Tujuan Penelitian Hasil-hasil Penelitian Lain

F. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi tentang hasil – hasil yang dicapai dengan penerapan PMR untuk materi bangun datar segiempat terhadap minat dan hasil belajar siswa. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Apakah proses pembelajaran di kelas sudah sesuai dengan langkah – langkah pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik? 2. Apa hasil belajar yang dicapai oleh siswa pada materi bangun datar segiempat sesudah menjalani pembelajaran dengan PMR?

G. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat penelitian dijelaskan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai referensi untuk mengembangkan pembelajaran bangun datar segiempat.

2. Manfaat Praktis

Manfaat penelitian secara praktis diharapkan dapat memiliki kemanfaatan sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti Menambah pengalaman dalam mengembangkan materi ajar untuk siswa tentang materi bangun datar segiempat dengan pendekatan PMR 2. Bagi Guru Memberi inspirasi untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran yang dikelolanya 3. Bagi Siswa Memberi pengalaman proses pembelajaran yang berbeda dari proses pembelajaran yang biasa mereka alam 11 BAB II KAJIAN TEORITIK

A. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar

Menurut Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap. Hal ini sejalan dengan pendapat Piaget yang menyatakan bahwa belajar adalah aktivitas siswa bila ia berinteraksi dengan Menurut Von Glasersfeld dalam Anggriamurti, 2009, 20, belajar adalah suatu proses mengasimilasikan dan mengkaitkan pengalaman atau pelajaran yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimilikinya, sehingga pengetahuan dapat dikembangkan. Menurut Von Glaserfeld 2011, pembelajaran yang bersifat generatif adalah tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon, konstruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya. Menurut Carin dalam Anggriamurti, 2009, 23 teori belajar konstruktivisme adalah guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus berperan aktif membangun sendiri pengetahuan didalam memorinya. Dalam hal ini, guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar, menggunakan strategi mereka sendiri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Menurut Shymansky 1992, konstruktivisme adalah aktivitas yang aktif, dimana peserta didik membina sendiri pengetahuannya, mencari arti apa yang mereka pelajari dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berpikir yang telah dimilikinya. Dalam mengkonstruksi pengetahuan tersebut peserta didik diharuskan mempunyai dasar membuat hipotesis dan mempunyai kemampuan untuk mengujinya, menyelesaikan persoalan, mencari jawaban dari persoalan yang ditemuinya, mengadakan renungan, mengekspresikan ide dan gagasan sehingga diperoleh konstruksi yang baru. Teori belajar konstruktivisme dibagi menjadi dua: konstruktivisme Jean Piaget dan Konstruktivisme Vygostky.

a. Konstruktivisme Jean Piaget

Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama dalam Dahar, 1989, 159 menegaskan bahwa penekanan teori konstruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari realitas lapangan. Peran guru dalam pembelajaran menurut teori konstruktivisme adalah sebagai fasilitator atau moderator. Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skema yang dimilikinya. Proses mengkonstruksi, sebagaimana dijelaskan Jean Piaget adalah sebagai berikut: 1 Skemata Sekumpulan konsep yang digunakan ketika berinteraksi dengan lingkungan disebut skemata. Sejak kecil anak sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan skema. Skema terbentuk karena pengalaman. Misalnya, anak senang bermain dengan kucing dan angsa yang sama-sama berbulu putih. Ia dapat menangkap perbedaan keduanya, yaitu bahwa kucing berkaki empat dan angsa berkaki dua. Dalam struktur kognitif anak terbentuk skema tentang binatang berkaki empat dan binatang berkaki dua. Semakin dewasa anak, maka semakin sempurnalah skema yang dimilikinya. Proses penyempurnaan skema dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi 2 Asimilasi Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pemikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan skemata melainkan perkembangan skemata. 3 Akomodasi Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang telah dimiliki. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi. Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada. 4 Keseimbangan Ekuilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sedangkan diskuilibrasi adalah keadaan dimana tidak seimbangnya antara proses asimilasi dan akomodasi, ekuilibrasi dapat membuat seseorang menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI b. Konstruktivisme Vygotsky Menurut Ratumanan 2004, 45 mengemukakan bahwa karya Vygotsky didasarkan pada dua ide utama. Pertama, perkembangan intelektual dapat dipahami hanya bila ditinjau dari konteks historis dan budaya pengalaman anak. kedua, perkembangan bergantung pada sistem-sistem isyarat mengacu pada simbol-simbol yang diciptakan oleh budaya untuk membantu orang berfikir, berkomunikasi dan memecahkan masalah, dengan demikian perkembangan kognitif anak mensyaratkan sistem komunikasi budaya dan belajar menggunakan sistem-sistem ini untuk menyesuaikan proses- proses berfikir sendiri. Menurut Slavin Ratumanan, 2004, 49 ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan. Pertama, dikehendakinya setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar kelompok-kelompok siswa dengan kemampuan yang berbeda, sehingga siswa dapat berinteraksi dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan startegi-strategi pemecahan masalah efektif di dalam daerah pengembangkan terdekat masing-masing. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan perancahan. Dengan scaffolding, semakin lama siswa semakin dapat mengambil tanggungjawab untuk pembelajaran. i Pengelolaan pembelajaran Interaksi sosial individu dengan lingkungannya sangat mempengaruhi perkembangan belajar seseorang, sehingga perkembangan sifat-sifat dan jenis manusia akan dipengaruhi oleh kedua unsur tersebut. Menurut Vygotsky 2000, peserta didik melaksanakan aktivitas belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sejawat yang mempunyai kemampuan lebih. Interaksi sosial ini PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual peserta didik. ii Pemberian bimbingan Menurut Vygotsky Wersch, 1985, tujuan belajar akan tercapai dengan belajar menyelesaikan tugas-tugas yang belum dipelajari tetapi tugas-tugas tersebut masih berada dalam daerah perkembangan terdekat mereka yaitu tugas-tugas yang terletak di atas peringkat perkembangannya. Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses aktivitas psikis yang menghasilkan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap; dan teori belajar menurut aliran konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran dimana guru tidak hanya menyampaikan atau memberikan suatu informasi yang berupa pengetahuan kepada siswa melainkan siswa dapat berperan aktif dalam menggali pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan yang dimiliki siswa dapat berupa pengetahuan sosial dan pengetahuan dalam dirinya.

2. Hasil Belajar

Menurut Sudjana 2010, 22, hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Menurut Warsito dalam Depdiknas, 2006, 125, hasil belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar. Menurut Wahidmurni 2010, 18, seseorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut diantaranya dari segi kemampuan berpikir, ketrampilan atau sikap terhadap suatu objek. Menurut taksonomi Bloom, yakni dikelompokkan dalam tiga ranah domain yaitu ranah kognitif kemampuan berpikir, ranah afektif PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sikap, dan ranah psikomotorik ketrampilan. Sehubungan dengan itu maka menurut Gagne dalam Sudjana, 2010, 23 mengemukakan hasil belajar menjadi lima macam anatara lain: 1 hasil belajar intelektual merupakan hasil belajar yang berlandaskan pada pengetahuan seseorang ; 2 startegi kognitif yaitu mengatur cara belajar dan berfikir seseorang dalam arti seluas-luasnya termasuk kemampuan memecahkan masalah; 3 sikap dan nilai, berhubungan dengan arah intensitas emosional dimiliki seseorang sebagaimana disimpulkan dari kecenderungan tingkah laku terhadap orang dan kejadian; 4 informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta; dan 5 keterampilan motorik yaitu kecakapan yang berfungsi untuk lingkungan hidup serta memprestasikan konsep dan lambang. Untuk mengetahui hasil belajar seseorang dilakukan dengan tes dan pengukuran. Tes dan pengukuran memerlukan alat sebagai pengumpulan data yakni instrumen penilaian hasil belajar. Menurut Wahidmurni 2010, 28, instrumen dibagi dua bagian besar, yakni tes dan non tes. Menurut Hamalik 2006, 155, hasil belajar yang diperoleh dapat diukur melalui kemajuan yang diperoleh siswa setelah belajar dengan sesungguhnya. Hasil belajar tampak terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur melalui perubahan sikap dan ketrampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya. Menurut teori Bloom terdapat tiga ranah dalam hasil belajar yakni: ranah kognitif kemampuan berpikir , ranah afektif sikap, dan ranah psikomotorikketrampilan. a. Ranah Kognitif Pada dasarnya kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya menghafal, memahami, mengaplikasi, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Berikut keenam jenjang ranah kognitif: 1 Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat- ingat kembali atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pengetahuan atau ingatan disebut sebagai proses berfikir yang paling rendah 2 Pemahaman adalah kemampuan untuk mengerti atau memshami suatu untuk diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata- katanya sendiri. 3 Aplikasi adalah kemampuan yang menggunakan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip. Penerapan merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada pemahaman 4 Analisis adalah kemampuan untuk merinci atau menguraikan suatu bahan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. 5 Sintesis adalah suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola yang baru 6 Evaluasi merupakan jenjang berfikir paling tinggi dalam ranah kognitif taksonomi Bloom. Penilaianevaluasi merupakan kemampuan untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, misalnya jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ia akan mampu memilih satu pilihan terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria. a Ranah Afektif Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan terlihat pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi kedalam lima jenjang, yaitu: 1 Penerimaan Penerimaan adalah kepekaan seseorang dalam menerima rancangan dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain- lain, termasuk dalam jenjang ini misalnya: kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala yang datang dari luar. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai yang diajarkan dan mau menggabungkan diri kedalam nilai atau mengindentifikasikan diri dengan nilai 2 Tanggapan Tanggapan mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang receiving 3 Penghargaan Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai penghargaan terhadap suatu kegiatan. Dalam kaitan proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep yaitu baik dan buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian. 4 Pengorganisasian Mengatur atau pengorganisasian artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. 5 Karekteristik Berdasarkan nilai-nilai ini lebih mengacu pada karakter dan daya hidup seseorang. Tujuan dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial, dan emosi jiwa yaitu keterpaduan semua nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi emosinya. b Ranah Psikomotorik Ranah psikomotorik adalah kemampuan yang dihasilkan oleh fungsi motorik manusia yaitu berupa keterampilan untuk melakukan sesuatu. Keterampilan melakukan tersebut meliputi keterampilan motorik, keterampilan intelektual, dan keterampilan sosial. Ranah psikomotorik ini dikembangkan oleh Simpson, dan klasifikasi ranah psikomotorik tersebut adalah: 1 Persepsi, penggunaan alat indera untuk menjadipegangan dalam membantu gerakan. Persepsi ini mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan. Adanya suatu reaksi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang menunjukan kesadaran akan hadirnya rangsangan dan perbedaan antara seluruh rangsangan yang ada. 2 Kesiapan. Kesiapan fisik, mental dan emosional untuk melakukan gerakan. Kesiapan mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan rohani 3 Guided Respon Respon Terpimpin Tahap awal dalam mempelajari ketrampilan yang kompleks, termasuk didalamnya imitasi dan gerakan coba-coba. 4 Mekanisme Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dalam menyakinkan dan cakap. Ini mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerakan secara lancar karena sudah dilatih secukupnya tanpa memperhatikan contoh yang diberikan. 5 Respon tampak yang kompleks. Gerakan motoris yang terampil yang didalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks. Gerakan kompleks mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu ketrampilan, yang terdiri dari beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan efisien 6 Penyesuaian. Ketrampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi. Adaptasi ini mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak dengan kondisi setempat. 7 Penciptaan. Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Penciptaan atau kreativitas ini mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak yang baru. Dari paparan diatas disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara positif serta kemampuan yang dimiliki siswa dari suatu interaksi tindakan belajar dan mengajar yang berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi verbal, dan hasil belajar motorik. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya.

B. Proses Penyelesaian Masalah

Menurut Polya 1985, pemecahan masalah sebagai satu usaha mencari jalan keluar dari satu kesulitan guna mencapai satu tujuan yang tidak begitu mudah segera untuk dicapai, sedangkan menurut Utari dalam hamsah 2003, 24, pemecahan masalah dapat berupa menciptakan ide baru, menemukan teknik atau produk baru. Bahkan dalam pembelajaran matematika, selain pemecahan masalah mempunyai arti khusus ialah interprestasi yang berbeda, misalnya menyelesaikan soal cerita yang tidak rutin dan mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Polya 1985 mengajukan empat langkah fase penyelesaian masalah adalah memahami masalah, merencanakan masalah, menyelesaikan masalah dan melihat kembali.

1. Proses Penyelesaian Masalah Menurut Polya 1985.

Langkah-langkah penyelesaian masalah menurut Polya 1985 sebagai berikut: a. Memahami masalah Pelajar seringkali gagal dalam menyelesaikan masalah karena semata-mata mereka tidak memahami masalah yang dihadapinya atau mungkin ketika suatu masalah diberikan kepada anak dan anak itu langsung dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan benar, namun soal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah. Untuk dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI memahami suatu masalah yang harus dilakukan adalah pahami bahasa atau istilah yang digunakan dalam masyarakat tersebut, merumuskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan. Kemampuan dalam menyelesaikan masalah dapat diperoleh dengan rutin menyelesaikan masalah. Berdasarkan hasil dari banyak penelitian, anak yang rutin dalam latihan pemecahan masalah akan memiliki nilai tes pemecahan masalah yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang jarang berlatih mengerjakan soal-soal pemecahan masalah. Selain itu, ketertarikan dalam menghadapi tantangan dan kemauan untuk menyelesaikan masalah merupakan modal utama dalam pemecahan masalah. b. Merencanakan masalah Memilih rencana pemecahan masalah yang sesuai bergantung dari seberapa sering pengalaman kita menyelesaikan masalah sebelumnya. Semakin sering kita mengerjakan latihan pemecahan masalah maka pola penyelesaian masalah itu akan semakin mudah didapatkan. Untuk merencanakan pemecahan masalah kita dapat mencari kemungkinan- kemungkinan yang dapat terjadi masalah yang pernah diselesaikan yang memiliki kesamaan pola dengan masalah yang akan dipecahkan. Kemudian barulah menyusun prosedur penyelesaiannya. c. Melaksanakan rencana Langkah ini lebih mudah dari pada merencanakan pemecahan masalah, yang harus dilakukan hanyalah menjalankan strategi yang telah dibuat dengan ketekunan dan ketelitian untuk mendapatkan penyelesaian. d. Melihat kembali Kegiatan pada langkah ini adalah menganalisis dan mengevaluasi strategi dan hasil yang diperoleh benar, strategi yang dibuat dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah sejenis. Ini bertujuan untuk menetapkan keyakinan dan memantapkan pengalaman untuk mencoba masalah baru yang akan datang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik PMR

1. Filosofi Pendekatan Realistic Mathematics Education RME atau Pendekatan Matematika Realistik PMR pertama kali diperkenalkan di Belanda pada tahun 1970 oleh Hans Freudenthal. Filosofi yang mendasari PMR adalah matematika dan aktivitas manusia. Menurut Shadiq dan Mustajab 2010, 7, Pendekatan PMR merupakan suatu pendekatan yang mengungkapkan pengalaman dan kejadian yang dekat dengan siswa sebagai sarana untuk memahamkan persoalan matematika. Ini berarti matematika harus dekat dengan siswa dan relevan dengan kehidupan mereka sehari-hari. Dengan demikian konsep-konsep matematika yang abstrak, dapat dipahami secara real oleh siswa karena konsep yang abstrak tersebut dapat diimplementasikan dalam kehidupan mereka. Hal ini ditegaskan oleh konsep Freudenthal dalam Suradi, 2001, 2 yang menyatakan bahwa matematika merupakan aktivitas manusia. Oleh karena itu siswa harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali ide – ide reinvention dan mengkonstruksi konsep – konsep matematika dengan bimbingan orang dewasa. Upaya ini dilakukan melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan-persoalan realistik. Realistik dalam hal ini dimaksudkan bukan sekedar berhubungan dengan dunia nyata saja, tetapi menekankan pada masalah nyata yang dapat dibayangkan oleh siswa. Jadi penekanannya adalah membuat sesuatu itu menjadi nyata dalam pikiran siswa. Dengan demikian, pada pendekatan realistik, dunia nyata digunakan sebagai titik pangkal untuk mengembangkankonsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika dan pada akhir kita perlu merefleksikan solusi kembali ke dunia nyata. Proses pengembangan ide-ide dan konsep- konsep matematika yang dimulai dari dunia nyata disebut matematisasi konsep De Lange dalam Sunardi, 2001:3. Model skematis untuk proses belajar tersebut dilukiskan sebagai : Gambar 2. 1 Model Skematis Selanjutnya Treffer dalam Depdiknas, 2005, 29 merumuskan dua tipe pematematikaan yaitu pematematikaan horisontal dan pematematikaan vertikal. Pematematikaan horisontal menunjuk pada proses transformasi masalah yang dinyatakan dalam bahasa sehari-hari ke bahasa matematika. Jadi pada pematematikaan horisontal, siswa dengan pengetahuan yang telah dimilikinya diharapkan dapat mengorganisasikan dan memecahkan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pematematikaan vertikal adalah proses organisasi dalam matematika itu sendiri. Singkatnya matematisasi horisontal berkaitan dengan perubahan dunia nyata menjadi simbol-simbol dalam matematika, sedangkan matematisasi vertikal melibatkan pengubahan ke simbol-simbol matematika yang lebih abstrak. Meskipun perbedaan antara dua tipe pematematikaan itu mencolok, tidak berarti dua tipe tersebut terpisah sama sekali. Berkaitan dengan dua tipe pematematikaan di atas, Treffer dan Freudenthal dalam Yuwono, 2001 mengklasifikasikan pendekatan pembelajaran matematika berdasarkan intensitas pematematikaannya, yaitu pendekatan mekanistik, empiristik, strukturalis, dan realistik. Pendekatan mekanistik merupakan pendekatan tradisional, dimana pembelajaran matematika lebih ditekankan pada tubian drill dan penghapalan rumus saja, sedangkan proses pematematikaan vertikal maupun horisontal tidak tampak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Pendekatan empiristik adalah suatu pendekatan pembelajaran dimana konsep – konsep matematika tidak diajarkan dan diharapkan siswa dapat menemukan melalui pematematikaan horisontal, sehingga cenderung mangabaikan pematematikaan vertikal. Pendekatan strukturalis merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakansistem formal sehingga suatu konsep dicapai melalui pematematikaan vertikal dan cenderung mengabaikan pematematikaan horisontal. Pendekatan realistik, memberikan perhatian yang seimbang antara pematematikaan horisontal dan vertikal serta disampaikan secara terpadu kepada siswa, maksudnya suatu masalah kontekstual diambil sebagai titik awal dari belajar matematika, kemudian masalah itu akan dieksplorasi dengan kegiatan matematika horisontal. Kemudian dengan menggunakan pematematikaan vertikal, siswa akan mengembangkan ke konsep-konsep matematika. Adapun perbedaan keempat pendekatan pembelajaran matematika tersebut secara jelas dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. 1 Empat tipe Pendekatan Pembelajaran Matematika dalam Marpaung, 2001,2 Tipe Horisontal Vertikal Mekanistik - - Empiristik + - Strukturalistik - + Realistik + + Dari uraian di atas, terlihat dengan jelas bahwa pendekatan PMR memberikan perhatian yang seimbang antara pematematikaan horisontal maupun pematematikaan vertikal. Jadi Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik PMR adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang dimulai dari masalah – masalah nyata. Dari masalah nyata tersebut kemudian dilakukan pematematikaan horisontal yaitu transformasi masalah nyata PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ke dalam masalah matematika. Kemudian dilakukan pematematikaan vertikal yaitu menyelesaikan masalah tersebut sesuai dengan kaidah- kaidah di dalam matematika itu sendiri. Menurut De Lange 1995, pengajaran matematika dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik meliputi aspek-aspek yaitu: a. Memulai pelajaran dengan mengajukan masalah soal yang “riil” bagi siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya, sehingga siswa segera terlibat dalam pelajaran secara bermakna; b. Permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pelajaran tersebut. Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model simbolik secara informal terhadap persoalanmasalah yang diajukan. Berdasarkan uraian aspek-aspek di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan matematika realistik berlangsung secara interaktif, siswa mengajukan beberapa pertanyaan kepada guru, dan memberikan alasan terhadap pertanyaan atau jawaban yang diberikannya, memahami jawaban temannya siswa lain, setuju terhadap jawaban temannya, menyatakan ketidaksetujuan, mencari alternatif penyelesaian yang lain dan melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pelajaran.

2. Karakteristik Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik

PMR Adapun menurut Treffers 1987 merumuskan lima karakteristik Pendidikan Matematika Realistik dalam Wijaya, 2012, 21-23, yaitu:

a. Penggunaan Konteks

Konteks atau permasalahan realistik digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika. Konteks tidak hanya berupa masalah dunia nyata namun bisa dalam bentuk permainan, penggunaan alat peraga, atau situasi lain selama hal tersebut bermakna dan bisa dibayangkan dalam pemikiran siswa. Melalui penggunaan konteks, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI siswa dilibatkan secara aktif untuk melakukan kegiatan eksplorasi permasalahan. Hasil eksplorasi siswa tidak hanya bertujuan untuk menemukan jawaban akhir dari permasalahan yang diberikan, tetapi juga diarahkan untuk mengembangkan berbagai strategi penyelesaian masalah yang bisa digunakan. b. Penggunaan model untuk matematisasi progresif Dalam Pendidikan Matematika Realistik, model digunakan dalam melakukan matematisasi progresif. Penggunaan model berfungsi sebagai jembatan dari pengetahuan dan matematika kongkrit menuju pengetahuan matematika tingkat formal. c. Pemanfaatan hasil kontruksi siswa Mengacu pada pendapat Freudental bahwa matematika tidak diberikan kepada siswa sebagai suatu produk yang siap dipakai tetapi sebagai suatu konsep yang dibangun oleh siswa maka dalam Pendidikan Matematika Realistik siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Siswa memiliki kebebasan untuk mengembangkan strategi pemecahan masalah sehingga diharapkan akan diperoleh strategi yang bervariasi. d. Interaktivitas Proses belajar seorang bukan hanya suatu proses individu melainkan juga secara bersamaan merupakan proses sosial. Proses belajar siswa akan menjadi lebih singkat dan bermakna ketika siswa saling mengkomunikasikan hasil kerja dan gagasan mereka. Pemanfaatan interaksi dalam pembelajaran matematika bermanfaat dalam mengembangkan kemampuan kognitif dan afektif siswa secara simultan. e. Keterkaitan Konsep dalam matematika tidak bersifat parsial, namun banyak konsep matematika yang memiliki keterkaitan. Oleh karena itu, konsep – konsep matematika tidak dikenalkan kepada siswa secara terpisah atau terisolasi satu sama lain. Pendidikan Matematika Realistik menempatkan keterkaitan antar konsep matematika sebagai hal yang harus dipertimbangkan dalam proses pembelajaran. Melalui keterkaitan ini, suatu pembelajaran matematika diharapkan bisa mengenalkan dan membangun lebih dari satu konsep matematika secara bersamaan. Dari penjelasan diatas, yang dimaksud dengan pendekatan PMR adalah suatu pendekatan yang mengungkapkan dan kejadian yang dekat dengan siswa sebagai sarana untuk memahamkan persoalan matematika yang relevan sesuai dengan kehidupan mereka sehari-hari. Menurut Fauzi 2002, langkah – langkah dalam proses pembelajaran matematika dengan pendekatan PMR yakni: 1. Memahami masalah kontekstual, guru memberikan masalah kontekstual dalam kehidupan sehari – hari dan meminta siswa untuk memahami masalah tersebut. 2. Menjelaskan masalah kontekstual, yaitu jika dalam memahami masalah siswa mengalami kesulitan, maka guru menjelaskan situasi dan kondisi dari soal dengan cara memberikan petunjuk – petunjuk berupa saran seperlunya, terbatas pada bagian – bagian tertentu dari permasalahan yang belum dipahami. 3. Menyelesaikan masalah kontekstual, yaitu siswa secara individual menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara mereka sendiri. Cara pemecahan dan jawaban masalah berbeda lebih diutamakan. Dengan menggunakan lembar kerja, siswa mengerjakan soal, guru memotivasi untuk menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri. 4. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban, yaitu guru menyediakan waktu dan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban masalah secara berkelompok. Siswa dilatih untuk mengeluarkan ide – ide yang mereka miliki dalam kaitannya dengan interaksi siswa dalam proses belajar untuk mengoptimalkan pembelajaran. 5. Menyimpulkan, yaitu guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menarik kesimpulan tentang suatu konsep atau prosedur.

D. Minat

Menurut Winkel 1984, 30, minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang dalam bidang yang disukainya. Menurut Hurlock 1995, 113, minat yaitu adanya suatu ketertarikan yang sifatnya tetap dalam diri seseorang yang sedang mengalaminya atas suatu bidang atau hal tertentu dan adanya rasa senang terhadap bidang atau hal tersebut, sehingga seseorang mendalaminya atau dapat berubah-ubah. Menurut Dalyono 2009, 56-57, minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan datang dari hati. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk memperoleh benda atau tujuan yang diminati. Minat belajar yang cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah. Dalam usaha untuk mencapai sesuatu diperlukan minat, besar kecilnya minat sangat berpengaruh terhadap hasil yang diperolehnya. Dari paparan diatas, minat adalah suatu daya yang timbul dari luar atau dari dalam diri seseorang untuk menyukai sesuatu.

1. Aspek Minat

Menurut Hurlock 1995, 117, aspek minat dibagi menjadi tiga aspek yaitu : a. Aspek kognitif, b. Aspek afektif, dan c. Aspek psikomotor. a. Aspek kognitif Aspek kognitif didasari pada konsep perkembangan dimasa anak-anak mengenai hal-hal yang menghubungkannya dengan minat. Ketika seseorang melakukan aktivitas, tentu mengharapkan sesuatu yang akan didapat dari proses suatu aktivitas tersebut. Sehingga seseorang yang memiliki minat terhadap sesuatu aktivitas akan dapat mengerti dan mendapatkan banyak manfaat dari suatu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI aktivitas yang dilakukannya. Jumlah waktu yang dikeluarkan berbanding dengan kepuasan yang diperoleh dari suatu aktivitas yang dilakukan sehingga aktivitas tersebut akan terus dilakukan. b. Aspek afektif Aspek afektif atau emosi yang mendalam merupakan konsep yang berhubungan aspek kognitif dari minat yang dilihat dalam sikap terhadap aktivitas yang diminatinya. Seseorang akan memiliki minat yang tinggi terhadap suatu hal karena kepuasan dan manfaat yang telah didapatkan serta mendapat penguatan respon dari orang tua, guru, kelompok, dan lingkunganya, maka seseorang tersebut akan fokus pada aktivitas yang diminatinya c. Aspek psikomotor Aspek psikomotor lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau pelaksanaan, sebagai tindak lanjut dari nilai yang didapat melalui aspek kognitif dan diinternalisasikan melalui aspek afektif sehingga mengorganisasi dan diaplikaskan dalam bentuk nyata melalui aspek psikomotor. Seseorang yang memiliki minat tinggi terhadap sesuatu hal akan berusaha mewujudkan sebagai pengungkapan ekspresi atau tindakan nyata dari keinginannya. Kriteria minat seseorang digolongkan menjadi 3 kategori yaitu rendah, jika seseorang tidak menginginkan objek tertentu; Sedang, jika seseorang menginginkan objek minat akan tetapi tidak dalam waktu segera; dan tinggi, jika seseorang menginginkan objek minat dalam waktu segera.

E. Persegi dan Persegi Panjang

Menurut Marsigit keliling bangun datar adalah jumlah dari seluruh panjang sisi – sisi pada bangun datar itu. Sedangkan luas bangun datar adalah luas daerah yang dibatasi oleh sisi – sisi bangun datar. 1. Persegi Panjang Menurut Rolland R. Smith and James F. Ulrich, persegi panjang adalah jajargenjang yang memiliki sudut siku – siku. Contoh : Misal ABCD adalah persegi panjang sebagai berikut Gambar 2. 2 Persegi Panjang ABCD Sifat-sifat persegi panjang yaitu : a. Persegi panjang ABCD diatas, mempunyai empat sudut siku-siku yaitu ∠���, ∠���, ∠���, ∠��B b. Persegi panjang ABCD diatas, mempunyai 2 pasang sisi yang berhadapan sama panjang yaitu �� ���� dan �� ���� serta �� ���� dan �� ���� c. Persegi panjang ABCD diatas, terdapat 2 diagonal yang sama panjang adalah diagonal �� ����, dan diagonal �� ���� d. Persegi panjang ABCD diatas, kedua diagonal tersebut saling berpotongan di titik tengah kedua diagonal yaitu titik E e. Sumbu simetri adalah garis yang membagi suatu bangun menjadi dua bagian yang kongruen. Persegi panjang ABCD diatas, terdapat 2 sumbu simetri yaitu sumbu simetri �� ⃖����⃗ dan sumbu simetri �� ⃖���⃗ f. Memiliki simetri putar tingkat 2. A B C D R S T U E Bangun datar dapat dikatakan memiliki simetri putar jika ada satu titik pusat dapat diputar kurang dari satu putaran penuh sehingga bangun tersebut dapat menempati bangun semula. Jika persegi panjang ABCD pada gambar 2.2 dirotasikan sebesar 180° dengan pusat rotasi di titik tengah perpotongan kedua diagonal, maka akan diperoleh persegi panjang sebagai berikut Gambar 2. 3 Persegi Panjang ABCD dirotasi ���° Jika persegi panjang ABCD pada gambar 2.2 dirotasikan sebesar 360° dengan pusat rotasi di titik tengah perpotongan kedua diagonal, maka akan diperoleh persegi panjang sebagai berikut Gambar 2. 4 Persegi panjang ABCD dirotasi ���°

2. Keliling Persegi Panjang

Keliling persegi panjang adalah jumlah dari seluruh panjang sisi – sisi pada persegi panjang. Gambar di bawah ini menunjukkan persegi panjang ABCD dengan panjang sisi adalah AB, BC, CD, dan DA. Diberikan persegi panjang ABCD dengan panjang = 6 cm dan lebar = 4 cm. Berikut gambar persegi panjang ABCD: C D B A C D B A Gambar 2. 5 Persegi panjang ABCD Keliling suatu bangun datar adalah jumlah dari seluruh panjang sisi – sisi bangun datar. Maka AB = CD = 6 cm serta BC = AD = 4 cm. Keliling ABCD = AB + BC + CD + DA = 6 + 4 + 4 + 6 cm = 16 cm Selanjutnya, AB disebut panjang p dan BC disebut lebar l. Secara umum dapat disimpulkan bahwa keliling persegi panjang dengan panjang p dan lebar l adalah K = 2 p + l atau K = 2 p + 2l

3. Luas persegi panjang

Diberikan persegi panjang ABCD dengan panjang = 6 cm dan lebar = 4 cm. Berikut gambar persegi panjang ABCD Gambar 2. 6 Persegi panjang ABCD Panjang AB = CD = 6 cm dan lebar BC = AD = 4 cm. Maka luas persegi panjang ABCD = 6 x 4 = 24 �� 2 C D B A 6 cm 4 cm C D B A 6 cm 4 cm Jadi, luas persegi panjang dengan panjang p dan lebar l adalah L = p × l

4. Persegi

Menurut Rolland R. Smith and James F. Ulrich, persegi adalah persegi panjang dengan dua sisi bersebelahan yang sama panjang. Contoh : Misal ABCD adalah persegi sebagai berikut Gambar 2. 7 Persegi ABCD Sifat-sifat persegi yaitu a. Persegi ABCD di atas, memiliki empat sudut siku – siku yaitu ∠���, ∠���, ∠���, ∠��� b. Persegi ABCD di atas, memiliki dua diagonal saling berpotongan dan membagi 2 sama panjang adalah diagonal �� ����, dan diagonal �� ���� c. Persegi ABCD di atas, terdapat dua pasang sisi sama panjang yaitu �� ���� dan �� ���� serta �� ���� dan �� ����, d. Persegi ABCD di atas, kedua diagonal berpotongan saling tegak lurus adalah �� ���� ⊥ �� ���� e. Persegi ABCD di atas, kedua diagonal berpotongan dititik tengah kedua diagonal adalah titik E f. Sumbu simetri adalah garis yang membagi suatu bangun menjadi empat bagian yang kongruen. A B C D R S T U E Pada persegi ABCD diatas, terdapat 4 sumbu simetri yaitu sumbu simetri �� ⃖����⃗, sumbu simetri �� ⃖����⃗, sumbu simetri �� ⃖����⃗, sumbu simetri �� ⃖���⃗ g. Memiliki simetri putar tingkat 4. Suatu bangun datar dikatakan memiliki simetri putar jika ada satu titik pusat pada bangun tersebut dapat diputar kurang dari satu putaran penuh sehingga rotasi bangun tersebut dapat menempati bangun semula. Jika persegi ABCD pada gambar 2.7 dirotasikan sebesar 90° dengan pusat rotasi di titik tengah perpotongan kedua diagonal, maka akan diperoleh persegi sebagai berikut: Gambar 2. 8 Persegi ABCD dirotasi ��° Jika persegi ABCD pada gambar 2.7 dirotasikan sebesar180° dengan pusat rotasi dititik tengah perpotongan kedua diagonal , maka akan diperoleh persegi sebagai berikut Gambar 2.9 Persegi ABCD dirotasi ���° Jika persegi ABCD pada gambar 2.7 dirotasikan sebesar 270° dengan pusat rotasi titik tengah perpotongan kedua diagonal, maka akan diperoleh persegi sebagai berikut B C A D B C A D Gambar 2.10 Persegi ABCD dirotasi ���° Jika persegi ABCD pada gambar 2.7 dirotasikan sebesar 360° dengan pusat rotasi di titik tengah perpotongan kedua diagonal, maka akan diperoleh persegi sebagai berikut Gambar 2. 11 Persegi ABCD dirotasi ���°

5. Keliling Persegi

Keliling persegi adalah jumlah dari seluruh panjang sisi - sisi persegi. Pada gambar 2.12 jumlah dari seluruh panjang sisi – sisi persegi yaitu AB + BC + CD + AD Gambar di bawah ini menunjukkan bangun persegi ABCD dengan panjang sisi yaitu AB = BC = CD = AD = 5 cm Gambar 2. 12 Persegi ABCD Keliling ABCD = AB + BC + CD + DA B C A D 5 cm 5 cm B C A D B C A D = 5 + 5 + 5 + 5 cm = 20 cm Selanjutnya AB, BC, CD, dan DA disebut panjang sisi s. Jadi, secara umum keliling persegi dengan panjang sisi s adalah K = 4 s

6. Luas Persegi

Diberikan persegi ABCD dengan panjang sisi AB = BC = CD = DA = 4 cm Gambar 2. 13 Persegi ABCD Maka luas persegi ABCD = 4 × 4 cm = 4 2 = 16 �� 2 Jadi, luas persegi dengan panjang sisi s adalah L = s × s = � �

F. Hasil-hasil Penelitian Lain

1. Lilis Purwanti 2004 memperoleh hasil penelitian bahwa penggunaan pendekatan matematika realistik menghasilkan prestasi belajar yang baik. Penggunaan matematika realistik dapat meningkatkan kreatifitas siswa dalam membentuk solusi permasalahan matematika yang sesuai dengan pengalaman dan hal ini akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Proses penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian ini lebih menekankan perhatian pada hasil prestasi belajar siswa. Hasil prestasi belajar siswa diukur dengan kuesioner dan tes secara tertulis. Pemberian kuesioner untuk mengetahui letak permasalahan siswa yang dihadapi B C A D 4 cm 4 cm selama proses pembelajaran dan tes untuk mengetahui hasil belajar siswa menggunakan pendekatan matematika realistik. 2. Artha Debiyanti 2005 menemukan bahwa penggunaan metode Realistic Mathematics Education RME dalam pengajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar dan prestasi belajar pada bahasan logika matematika. Penggunaan RME yang berbasis pengalaman nyata dapat memudahkan siswa untuk dapat memahami konsep matematika. Selain itu RME memungkinkan siswa dapat mengkomunikasikan ide-ide sehingga siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran matematika. Proses penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan penelitian tindakan kelas PTK. Untuk lebih menyakinkan hasil belajar siswa tersebut peneliti melakukan wawancara dengan guru dan memberikan angket, beserta pemberian tes akhir pada siswa. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data informasi yang akurat mengenai pokok pembahasan logika matematika. Untuk penyebaran angketkuisioner pada siswa dimaksud untuk mengetahui kemampuan siswa selama proses pembelajaran matematika menggunakan metode RME. Pemberian tes akhir dimaksudkan untuk melihat hasil belajar siswa untuk materi logika matematika. Pemberian tes akhir berbentuk soal essay yang pernah dipelajari saat proses pembelajaran. Ternyata dari pemberian bentuk soal essay hasil belajar siswa mengalami peningkatan signifikan dari sebelumnya. 3. Ni Putu Eka Mujiantarini 2012 mengemukakan bahwa dengan penerapan pendekatan PMR terjadi peningkatan aktivitas belajar pada siswa kelas VII E SMP Negeri 1 Abang tahun pelajaran 20112012 untuk bidang datar segiempat. Siswa cukup aktif selama proses pembelajaran, peningkatan rata-rata nilai prestasi belajar siswa, daya serap serta ketuntasan belajar sangat signifikan mengalami kenaikan yang signifikan. Proses penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Pada saat melakukan penelitian di kelas menggunakan penelitian tindakan kelas PTK yang melibatkan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Tahap perencanaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dimaksudkan membuat rancangan proses pembelajaran RPP. Tahap observasi dimaksudkan mengamati aktivitas belajar siswa, mencatat segala sesuatu yang dilakukan di kelas, mengamati keterlaksanaan pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung. Tahap refleksi dimaksudkan hasil observasi aktivitas belajar siswa, data evaluasi yang dicapai siswa berdasarkan siklus 1 sampai siklus 3 yang digunakan pada penelitian tindakan kelas PTK sehingga apabila ketiga siklus sesuai kriteria sangat baik maka data evaluasi siswa yang dicapai saat aktivitas belajar siswa memenuhi kriteria.

G. Kerangka Berpikir

Dokumen yang terkait

PENERAPAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA (PMRI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN BILANGAN PECAHAN DI KELAS IV MI GHIDAUL ATHFAL KOTA SUKABUMI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV M

1 40 213

Pengaruh Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV

1 5 238

PENERAPAN PBL DENGAN PENDEKATAN OPEN ENDED UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN TANGGUNG JAWAB SISWA KELAS VII MATERI SEGIEMPAT

0 16 373

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN BANTUAN MEDIA POWERPOINT DI KELAS VII SMP NEGERI 4 MEDAN PADA MATERI BANGUN DATAR SEGIEMPAT.

0 3 26

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN POKOK BAHASAN SIFAT – SIFAT BANGUN DATAR.

0 2 29

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG BANGUN RUANG.

0 1 32

Hasil - hasil yang dicapai dengan penerapan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) untuk materi bangun datar segiempat terhadap minat dan hasil belajar siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Ngaglik.

0 2 287

PENERAPAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK PADA MATERI TRANSFORMASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS IXA SMPN 1 TANANTOVEA

0 0 13

PENERAPAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN DATAR SISWA KELAS V SDN 2 PAYAMAN

0 0 25

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK PADA MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DATAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SD 3 PIJI DAWE KUDUS

0 1 24