Faktor Lingkungan Environment Faktor-faktor Pembentuk Kepribadian

Proses Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian 115 suatu tujuan. Nafsu ada yang mengarah pada tujuan positif, seperti nafsu makan, nafsu menjadi orang sukses, dan lain-lain. Namun ada pula nafsu ke arah tujuan negatif, misalnya nafsu serakah dan keinginan untuk menang sendiri. 3 Tingkat Kecerdasan Salah satu bagian kepribadian yang diwarisi dari orang tua adalah kemampuan belajar atau tingkat kecerdasan. Menurut hasil suatu penelitian, kecerdasan seorang anak mirip atau hampir sama dengan tingkat kecerdasan orang tua kandungnya. Apabila seorang anak diasuh oleh orang tua angkat, tingkat kecerdasan orang tua angkat tidaklah berpengaruh. Setiap orang memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda. Para ahli ilmu jiwa menggolongkan tingkatan-tingkatan itu menjadi idiot, debil, embisil, moron, normal, pandai, supernormal, dan genius. Rata-rata orang memiliki kecerdasan normal, hanya sedikit orang yang memiliki tingkat kecerdasan di atas normal genius atau di bawah normal idiot.

c. Faktor Lingkungan Environment

Ciri-ciri kepribadian seseorang dalam hal ketekunan, ambisi, kejujuran, kriminalitas, dan kelainan merupakan hasil pengaruh lingkungan. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kita, baik keadaan fisik, sosial, maupun kebudayaan. Dengan demikian, ada tiga faktor lingkungan yang dapat memengaruhi pembentukan kepribadian seseorang. Namun, pengaruh ketiganya tidak berdiri sendiri. 1 Lingkungan Fisik Lingkungan fisik meliputi keadaan iklim, tipografi, dan sumber daya alam. Ketiganya dapat memengaruhi perilaku masyarakat yang tinggal di dalamnya. Keadaan iklim dan geo- grafi suatu daerah memengaruhi pe- rilaku seseorang. Tanah yang subur mampu mendukung kehidupan pen- duduk secara lebih baik. Kualitas hidup yang baik memengaruhi peri- laku seseorang. Sementara itu, daerah yang tandus menyebabkan penduduknya miskin. Perilaku orang miskin jelas berbeda dengan pe- rilaku orang berkecukupan. Keadaan lingkungan fisik juga berpengaruh terhadap karakter seseorang, misalnya kehidupan pada masyarakat pantai. Orang-orang yang tinggal di pantai berbicara dengan nada keras dan agak kasar. Hal tersebut Gambar 4.11 Masyarakat nelayan berkepribadian keras karena menyesuaikan dengan lingkungan laut yang juga keras. Foto: Masyarakat Nelayan Sumber: Insight Guides Di unduh dari : Bukupaket.com 116 Sosiologi SMAMA Kelas X akibat pengaruh suasana laut yang riuh oleh deburan gelombang. Mereka berbicara keras dan berwatak kasar karena dipengaruhi kehidupan yang keras di laut. 2 Lingkungan Sosial Unsur-unsur pembentuk lingkungan sosial adalah kebudayaan, pengalaman kelompok, pengalaman unik, sejarah, dan pengetahuan. Faktor lingkungan sosial bersifat dinamis yang artinya faktor tersebut tidak bersifat permanen dan akan terus mengalami perubahan. Unsur-unsur tersebut memberi pengaruh terhadap individu yang terlibat dalam lingkungan sosialnya. Pengaruh yang diberikan kepada seorang individu. Hal seperti ini menyebabkan kepribadian yang muncul pada setiap individu juga berbeda-beda. Di samping itu, juga dapat disebabkan oleh perbedaan cara yang dilakukan oleh setiap individu dalam membentuk kepribadiannya masing-masing. a Unsur Kebudayaan Bentuk kebudayaan yang berkembang dalam suatu kelompok masyarakat sangat berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian anggota-anggotanya. Suatu kebudayaan tidak secara langsung memengaruhi suatu masyarakat, akan tetapi melalui proses pembiasaan yang terjadi terus-menerus. Dengan proses pembiasaan tersebut, anggota-anggota masyarakat akan mengalami perkemba- ngan ke arah bentuk baru secara alamiah. Pengaruh ini dapat dilihat dengan jelas, apabila salah satu anggota ma- syarakat tersebut berada di luar kelompok budayanya dan bertemu dengan kelompok budaya lain. Misalnya A berasal dari Medan. Dalam kehidupan sehari-hari, dia terbiasa berbahasa dengan gaya bahasa yang keras. Ketika dia berada di daerah Keraton Yogyakarta yang berbudaya jawa halus dengan tutur kata yang sopan, dia merasa berbeda dengan orang-orang disekitarnya. Hal ini menunjukkan bahwa budaya orang Medan atau Batak telah memengaruhi kepribadian A. b Unsur Pengalaman Kelompok Tanpa pengalaman kelompok, kepribadian seseorang tidak berkembang. Sejak dilahirkan, seorang anak hidup dalam kelompok sosial, yaitu keluarga. Dari pengalaman bergaul dengan anggota keluarganya, secara bertahap anak menerima berbagai pengalaman hidup. Seiring dengan kematangan fisiknya, berbagai pengalaman sosialpun berakumulasi, sehingga membentuk suatu gambaran mengenai dirinya. Lama kelamaan, pengalaman yang dia peroleh Gambar 4.12 Pusat kehalusan budaya Jawa Foto: Keraton. Sumber: Haryana Di unduh dari : Bukupaket.com Proses Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian 117 semakin meluas. Dari pengalaman bergaul dengan kelompok bermain, teman sebaya, dan akhirnya dalam lingkungan kerja. Misalnya, apabila seorang anak kehilangan kasih sayang, biasanya dia gagal mengembangkan kepri- badian yang wajar. Anak-anak seper- ti ini akan memiliki masalah dalam kepribadiannya. Mereka dapat tumbuh menjadi orang yang apatis, menarik diri dari pergaulan sosial, atau justru agresif. Seseorang mem- butuhkan pengalaman kelompok yang intim untuk dapat berkembang sebagai manusia dengan kepribadian normal, bukan manusia yang bermasalah. c Unsur Pengalaman Unik Walaupun anak-anak dibesarkan dalam satu keluarga yang sama, bukan berarti mereka selalu memperoleh perlakuan yang sama. Misalnya, anak pertama selalu akan mem- peroleh perhatian penuh sebagai anak satu-satunya sampai lahir adiknya kemudian. Pengalaman itu bersifat unik dan tidak dirasakan oleh adiknya. Hal seperti ini, terjadi dalam satu keluarga yang sama. Padahal kenyataannya, setiap keluarga me- miliki cara yang berbeda dalam memperlakukan anak-anaknya. Se- mua ini merupakan pengalaman yang unik. Setiap pengalaman hidup se- seorang bersifat unik. Unik dalam pengertian bahwa tidak seorang pun mengalami serangkaian pengalaman yang sama persis, dengan cara yang persis sama. Keunikan juga berarti tidak ada seorang pun yang mempunyai latar belakang pengalaman yang sama. Tidak ada pengalaman siapa pun yang secara sempurna dapat menyamainya. Mungkin saja pengalaman itu serupa, namun tidak akan benar-benar sama persis. Bahkan, apabila ada dua anak kembar yang diasuh oleh sebuah keluarga yang sama, kemudian diperlakuan secara sama, disekolahkan pada lembaga yang sama, dan memasuki kelompok permainan yang sama sekalipun, tidak akan menjamin kedua anak tersebut memperoleh pengalaman yang sama persis. Gambar 4.14 Setiap individu menghayati penga- laman yang berbeda, walaupun mengalami peristiwa yang sama. Sumber: Haryana Gambar 4.13 Anak-anak bermasalah, kepribadiannya juga terganggu. Foto: Sekelompok anak nakal. Sumber: Haryana Di unduh dari : Bukupaket.com 118 Sosiologi SMAMA Kelas X Selanjutnya, pengalaman yang diterima seorang anak tidak sekadar bertambah, tetapi juga menyatu. Arti dan pengaruh suatu pengalaman tergantung kepada pengalaman-pengalaman yang mendahuluinya. Ini berarti bahwa pengalaman setiap orang merupakan suatu jaringan yang luar biasa rumitnya. Jaringan itu terbentuk oleh jutaan peristiwa yang masing-masing memperoleh arti dan pengaruh dari semua pengalaman yang telah mendahului- nya. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan kalau kepribadian seseorang bersifat rumit. d Unsur Sejarah Sejarah yang dimiliki kelompok masyarakat merupakan bagian yang tidak dapat pisahkan dari kelompok masyarakat tersebut. Nilai yang dikandung dalam sejarahnya secara turun-temurun akan dijadikan semangat dan pegangan dalam bertindak. Sebagai perbandingan, rasa nasionalisme suatu negara yang meng- alami penjajahan. Misalnya, orang Surabaya bangga dengan sejarah kepah- lawanannya sehingga disebut Kota Pahlawan. Orang Sumatera Barat bangga dengan sejarah yang dibuat oleh Imam Bonjol. Sejarah-sejarah tersebut secara tidak langsung memengaruhi kepribadian anggota-anggota masyarakatnya dalam dalam proses interaksi dan bersosialisasi dengan anggota-anggota masyarakat lain. e Unsur Pengetahuan Secara teoritik, semakin tinggi tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang semakin baik pula kepribadiannya. Seseorang yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi biasanya dijadikan panutan dan teladan bagi anggota masyarakat lainnya. Hal ini menyebabkan, seseorang yang menjadi panutan merasa bahwa dia harus bertindak dan bertingkah laku sebagimana yang diharapkan masyarakat yang meneladaninya. Selain itu, pengetahuan yang dimilikinya berpengaruh terhadap pola pikir yang lebih arif dan bijaksana sehingga kepribadiannya seseorang akan berkembang secara positif.

d. Faktor Kejiwaan