BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengambilan dan Preparasi Sampel Alga Coklat
Sargassum polyceratium Montagne
Sampel alga coklat Sargassum polyceratium Montagne diperoleh dari hasil panen petani dari Pantai Drini, Gunung Kidul, Yogyakarta pada tanggal 21 Mei
2007. Sampel alga tersebut dalam bentuk simplisia kering. Secara geografis, Pantai Drini berada di wilayah Samudera Indonesia,
pantai selatan Pulau Jawa. Suhu perairan habitat alga yaitu sekitar 27 °C. Umur alga
coklat tersebut tidak diketahui secara pasti, karena bukan merupakan hasil budidaya. Padahal informasi mengenai umur, masa panen, kondisi geografis habitat alga dan
spesies alga cukup penting untuk diperhatikan karena dapat memberikan variasi kandungan polifenol alga.
Alga coklat Sargassum polyceratium Montagne dikumpulkan, dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan kotoran yang menempel seperti debu,
pasir silikat, atau material laut lain yang terbawa dan menempel pada alga coklat. Pencucian alga harus dilakukan dengan cermat agar tidak mengganggu sampel yang
akan diteliti. Beberapa senyawa dapat mereduksi kompleks dalam pereaksi Folin- Ciocalteau sehingga berpengaruh terhadap warna larutan sampel yang dihasilkan.
Sebagai contoh, senyawa silikat dapat membentuk kompleks molibdat H
6
[SiMo
12
O
40
].n H
2
O dengan pereaksi Folin-Ciocalteau dalam suasana asam Auterhoff
dan Knabe,
1978.
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Selain dilakukan pencucian juga dilakukan sortasi basah untuk menghilangkan epifit yang menempel. Pada saat melakukan sortasi pada thallus alga
terdapat butiran kapur berwarna putih yang merupakan kalsium. Kalsium tersebut merupakan produk alamiah hasil kalsifikasi dan tidak akan mengganggu analisis
karena kalsium bukan merupakan reduktor sehingga tidak dapat mereduksi kompleks asam molibdat-fosfat pada reagen Folin-Ciocalteau yang digunakan.
Alga yang telah dipilih kemudian diidentifikasi. Identifikasi spesies alga dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Fakultas Biologi Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta. Hasil identifikasi menunjukkan alga coklat yang dimaksud termasuk ordo Fucales, familia Sargassaceae, genus Sargassum dan
spesies Sargassum polyceratium Montagne lihat lampiran 1. Sebelum dikeringkan dengan oven alga coklat dimasukkan dalam autoklaf
selama 30 menit pada suhu 100 °C. Tujuan proses tersebut adalah untuk
menginaktivasi enzim polifenol oksidase PPO. Menurut penelitian Mustapha dan Ghalem 2007 mengenai efek perlakuan panas terhadap aktivitas PPO, perlakuan
pada 55 °C membuat enzim inaktif secara parsial dan dilaporkan PPO menjadi inaktif
dengan direbus dalam air panas pada 100 °C selama 1,5 menit.
Enzim PPO mengkatalisis hidroksilasi monofenol menjadi o-difenol, yang selanjutnya dapat mengkatalisis oksidasi o-difenol menjadi o-kuinon gambar 6
Yagar dan Sagiroglu, 2000. Polimerisasi o-kuinon menghasilkan pigmen berupa senyawa polifenol. Inaktivasi enzim tersebut dimaksudkan untuk mencegah
polimerisasi rantai polifenol pada alga agar tidak bertambah panjang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
.
HO HO
O
O
o-quinone
HO
O O
Enzim PPO Enzim PPO
Gambar 6. Proses oksidasi fenol oleh enzim polifenol oksidase PPO Sullivan et al., 2003
Polifenol alga yang akan ditetapkan kadarnya adalah polifenol yang memiliki polimer sedang. Polifenol berpolimer sedang memiliki panjang gugus
kromofor yang dapat memberikan absorbansi pada daerah panjang gelombang UVA 320-400 nm dan UVB 280-320 nm. Polifenol rantai pendek memiliki gugus
kromofor sedikit dan serapan pada daerah UV tidak maksimal, sedangkan jika polimer polifenol terlalu panjang maka akan memberikan absorbansi pada panjang
gelombang visibel 400-800 nm. Polifenol dengan rantai yang terlalu panjang tidak dapat dikembangkan sebagai bahan aktif pembuatan produk sunscreen karena tidak
dapat memberikan absorbansi pada panjang gelombang UV. Alga coklat Sargassum polyceratium Montagne dikeringkan menggunakan
oven pada suhu 90 °C selama beberapa hari sehingga menjadi simplisia alga coklat
kering yang mudah dihancurkan dengan tangan kemudian diserbuk dengan blender. Setelah diblender serbuk diayak dengan derajat kehalusan serbuk 2030 untuk
mendapatkan serbuk yang lebih homogen dan ukuran partikel tidak terlalu besar atau kecil. Partikel serbuk tidak terlalu besar dapat meningkatkan efisiensi ekstraksi
serbuk simplisia karena semakin luas permukaan serbuk yang kontak dengan cairan penyari. Sementara itu, partikel serbuk yang terlalu kecil dapat menyumbat pori-pori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kertas filter yang digunakan dalam sokhletasi sehingga menghambat proses ekstraksi. Serbuk yang sangat halus juga menyebabkan cairan pengekstraksi akan sulit
dipisahkan dari sisa yang tertinggal setelah proses ekstraksi selesai. Serbuk alga harus cukup kering. Kandungan air alga tidak boleh lebih
dari 10 seperti yang dipersyaratkan untuk simplisia tanaman umumnya Anonim, 1995b. Apabila kandungan air dalam serbuk alga melebihi batasan tersebut maka
dapat memudahkan pertumbuhan mikroba yang dapat merusak kandungan dalam alga. Oleh karena itu, dilakukan penetapan kadar air terhadap serbuk kering alga
coklat Sargassum polyceratium Montagne. Penetapan kadar air serbuk alga coklat Sargassum polyceratium
Montagne dilakukan menggunakan metode Karl Fischer yang relatif spesifik untuk air. Serbuk alga mengandung berbagai macam senyawa alam dan juga ada
kemungkinan alga mengandung senyawa yang dapat menguap. Oleh karena itu, kadar air dalam alga tidak ditetapkan dengan metode gravimetri untuk mencegah
pengaruh senyawa volatile dalam penetapan kadar air. Prinsip penetapan kadar air dengan metode Karl Fischer ini berdasar pada reaksi reduksi iodin oleh sulfur
dioksida dengan adanya air. Reaksi berakhir dengan terjadinya perubahan sulfur trioksida menjadi piridin sulfur trioksida yang akan bereaksi dengan metanol
membentuk garam metil sulfat, seperti pada gambar 7 Evans, 2002. H
2
O I
2
SO
2
2HI SO
3
+ +
+ 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SO
2
I
2
N O
2
S O
H
2
O
CH
3
OH
N N
HI
N H
SO
4
CH
3
N O
2
S O
+ +
+ 3 2
+
+
Gambar 7. Reaksi redoks pada saat penetapan kadar air dengan metode Karl Fischer
Kadar air serbuk alga coklat Sargassum polyceratium Montagne dengan metode Karl Fischer adalah sebagai berikut :
Replikasi I : 3,52
Replikasi II : 3,07
Replikasi III : 4,04
Hasil penetapan kadar air serbuk alga coklat Sargassum polyceratium Montagne masih memenuhi persyaratan karena kadar airnya berada di bawah 10
yaitu sebesar 3,54 ± 0,48.
B. Skrining Fitokimia Alga