Keterkaitan Antara Bahasa dan Dialek

Antropologi SMA Jilid 1 110 Tujuan pembelajaran Anda adalah dapat menjelaskan keterkait- an antara bahasa dan dialek. Bahasa dukun banyak mengandung pernyataan-pernyataan menyembah, memuja, memuji, dan meminta perlindungan terhadap makhluk halus, roh nenek moyang, dewa, dan Tuhan. Hal itu bertujuan agar dirinya dan orang yang diupacarakan terhindar dari aneka ragam bala dan bencana, serta meng- harapkan berkah dari mereka. Bahasa dukun ini disebut juga tulura mesomba bahasa menyembah dan tulura mongoni- ngoni bahasa minta berkah. Pembicaraan mengenai penggunan bahasa Tolaki dan penggolongannya yang terurai di atas disebut varietas linguistik. Hubungan sistematik dengan faktor-faktor sosiolinguistik yang menentukan seleksi dari salah satu varietas itu tampak pada peranan dan status peserta dalam interaksi pembicara dan pendengar dan pada topik yang dibicarakan. Kerangka inilah yang digunakan dalam meluluskan jenis-jenis bahasa Tolaki. Dalam hal ini misalnya ulama mempunyai sta- tus serta peranan tertentu. Oleh karena itu, digunakan jenis bahasa tertentu yang mempunyai status dan peranan yang berbeda. Demikian pula dengan topik untuk bahasa ilmu pengetahuan, misalnya peranan peserta baik pembicara maupun pendengar pada saat tertentu dapat konstan dan pada saat yang lain dapat berubah. Demikian halnya topik yang dibicarakan dapat konstan dan dapat pula divariasikan. Perbedaan-perbedaan yang tampak pada variasi bahasa Tolaki menurut lapisan sosial pemakainya adalah perbedaan- perbedaan yang bersifat gramatikal dan ungkapan-ungkapan yang dipakai hanya terbatas pada penggunaan dalam masing- masing golongan dan tidak dipakai di luar golongan yang bersangkutan. Dalam hal ini, penggunaan kata dan ungkapan tersebut sama untuk semua golongan. Adapun perbedaan antara satu isi atau makna saja disebabkan oleh perbedaan status sosial. Bangsawan mampunyai perhatian berbeda dengan rakyat, ulama berorientasi pada agama, cendekiawan pada ilmu pengetahuan, sedangkan dukun karena pekerjaannya lebih banyak berbicara tentang pengobatan.

B. Keterkaitan Antara Bahasa dan Dialek

Bahasa, dialek, dan idiolek akan menerangkan perbedaan dan persamaan antara istilah-istilah itu. Ketiga-tiganya adalah bahasa, jika yang dibicarakan adalah bahasa seseorang, maka disebut idiolek. Adanya istilah ini ingin ditonjolkan bahwa sistem bahasa idiolek tiap-tiap orang menunjukkan perbedaan, walaupun idiolek- idiolek dapat digolongkan satu bahasa. Di unduh dari : Bukupaket.com Bahasa dan Dialek 111 Idiolek-idiolek yang menunjukkan lebih banyak persamaan dengan idiolek-idiolek lain dapat digolongkan dalam satu kumpulan kategori yang disebut dialek. Biasanya persamaan ini disebabkan oleh letak geografi yang berdekatan, yang memungkinkan terjadinya komunikasi yang sering antara penutur-penutur idiolek itu. Jika seringnya komunikasi disebabkan oleh kedekatan sosial, yaitu penutur-penutur idiolek itu termasuk dalam satu golongan masya- rakat yang sama, maka kategori bahasa mereka itu disebut sosiolek. Istilah bahasa dalam kerangka ini termasuk dalam kategori kebahasaan yang terdiri atas dialek-dialek yang masing-masing penuntunnya saling mengerti mutual intellingibility dan dianggap oleh penutur-penuturnya sebagai suatu kelompok kebahasaan yang sama. Jika bahasa ini sudah pesat perkembangannya, biasanya terdapat suatu dialek dari bahasa itu yang diterima oleh semua penutur bahasa itu sebagai dialek baku standar. Hal itu yang dimaksud dengan bahasa. Itulah bahasa sebenarnya dialek yang dipergunakan dalam keadaan dan komunikasi resmi. Bahasa mempunyai dua aspek mendasar, yaitu bentuk baik bunyi, tulisan, maupun strukturnya, dan makna baik leksikal maupun fungsional, dan struktural. Jika kita mengamati bahasa dengan terperinci dan teliti, kita akan melihat perbedaan bentuk dan makna dari sebuah bahasa. Besar kecilnya pengungkapan antara pengungkapan yang satu dengan pengungkapan yang lain akan terdengar perbedaan-perbedaannya, umpamanya antarsatuan bunyi a yang diucapkan seseorang dari waktu yang satu ke waktu yang lain. Perbedaan-perbedaan bentuk bahasa seperti itu disebut variasi. Jika kita bandingkan lafal bunyi a dalam percakapan dua orang yang berlainan, kita akan lebih jelas melihat perbedaan- perbedaannya. Apalagi kalau kedua orang yang lafal atau bahasanya yang kita bandingkan itu datang atau berasal dari daerah yang berlainan, kelompok atau keadaan sosial yang berbeda, situasi berbahasa dari tingkat formalitas yang berlainan, ataupun tahun atau zaman yang berlainan. Umpamanya: tahun 1945 dan tahun 1980, maka akan lebih terang dan nyata perbedaannya. Contoh lain: yang disebut “kates” di suatu daerah dinamakan “pepaya”, di daerah lain, dalam suatu keadaan sosial dikatakan “aku” dan dalam keadaan sosial lain lebih sesuai dipakai “saya”. Perbedaan-perbedaan bahasa yang kita sebut di atas menghasilkan ragam-ragam bahasa yang disebut dengan istilah- istilah yang berlainan. Ragam bahasa yang sehubungan dengan daerah atau lokasi geografis disebut dialek. Ragam bahasa yang sehubungan dengan kelompok sosial disebut sosiolek. Ragam bahasa yang sehubungan dengan situasi berbahasa dan atau tingkat Di unduh dari : Bukupaket.com Antropologi SMA Jilid 1 112 formalitas disebut fungsiolek. Ragam bahasa yang dihasilkan oleh perubahan bahasa sehubungan dengan perkembangan waktu disebut bahasa yang lain-lain atau kalau perbedaan itu masih dapat dianggap perbedaan ragam dalam satu bahasa, kita dapat menyebut ragam itu secara analok kronolok. Keempat dimensi variasi bahasa ini dapat kita gambarkan dengan diagram berikut. Keterangan diagram: dalam diagram di samping D menggambarkan variasi geografi dialek, S menggambarkan variasi sosiologis sosiolek, F meng- gambarkan variasi fungsional fung- siolek, dan K menggambarkan variasi perjalanan waktu kronolek. Suatu ragam bahasa secara teoritis dapat kita gambarkan secara tepat akurat dengan mengacu kepada keempat dimensi itu. Umpamanya ragam bahasa Indonesia 1950 K, yang dianggap ragam baku F, dari yang biasa digunakan kelompok menengah terpelajar S, di daerah Sumatra Timur D adalah jauh lebih tepat menyatakan ragam bahasa yang kita maksud daripada mengatakan ragam bahasa “Melayu Pesisir Timur” saja. Dalam pemetaan variasi dialek sebuah bahasa dipergunakan konsep isoglor, yaitu garis yang menghubungkan dua tempat yang menunjukkan ciri atau unsur yang sama, atau garis yang memisahkan dua tempat yang menunjukkan ciriunsur yang berbeda. Unsur atau ciri yang dikaji adalah dalam bidang fonologi, morfologi, sintaksis dan atau leksis. Pembahasan dialek tersebut adalah khusus mengenai ragam bahasa secara geografis dari penutur-penutur asli, yaitu penutur sesuatu bahasa sebagai bahasa pertama dan bahasa ibu. Dalam dunia modern ini, banyak sekali orang mempelajari bahasa lain, baik sebagai bahasa kedua secara urutan atau secara sosiolinguistik atau bahasa asing. Hal itu menghasilkan ragam- ragam bahasa dialek yang lain dari dialek penutur asli. Dialek-dialek sebagai bahasa kedua atau bahasa asing sedikit banyak dipengaruhi dan diwarnai oleh bahasa pertama bahasa asli dari penutur-penuturnya. Dialek semacam ini kita sebut “ragam bukan asli” nonnactin variety. Kalau kita kaji ragam bahasa yang demikian, kita akan melihat bahwa selain dari pengaruh unsur- unsurstrukturfonologi bahasa pertama penutur, nyata sekali bahwa di antara penutur ragam bukan asli ini terdapat suatu ketidak- seragaman fluktuasi yang jauh lebih banyak dan lebih besar daripada perbedaan-perbedaan yang lazim antara dialek-dialek penutur-penutur asli. F S K D Praktik Antropologi Kecakapan Sosial dan Apresiasi Terhadap Keanekaragaman Budaya Diskusikan dengan teman Anda mengenai peranan bahasa daerah berkaitan dengan penetapan bahasa nasional, tentukan ke- dudukan hukumnya. Kumpulkan hasil diskusi Anda kepada bapakibu guru. Di unduh dari : Bukupaket.com Bahasa dan Dialek 113

C. Tradisi Lisan dalam Masyarakat Setempat