreditor bank. Program ini diberlakukan dengan tujuan hanya sementara untuk segera menghentikan terus menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan. Dasar hukum program blanket guarantee ini meskipun secara hierarki perundang-undangan tidak begitu kuat, yakni hanya berupa Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1998 dan Surat Keputusan Bersama SKB antara Badan Penyehatan Perbankan dengan Bank Indonesia, tidak banyak menibulkan persoalan-persoalan yuridis 13 .

2. Perbankan di Indonesia