commit to user
24
Analisis fundamental adalah analisis yang didasarkan pada informasi dari data-data fundamental. Dalam dunia saham, data
fundamental berasal dari laporan keuangan perusahaan. Analisis dilakukan dengan menghitung rasio-rasio dari data-data yang ada
di dalam laporan keuangan tersebut. Secara umum, rasio yang dianalisis meliputi rentabilitas, likuiditas dan solvabilitas. Dengan
asumsi ini, maka pelaku investasi di pasar keuangan tidak akan mempercayai rumor yang beredar, apalagi menggunakannya
sebagai dasar pengambilan keputusan investasi.
b. Behaviour Finance Theory
1 Pilar Behaviour Finance Theory
Teori ini mengkritisi hal-hal yang diasumsikan oleh Teori Ekonomi Tradisional tersebut di atas. Terdapat 2 dua pilar yang membangun
Behaviour Finance Theory , menurut Shleifer dan Summers, di
antaranya adalah sebagai berikut
22
: a Keterbatasan melakukan arbitrase
Di dalam teori ini, investor tidak selalu dapat melakukan arbitrase. Penyebabnya ada 2 dua, yakni:
1 Investor harus menghadapi resiko fundamental Resiko fundamental adalah bahwa saham “pengganti”
yang digunakan sebagai hedging tidak bisa secara sempurna melakukan perannya sebagai pengganti.
22
Shleifer Summers, The Noise Trader Approach to Finance, Journal of
Economic Perspective. 1990. Hal 19-33.
commit to user
25
2 Resiko Noise Trader Bahwa terdapat kemungkinan perilaku noise trader
yang terus menekan harga saham suatu perusahaan. Prinsip keterbatasan arbitrase pada BFT ini, selain “menyangkal”
prinsip arbitrase pada teori ekonomi tradisional, juga membuat asumsi pertamanya agen berperilaku rasional perlu dikritisi.
Sebab, akibat adanya keterbatasan arbitrase itulah, justru agen menjadi berperilaku tidak rasional. Atas dasar teori ekonomi
tradisional, mestinya investor tidak terpengaruh oleh kesalahan harga dan mengambil keputusan investasi atas dasar data
fundamental. Namun, karena keterbatasan arbitrase, tindakan itu tidak dapat dilakukan. Akhirnya investor berperilaku tidak
rasional, yakni mengambil keputusan investasi tidak berdasarkan data fundamental.
b Bias psikologi investor Pada asumsi kedua dari teori ekonomi tradisional,
dikatakan bahwa individu mampu mencari dan memproses informasi, dalam memproses tersebut tidak sellau benar. Ini
disebabkan adanya apa yang dalam ilmu psikologi disebut bias perilaku. Inilah yang bisa menjelaskan mengapa hampir selalu ada
deviasi harga pasar terhadap nilai fundamental suatu instrument investasi di pasar keuangan.
Deviasi sebagai akibat dalam memproses informasi tidak selalu benar itu terjadi karena tidak terpenuhinya asumsi kedua,
yakni pada kenyataannya kemampuan individu untuk mencari dan memproses informasi adalah terbatas. Kalaupun, misalnya,
investor disediakan informasi yang sama dan alat untuk
commit to user
26
memprosesnya juga
sama, kemampuan
memproses dan
menginterpretasikan informasi bisa berbeda. Suatu saham, misalnya, bisa dianggap beresiko tingi bagi seorang investor, tapi
tidak bagi investor lainnya.
2 Asumsi Behaviour Finance Theory
Berdasarkan kedua pilar BFT tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam mengambil keputusan, individu tidak
sepenuhnya rasional atau lebih dikenal sebagai irrasional investor. Dengan demikian, BFT telah melahirkan paradigma baru dalam ilmu
ekonomi, yakni dengan memasukkan aspek perilaku individu dalam pengambilan keputusan investasi.
5. Lembaga Penjamin Simpanan LPS