Hasil uji pendahuluan Uji aktivitas antioksidan dan penetapan kadar bromelain terhadap Bovine Serum Albumin (BSA) dari ekstrak kulit buah nanas (Ananas comosus (L.) Merr)

Gambar 4. Kurva baku Bovine Serum Albumin BSA Penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometr i pada daerah UV pada panjang gelombang 280 nm. Menurut Ahmed 2005, pengukuran kadar pada panjang gelombang 280 nm ini dapat diaplikasikan pada protein murni, dimana asam amino yang dapat dideteksi merupakan asam amino yang mempunyai cincin aromatic seperti tryptophan, tyrosin, phenylamin, dan histidin. Kelebihan metode ini adalah mudah, cepat dan tidak merusak kandungan protein yang ada dalam sampel. Namun metode ini mempunyai kekurangan yaitu cakupan protein yang dideteksi cukup variatif sehingga tidak mampu menguk ur kadar protein yang lebih spesifik. Selain itu juga sensitivitas dari metode ini mencapai 0,2 – 2 mgml dan sangat tergantung dari keberadaan jumlah gugus aromatik yang ada pada asam amino. Bovine Serum Albumin BSA digunakan sebagai standar referens karena sifatnya yang stabil dan telah banyak digunakan dalam penelitian sebelumnya terhadap penghitungan kadar protein. y = 0,0006833x - 0,000533 R = 0,9999 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 200 400 600 800 1000 1200 A b so rb a n si Konsentrasi µgmL Tabel I. Hasil pengukuran absorbansi kadar enzim bromelain terhadap BSA Replikasi Konsentrasi µgmL Absorbansi Persamaan regresi linear 1 400 0,273 y = 0,0006833x – 0,000533 r = 0,9999 550 0,375 700 0,478 850 0,580 1000 0,683 2 400 0,251 y = 0,0006833x – 0,020933 r = 0,9999 550 0,358 700 0,455 850 0,561 1000 0,662 3 400 0,274 y = 0,0006893x – 0,004333 r = 0,9998 550 0,371 700 0,477 850 0,585 1000 0,684 Hasil pengukuran absorbansi pada replikasi 1 dan 2 menunjukkan nilai r sebesar 0,9999. Sedangkan pada replikasi 3 menunjukkan nilai r sebesar 0,9998. Nilai r yang baik menunjukkan koefisisen korelasi yang baik juga, ditunjukkan dari semakin mendekatinya titik-titik hasil perbandingan antara konsentrasi BSA dengan absorbansi BSA terhadap garis lurus yang terbentuk Gambar 6. Secara berturut-turut, persamaan regresi yang didapat dari replikasi 1, 2, dan 3 yaitu: y = = 0,0006833x – 0,000533; y = 0,0006833x – 0,020933; dan y = 0,0006893x – 0,004333. Hasil yang diperlihatkan pada tabel I menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang linear antara konsentrasi BSA dengan absorbansi yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan Ahmed 2005 yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi dari protein yang diukur dalam hal ini adalah BSA maka semakin tinggi pula absorbansi yang dihasilkan. Persamaan regresi yang didapat kemudian akan digunakan dalam menentukan nilai kadar enzim bromelain. Ekstrak kulit buah nanas diukur nilai absorbansinya untuk kemudian digunakan dalam menghitung kadar enzim bromelain yang dihitung terhadap BSA. Secara berturut- turut nilai absorbansi ekstrak kulit buah nanas yang didapat adalah 0,545; 0,531; dan 0,531. Tabel II. Hasil penetapan kadar enzim bromelain Replikasi Bobot enzim mg Bobot ekstrak mg Kadar Enzim bb x ± SD 1 19,96 250,5 7,95 7.8233 ± 0,1096 2 19,44 250,5 7,76 3 19,44 250,5 7,76 Hasil penetapan kadar enzim bromelain dari kulit buah nanas yang dihitung terhadap BSA dapat dilihat pada tabel 2. Secara rata-rata, kadar enzim yang didapat dari penelitian ini sebesar 7,8233 bb. Hasil ini sangat berbeda jauh dengan hasil yang didapatkan oleh penelitian yang dilakukan Bresolin et al 2013 yang mampu mencapai 75. Hal yang mampu menyebabkan perbedaan hasil yang sangat jauh ini salah satunya adalah singkatnya waktu sentrifugasi dimana pada penelit ia n Bresolin et al 2013 waktu sentrifugasi mencapai 30 menit dan pada penelitian ini waktu sentrifugasi hanya mencapai 10 menit. Kemudian bentuk ekstrak kental sebagai hasil purifikasi dari ekstrak kulit buah nanas yang memungkinkan masih adanya kandungan protein yang lain selain bromelain dan juga masih adanya kandungan air yang terdapat di dalam ekstrak kental. Hal ini berbeda dengan hasil dari Bresolin et al 2013 dimana hasil purifikasi mencapai bentuk serbuk.

F. Hasil Optimasi Uji Aktivitas Antioksidan

1. Penentuan

Operating Time OT Penentuan OT bertujuan untuk mendapatkan rentang waktu yang tepat dalam pengukuran absorbansi sampel, dimana reaksi antara radikal DPPH dengan senyawa uji telah berlangsung secara optimal sehingga dapat menghasi lka n absorbansi yang stabil. Penentuan OT ini dilakukan dengan cara menguk ur absorbansi dari larutan DPPH dengan larutan rutin menggunakan spektrofotometer visible pada panjang gelombang serapan maksimum teoritis, yaitu 517 nm Kedare dan Singh, 2011. Penentuan OT didasarkan pada waktu ketika nilai absorbansi mulai stabil atau selisih nilai absorbansi tiap selang waktu mulai kecil. Pengukuran absorbansi untuk penentuan OT ini dilakukan tiap selang waktu 5 menit selama 60 menit. Dalam penentuan OT ini digunakan larutan rutin dengan 3 konsentrasi yang berbeda, yaitu 5 µgmL, 15 µgmL, dan 25 µgmL. Setiap konsentrasi akan memberikan nilai absorbansi yang berbeda pada panjang gelombang yang maksimum, sehingga ketiga konsentrasi tersebut akan merepresentasikan OT pada setiap konsentrasinya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI