Analisis Data Penyajian Data dan Analisis Data 1. Penyajian Data

4.2.2. Analisis Data

Tabel dibawah ini menunjukkan tema-tema pada rubrik opini pada majalah dua bulanan Concept, selama Maret 2006 - November 2007. Dan beberapa penjelasan dan keterangan dari sub tema yang sudah ditentukan akan di jelaskan melalui tabel dan beberapa keterangan yang mengikuti. Dimana penjelasan tersebut menerangkan bahwasanya opini yang di angkat oleh pihak redaksi berkaitan dengna sub-sub tema yang sudah ditentukan. Tabel 3. Tema-tema yang dimuat dalam Rubrik opini pada dua bulanan Concept, selama Maret 2006 - November 2007 No . Tema Jumlah Prosentase 1. 2. 3. 4. Pendidikan Etika Hiburan Ekonomi 5 2 1 3 41,7 25 8,3 25 jumlah 11 100 Sumber : Data primer Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tema-temanya adalah tentang pendidikan, etika, hiburan, ekonomi. Tema yang paling banyak pada rubrik opini pada dua bulanan Concept edisi Maret 2006 - November 2007 adalah tema pendidikan sebesar 41,7 . Dari hasil temuan data diatas dapat diketahui bahwa selama bulan Maret 2006 - November 2007, Concept lebih menekankan tema beritanya pada tema pendidikan, hal ini menunjukkan banyak peristiwa yang berkaitan dengan pendidikan yang menjadi pembahasan yang ada pada rubrik opini majalah Concept. Salah satu contoh rubrik opini yang bertema pendidikan adalah membahas tentang ”Persiapan Perubahan Pikiran”. Dalam pembahasan ini, dimana para desainer dituntut untuk berani mengembangkan ide dan pola pikir baru yang dapat menciptakan pemikiran baru. Disini permasalahan yang diangkat menjadi sub isi yaitu transisi pola pikir yang tidak mudah. Yang dimaksudkan ialah perubahan dari seorang desainer menjadi desainer yang berjiwa enterpreneur. Selanjutnya, pada tema etika 3 tema yang termuat pada Maret 2006 - November 2007 sebanyak 25. Ini membuktikan tema etika juga mendominasi tema yang diangkat oleh majalah Concept, dikarenakan dalam beberapa hal yang berkaitan dengan penciptaan karya sangat dibutuhkan etika yang tidak menyimpang oleh pakem yang sudah ada seperti karya-karya yang memberi imbuhan pornografi atau beberapa hal yang tabu untuk masyarakat umum. Sedangkan pada tema hiburan adalah tema yang memiliki prosentase paling rendah dimana hanya 8,3. Ini terjadi karena hampir setiap karya yang bertujuan memberikan nilai informasi dalam dunia seni grafis selalu disertai oleh sifat yang menghibur dengan niatan agar informasi tersebut dengan mudah disampaikan dan menimbulkan ingatan yang kuat pada penerima informasi itu sendiri. Tema ekonomi sama dengan tema etika yang memiliki prosentase 25 dalam tema ekonomi lebih mengembangkan hal-hal yang berkaitan dengan masalah peluang usaha dan beberapa yang berkaitan dengan perkembangan finansial. Dari seluruh kategori tadi, peneliti lebih menspesifikasikan lagi dengan membuat beberapa sub kategori dan memberikan prosentase pada setiap sub kategorisasi tersebut agar penelitian ini lebih terfokus. Dan beberapa sub kategorsasi itu sebagai berikut : Tabel 4. Sub Tema Pendidikan. NO Sub Tema F Prosentase 1. 2. 3. Pengembangan teknologi Advertising Peningkatan kreatifitas 2 2 1 40 40 20 Jumlah 5 100 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sub tema pengembangan teknologi mendapat prosentase tertinggi dari sub tema pendidikan yaitu sebanyak 50. Berita-berita dengan sub tema tersebut mendapat tempat tertinggi berkaitan dengan masalah pengembangan teknologi baik didalam negeri maupun luar negeri. Hal ini dikarenakan banyaknya produk unggulan yang masuk dan diimbangi dengan perkembangan teknologi khususnya dalam bentuk dunia seni digital. Seperti pada VOL03EDISI13’2006 ”Jadi Makmur Gara-Gara Ide Cemerlang” , menunjukan sebuah kritikan yang berbau menyindir yaitu, dimana ide-ide yang baru dan murni dari seseorang susah didapat dan ada sedikit sentuhan contekan karya orang lain. Karena sejak pendidikan dasar kita tak pernah diberi tahu tentang keunggulan dasyat yang terkandung dari suatu ide, melainkan diajarkan bahwa limpah-ruahnya penduduk dan kekayaan alam merupakan keunggulan utama indonesia. Akibatnya terbentuk paradigma yang cenderung mengabaikan ide dan kreatifitasdan melulu bertumpu pada bagaimana menciptakan efisiensi dan harga kompetitif. Hal ini yang dalam mematikan ide seseorang bila kecenderungan terhadap penciptaan suatu karya yang selalu mencontek ide dari orang lain dan mereka hanya berusaha mengembangkannya tidak untuk menciptakan suatu karya yang bersifat unik dan belum ada, jelas pernyataan diatas mengarah kepada pengembangan kreatifitas. Sedangkan pada VOL04EDISI19’2008 mengangkat masalah ”Industri Kita Sedang Mencari Bentuk Baru” , pada rubrik opini redaktur Concept mengangkat masalah ekonomi yang berkaitan dengan sebuah desain yang selalu berkaitan dengan nilai komersialisme. Dan secara tidak langsung desain grafis menjadi seni terapan. Yang selalu mengikuti pasar dan yang menjadi tuntutan permintaan pasar untuk menutupi kebutuhan, diantaranya kebutuhan iklan pada media non konvensional online desain, dll sehingga menciptakan peluang bagi para insan kreatif untuk menjelajahi media-media baru selain kertas. Hal tersebut sudah termasuk ke dalam kriteria sub tema Pengembangan teknologi dan advertising. Pada opini yang berjudul ”INDONESIA : Pasar Potensi Bagi Desainer Grafis” VOL02EDISI10’2006 disini dijelaskan bahwa Indonesia akan tetap menjadi ladang yang berpotensi jika kreatifitas dari individu atau pelaku seni grafis dapat menciptakan karya yang berkualitas. Tidak lain dengan meningkatkan nilai-nilai suatu karya yang selalu didukung oleh perkembangan teknologi saat ini. Seharusnya didukung dengan adanya pendidikan kreatif yang tidak hanya terpatok pada menimba ilmu dan kemampuan per individu untuk mempunyai nilai jual lebih yang ditujukan sebagai pekerja atau karyawan saja. Prosentase dalam opini tersebut dalam dilihat pada tabel diatas, dimana dari keterangan diatas pula dapat disimpulkan ke mana arah opini tersebut. Pada VOL02EDISI09’2006 yang berjudul ”Gua Makan dari Jasa Desain... doang” , membahas upaya menarik fee creative secara pantas dari klien yang terbiasa membayar ongkos kreatif sangat murah, memang bukan soal gampang. Ceritanya akan menjadi lain, andaikan pada awalnya fee creative dipatok secara pantas dan benar-bener terpisah jelas dari komisi billing. Pembahasan ini sangat diperlukan karena selain mendidik pihak klien untuk selalu belajar menghargai nilai seni dan ide kreatif dari seorang desainer. Karena disini yang menjadi pertimbangan lebih dari suatu karya tidak pada bentuk dasar media dari karya atau ide yang diharapkan namun lebih pada konten atau isi yang terdapat diatas media yang diingikan. Konten atau isi disini bisa berupa gambar ataupun juga tulisan yang termuat di dalamnya. Tabel 5. Sub Tema Etika. NO Sub Tema F Prosentase 1. 3. Prilaku, norma-norma dan Penyimpangan karya pada masyarakat Penciptaan karya 1 1 50 50 Jumlah 2 100 Dari tabel di atas, tema prilaku dan norma-norma berjumlah 50 menerangkan dimana sikap dan norma yang harus dimiliki oleh para desainer. Hal tersebut sangat mendapat respon dari pihak majalah dikarenakan beberapa pada desainer terkadang melupakan norma-norma yang sudah ada sebagai seorang desainer dan ini menjadi perhatian oleh pihak majalah Concept. Sedang pada sub tema penciptaan karya juga tercetak 50 yang menerangkan tentang cara-cara dan hasil karya yang dapat menarik tanpa mengurangi dan keluar dari aturan yang sudah ada, termasuk didalamnya norma-norma dalam penciptaan karya. Pada VOL04EDISI20’2007 yang memiliki judul ”Seni Membuang Klien” bila direnungkan kembali bisa jadi kegigihan mepertahankan klien adalah hal yang terbodoh yang bisa dilakukan oleh seorang skillfull desainer. Sudah seharusnya ia bermitra dengan klien yang berselera bagus dan memiliki apresiasi terhadap apa yang dinamakan dengan desain. Dapat disimpulkan bahwa prilaku dan noma-norma seorang desainer kadang sangat menyimpang, hal ini banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terkadang tidak masuk di akal. Beberapa desainer bisa saja mengunakan norma-norma yang di anut secara umum tetapi hal tersebut akan jadi hal yang paling menyimpang dalam nilai desain yang antara lain seperti diatas. Dimana jika seorang desainer berusaha untuk mempertahankan klien yang memiliki banyak permintaan dan imbalan yang tidak sesuai hal ini akan menimbulkan penyimpangan pada diri seorang desainer itu sendiri yang antara lain hal-hal yang mungkin dilakukan yaitu pencarian ide dari desainer lain. Atau mencontoh desain yang sudah ada untuk diaplikasikan pada klien yang baru. Judul berikutnya Pada VOL03EDISI14’2006 yang berjudul ”Penekanan Dalam Menentukan Biaya Desain” membahas upaya menarik fee creative secara pantas dari klien yang terbiasa membayar ongkos kreatif sangat murah, memang bukan soal gampang. Ceritanya akan menjadi lain, andaikan pada awalnya fee creative dipatok secara pantas dan benar-benar terpisah jelas dari komisi billing. Bila hal ini sering terjadi maka semangat kerja yang di dapat oleh para desainer akan lebih baik, salah satu contoh yang sering terjadi bila proses pembayaran atau upah desain selalu disatukan dengan produksi maka seorang desainer tidak akan tahu berapa nilai karya yang diciptakannya, namun bila nilai itu jelas maka seorang desainer akan lebih bertanggung jawab terhadap karya yang dibuatnya, seperti juga halnya pada VOL03EDISI15’2006. Tabel 6. Sub Tema Hiburan. NO Sub Tema F Prosentase 1. Karya-karya yang menjadi daya tarik dan inovasi baru 1 100 Jumlah 1 100 Berdasarkan tabel 6, sub tema Karya-karya yang menjadi daya tarik mendapatkan tempat yang sama dengan sub tema Inovasi baru ke duanya berimbang mendapat prosentase yang sama yaitu 50. Dari kedua sub tema sebenarnya sama mendapat respon dari redaksi yang telah menentukan dari ide-ide dan karya yang masuk. Redaksi telah mengolah yang menentukan hal tersebut dengan prosentase yang sama karena para pencinta seni grafis rata- rata memiliki idealis yang tinggi. Ini menyebabkan karya yang dihasilkan masih mengikuti keinginan dari desainer itu sendiri. Sedangkan yang berkaitan dengan inovasi baru, karya yang cenderung monoton sudah menjadi tinjauan pihak Concept untuk lebih sering membahas dan memberikan asupan ide yang dapat dijadikan sebagai jalan untuk menciptakan inovasi baru dalam berkarya. VOL03EDISI18’2007 ”Ilustrator Berbagai Gaya”, Ilustrator memiliki warna atau gaya masing-masing namun beberapa desainer berusaha membentuk dan menyesuaikan dengan wadahnya. Para desainer ini mampu merealisasikan beragam gaya sesuai karakter kliennya. Perusahan penyedia jasa ilustrasi berbasis desain yang dimiliki tunggal oleh Tracy Sabin, klien- klien Sabin adalah perusahaan advertising, public relation dan perusahaan- perusahaan grafis. Kebanyakan karya perusahaan ini adalah ilustrasi untuk logo seperti dapat dilihat di website sabin grafik di http:www.tracysabin.com, karya sabin terlihat hidup untuk logo-logo yang mengandung elemen pictorial. Diatas dapat kita dipahami bahwa karya–karya yang menjadi daya tarik dan inovasi baru sekalipun dapat menjadi hiburan bahkan dapat menjadi ciri dimana seorang desainer menciptakan karya yang bernilai tinggi. Hal ini juga dapat menjadi sebuah hiburan yang menarik karena ide dan gagasan baru dapat meningkatkan rasa dimana para desainer pemula memiliki cita rasa desain yang berbeda dan pula dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi para penikmat desain pada umumnya. Tabel 7. Sub Tema Ekonomi. NO Sub Tema F Prosentase 1. 2. Perdagangan, keuangan dan royalti Negosiasi dan usaha 2 1 66.7 33.3 Jumlah 3 100 Pada tabel diatas menunjukkan sedikitnya sajian yang berkaitan dengan ekonomi dalam sub tema perdagangan, keuangan, negosiasi, usaha dan royalti. Ini menunjukan dalam periode tersebut Concept tidak begitu memperhatikan masalah tesebut. Seperti pada VOL02EDISI11’2006 tentang ”Free Pitching : Suatu Tantangan Yang Harus Kita Hadapi Bersama” . Free Pitching ialah dimana klien meminta beberapa penyedia jasa desain untuk menyediakan suatu pekerjaan kreatif tanpa suatu komitmen untuk membeli jasa dari desainer tersebut. Praktik ini menjadi isu yang acapkali disuarakan saat bertemu sesama rekan desainer grafis, namun demikian, belum ada suatu riset serius atau upaya bersama yang nyata untuk mengatasinya. Ada juga yang berpendapat bagaimana mungkin dapat menghilangkan Free Pitching dalam dunia desain khususnya. Dalam tema ini dapat dikategorikan dalam sub tema perdagangan, keuangan dan negosiasi. Free Pitching diangkat oleh redaksi karena banyak hal yang memiliki sangkut paut dalam hal ini. Perjanjian desainer dan klien yang memiliki berbagai kepentingan antara konsep desain dengan persetujuan desain yang belum dibuat. Hal yang demikian dapat merugikan salah satu pihak yaitu pelaku desain, dimana karya kreatifitasnya kurang dihargai oleh beberapa pelaku seni grafis yang di satu sisi memanfaaatkan seni sebagai ladang bisnis dan beberapa keperluan yang lain. Karena desain yang dihasilkan oleh desainer belum tentu akan dibeli atau digunakan oleh klien dikarenakan belum adanya perjanjian yang dibuat, ini sangat memihak klien karena dapat membandingkan karya desainer satu dengan yang lain dan memungkinkan untuk mencuri ide yang sudah dibuat oleh desainer pertama yang ditunjuk tanpa sepengetahuan pelaku desainer. Sehingga dengan adanya komitmen atau perjanjian yang dibuat oleh kedua belah pihak, dalam hal ini para pelaku desain dan klien akan membawa dunia seni dan grafis yang jauh lebih profesional. Dan yang perlu diingat, dengan adanya komitmen atau perjanjian maka kedua belah pihak harus saling merasa diuntungkan, di pihak desainer mendapatkan penawaran yang bagus dan di pihak klien mendapatkan karya yang diharapkan. Pada VOL02EDISI12’2006 tema ”Creative Economy : Potensi Tersembunyi yang Harus Kita Gali Bersama” . Peran Creative Economy dalam membangun ekonomi suatu negara secara global telah banyak diterima dan dianggap sebagai hal serius khususnya oleh negara-negara yang lebih maju. Creative economy ialah ”Industri yang bersumber pada kreatifitas, keterampilan dan talenta individul yang memiliki potensi untuk menciptakan lapangan kerja dan kemakmuran lewat penciptaan dan exploitasi dari hal kekayaan intelektual.”, demikian definisi kreatif ekonomi dari pemerintah Inggris. Dalam opini ”Creative Economy : Potensi Tersembunyi yang Harus Kita Gali Bersama” , ini masuk dalam sub tema Usaha dan Perdagangan dikarenakan hal ini menjelaskan bahwa kreatif ekonomi dapat membawa dampak positif yang besar bagi perkembangan ekonomi itu sendiri. Sudah banyak contoh dari beberapa negara maju yang membuktikan dan memanfaatkan bahwa creative economy sangat mudah untuk mendapatkan perubahan yang signifikan, beberapa negara seperti kawasan Eropa dan negara tetangga kita, Malaysia dan Singapura sendiri sangat mendukung ekonomi kreatif. Hal ini dikarenakan mereka menyadari bagaimana kreativitas dan imajinasi dapat memberikan kontribusi positif bagi kemakmuran suatu kota. Dan yang tergolong dalam creative economy ialah desain grafis, interior, advertising, craft, arsitektur, game, multimedia, TV, e-learning, fashion dan area kreatif lainnya. Dan semoga Indonesia juga melihat potensi yang terdapat di dalam ekonomi kreatif ini. Pada sub tema VOL03EDISI16’2007 yang mengangkat judul ”’Innovate, or die’ The way you will thrive in this environment is by innovating – innovating in tecnologies, innovating in strategies, innovating in business models.” . Jalan yang membuat Anda bertahan dalam keadaan saat ini adalah inovasi-inovasi dalam teknologi, inovasi dalam strategi, inovasi dalam model bisnis, demikian kira-kira yang diungkap Sam Palmisano, CEO IBM. Dan tema ini masuk dalam sub tema Usaha dan Keuangan contoh permasalahan yang diangkat oleh redaksi majalah Concept ialah IBM dan Puma. IBM yang bergerak di bidang komputer, dimana pada tahun 1993 mengalami stagnasi dan kerugian, begitu juga halnya yang terjadi dengan perusahaan sepatu Puma, dengan kondisi yang jauh lebih parah . Dapat dikatakan mereka melakukan perubahan dan inovasi di saat yang tepat. Untuk IBM yang sebelumnya hanya berfokus pada pasar mainframe, merubah jalur dengan berkonsentrasi pula pada PC Personal Computer. Dapat dibayangkan jika kedua perusahaan besar di masanya tersebut tidak melakukan inovasi yang seharusnya telah dilakukan tanpa perlu menunggu saat-saat kritis, dipastikan kedua perusahaan tersebut gulung tikar dan PHK yang besar-besaran tidak dapat terhindarkan. Di sini jelas terlihat, bahwa desain dan inovasi merupakan hal yang sangat penting – yang sudah menjadi satu keharusan dalam strategi bisnis – dalam perkembangan dunia yang makin cepat ini. Dan akhirnya hal ini mulai banyak diterapkan di Indonesia yang tidak lain banyak timbulnya bisnis-bisnis clothing yang menjamur di penjuru plosok nusantara yang dimana dua tersebut sangat erat kaitanya dengan dunia seni grafis dan inovasi yang akan selalu mengubah dunia dalam berbagai hal untuk mewujudkan kemajuan yang pesat.

4.3.2. Analisis Arah Opini

Dokumen yang terkait

Rubrik Fashion Di Majalah Gogirl Dan Opini Mahasiswi (Studi Deskriptif Tentang Rubrik Fashion Di Majalah Gogirl Terhadap Opini Khalayak Pembaca Di Kalangan Mahasiswi FISIP USU)

1 42 162

ANALISIS ISI RUBRIK OPINI PADA SURAT KABAR JAWA POS PERIODE BULAN MARET 2013 SAMPAI BULAN MEI 2013 (Studi Deskriptif Analisis Isi Dalam Rubrik Opini Pada Surat Kabar Jawa Pos Periode Maret 2013 Sampai Bulan Mei 2013).

0 1 102

ANALISIS ISI RUBRIK OPINI PADA SURAT KABAR JAWA POS PERIODE JANUARI 2012 SAMPAI BULAN APRIL 2012(Studi Deskriptif Analisis Isi Dalam Rubrik Opini Pada Surat Kabar Jawa Pos Periode Bulan Januari 2012 Sampai Bulan April 2012).

0 0 116

ANALISIS ISI RUBRIK OPINI PADA SURAT KABAR KOMPAS (Studi Deskriptif Analisis Isi Dalam Rubrik Opini Pada Surat Kabar Kompas Bulan Oktober 2009 Sampai Bulan Desember 2009).

2 16 115

KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL OPINI BERETEMA KORUPSI PARTAI POLITIK PADA RUBRIK OPINI MAJALAH TEMPO.

0 0 19

KETIDAKEFEKTIFAN KALIMAT DALAM RUBRIK “OPINI” MAJALAH PENDAPA TAMANSISWA

0 0 20

METAFORA PADA RUBRIK OPINI DALAM MAJALAH TEMPO

0 1 111

ANALISIS ISI RUBRIK OPINI PADA SURAT KABAR KOMPAS (Studi Deskriptif Analisis Isi Dalam Rubrik Opini Pada Surat Kabar Kompas Bulan Oktober 2009 Sampai Bulan Desember 2009)

0 0 23

ANALISI ISI RUBRIK OPINI PADA MAJALAH CONCEPT (Studi Deskriptif Analisis Isi Tema-tema Opini di Rubrik Opini Pada Majalah Concept Periode Maret 2006 – November 2007).

0 0 19

ANALISIS ISI RUBRIK OPINI PADA SURAT KABAR JAWA POS PERIODE BULAN MARET 2013 SAMPAI BULAN MEI 2013 (Studi Deskriptif Analisis Isi Dalam Rubrik Opini Pada Surat Kabar Jawa Pos Periode Maret 2013 Sampai Bulan Mei 2013)

0 0 20