UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
12 1 tampak bahwa dalam rangka pendayagunaan kemampuan daerah untuk
menyelenggarakan otonomi daerah, dimungkinkan diambil kebijakan setingkat undang-undang untuk pembentukan, pemekaran, penghapusan
dan penggabungan daerah otonom. Selanjutnya pada Penjelasan Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 5 ayat 2 dinyatakan bahwa :
“Persetujuan DPRD dalam ketentuan ini diwujudkan dalam bentuk keputusan DPRD yang diproses berdasarkan pernyataan aspirasi sebagian
besar masyarakat setempat” Berdasarkan UU No 322004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa
pembentukan daerah pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan pelayanan
publik guna
terwujudnya kesejahteraan
masyarakat. Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau
bagian daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih
Proses pembentukan daerah didasari pada persyaratan administratif, teknis dan fisik kewilayahan. Persyaratan administratif prosesnya
didasarkan atas aspirasi sebagian besar masyarakat setempat untuk ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah dengan melakukan kajian akademis
terhadap rencana pembentukan daerah Persyaratan teknis didasari pada faktor kemampuan ekonomi, potensi
daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan, keamanan, kemampuan keuangan, kesejahteraan masyarakat,
dan rentang kendali Persyaratan fisik kewilayahan meliputi cakupan wilayah, lokasi calon ibu kota, sarana dan prasarana pemerintahan
Pada hakekatnya, pembentukan daerah tidak boleh mengakibatkan daerah induk menjadi tidak mampu menyelenggarakan otonomi daerah.
Dengan demikian, daerah yang dibentuk dan daerah induknya harus mampu menyelenggarakan otonomi daerah. Untuk memperlancar
penyelenggaraan pemerintahan di daerah otonom baru, pemerintahan daerah dari daerah induk agar melaksanakan kewajibannya sebagai daerah
13 induk. Sedangkan pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan,
fasilitasi, dan evaluasi terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah
B. Rancangan Peraturan Pemerintah RPP Tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan, dan Penggabungan Daerah
Sejalan dengan itu, Pemerintah saat ini telah menyusun Rancangan Peraturan Pemerintah RPP tentang Pemekaran Wilayah sebagai pengganti
dari Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000, yang antara lain mengatur syarat pembentukan dan kriteria pemekaran, penghapusan dan
penggabungan daerah. Dalam Rancangan Peraturan Pemerintah RPP dimaksud telah pula diatur tentang cara pengukuran dan penilaian
pembentukan, pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah. Pengukuran dan penilaian dilakukan terhadap tingkat kemampuan daerah
yang digambarkan oleh indikator dan sub indikator dari variabelkriteria kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah
penduduk, luas wilayah, pertahanan keamanan dan pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah.
Hasil pengukuran adalah jumlah skor tertentu dari tingkat kemampuan daerah yang merupakan dasar penilaian apakah suatu daerah
layak atau tidak untuk dimekarkan. Penilaian tingkat kemampuan daerah dalam rangka pemekaran adalah penilaian terhadap potensi kecamatan.
Hasil penilaian dapat dikategorikan ke dalam 3 tiga tingkatan yaitu:
Mampu, Kurang Mampu dan Tidak Mampu.
Hasil penilaian merupakan rekomendasi kebijakan, sebagai berikut : I
Jika kabupaten induk dan calon kota yang akan dibentuk Mampu, maka pilihan tindakan yang diambil adalah;
- diusulkan pembentukan kota otonom baru, jika aspirasi masyarakat menunjukkan kecenderungan mendukung pemekaran;
14 - diadakan sosialisasi terlebih dahulu jika aspirasi masyarakat
menunjukkan kecenderungan kurang mendukung pemekaran baru kemudian diusulkan pembentukan kota otonom baru.
II Jika kabupaten induk dan calon kota yang akan dibentuk Kurang
Mampu, maka pilihan tindakan yang diambil adalah : - Jika aspirasi masyarakat menunjukkan kecenderungan mendukung
pemekaran, maka diusulkan pembentukan kota otonom baru dengan melakukan pembinaan pengembangan potensi daerah
dalam jangka waktu 5 tahun, dan kemudian jika dalam batas waktu tersebut belum memenuhi persyaratan dapat diusulkan untuk
digabung kembali dengan kabupaten induk; - Jika aspirasi masyarakat menunjukkan kecenderungan kurang
mendukung pemekaran, maka diadakan sosialisasi terlebih dahulu, kemudian baru diusulkan pembentukan kota otonom baru diikuti
dengan jangka waktu 5 tahun untuk dievaluasi dengan masa tenggang 5 tahun, dan kemudian jika dalam batas waktu tersebut
belum memenuhi persyaratan dapat diusulkan untuk digabung kembali dengan kabupaten induk.
III Jika keduanya atau salah satu Tidak Mampu, maka pilih tindakan
yang diambil adalah : - Jika aspirasi masyarakat menunjukkan kecenderungan mendukung
pemekaran, maka dilakukan pembinaan dan pengembangan potensi kota otonom baru menuju kategori lulus bersyarat;
- Jika aspirasi masyarakat menunjukkan kecenderungan kurang mendukung pemekaran, maka dilakukan sosialisasi seiring dengan
pembinaan dan pengembangan potensi kota otonom menuju kategori lulus bersyarat.
Kerangka pemikiran pembentukan kota otonom di Kabupaten Indramayu dapat dilihat pada diagram berikut :
15
PROSES PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM DI INDONESIA
Persetujuan DPRD
Provinsi Jawa Barat
Persetujuan Gubernur
Jawa Barat
Persetujuan Bupati
Indramayu Persetujuan
DPRD Kabupaten
Indramayu
UNDANG-UNDANG PEMBENTUKAN
DPR PRESIDEN
DPD
DEPDAGRI
Penelitian Ilmiah
ASPIRASI MASYARAKAT
TIDAK SETUJU
SETUJU 50+1
Diambil dari BPD Badan Permusyawaratan Desa
Seluruh Desa Forum Ketua RW di Kelurahan
LSM
DPOD
: Wilayah studi
16
16