Pengendalian Intern LANDASAN TEORI

b. Penaksiran risiko Risk Assessment Penaksiran risiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis, dan pengelolaan risiko entitas yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia. Penaksiran risiko manajemen harus mencakup pertimbangan khusus terhadap risiko yang dapat timbul dari perubahaan keadaan, seperti: bidang baru bisnis atau transaksi yang memerlukan prosedur akuntansi yang belum pernah dikenal, hukum dan perarturan baru, perubahan standar risiko. Penaksiran risiko terdiri dari: 1 Identifikasi Risiko Identifikasi Risiko adalah kegiatan untuk menemukan atau mengetahui risiko – risiko yang mungkin timbul dalam kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan atau perorangan terhadap faktor eksternal seperti perkembangan teknologi, persaingan, dan perubahan ekonomi maupun faktor internal meliputi kompetensi karyawan, sifat dari aktivitas bisnis, dan karakteristik pengelolaan sistem informasi. 2 Analisis Risiko PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Analisis risiko meliputi mengestimasi signifikansi risiko, menilai kemungkinan terjadinya risiko, dan bagaimana mengelola risiko. Suatu risiko yang telah di identifikasi dapat di analisis dan di evaluasi, sehingga risiko dapat memperkirakan akibat dari terjadinya risiko dan dapat melakukan tindakan yang dapat meminimalkan risiko tersebut. c. Informasi dan komunikasi Information and Communication Sistem informasi yang berhubungan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang mencakup sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan-catatan yang digunakan untuk menggolongkan, mengidentifikasi, menggabungkan, menganalisis, mencatat, dan melaporkan transaksi perusahaan dan menyelanggarakan pertanggungjawaban atas aktiva dan kewajiban yang bersangkutan. Komunikasi menyangkut pemberian pemahaman yang jelas tentang peran dan tanggung jawab setiap karyawan berkenaan dengan sistem informasi perusahaan. Informasi dan komunikasi mencakup: 1 Mengidentifikasi dan mencatat semua transaksi yang valid Perusahaan harus mengidentifikasi dan mencatat semua transaksi yang valid. Contohnya bank harus mencatat semua transaksi pembayaran angsuran kredit, pelunasan kredit, penerimaan kas berupa tabungan, dan sebagainya. Apabila ada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI transaksi bank yang tidak tercatat, maka akan muncul ketidaksesuaian antara catatan pihak bank dan catatan milik nasabah atau debitur. 2 Mencatat transaksi pada periode akuntansi yang tepat Perusahaan harus mencatat transaksi sesuai dengan periode akuntansi yang tepat. Hal ini berfungsi supaya informasi pada transaksi dapat sesuai dengan kronologis dan peristiwa ekonomi yang telah terjadi pada perusahaan, sehingga informasi periode akuntansi dapat relevan bagi pengguna laporan keuangan. 3 Menyajikan transaksi dan pengungkapan terkait dalam laporan keuangan secara tepat Perusahaan harus menyajikan transaksi dengan pengungkapan laporan keuangan secara tepat agar tidak menyesatkan pembaca laporan keuangan dan laporan keuangan dapat dipertanggungjawabkan dan diandalkan. d. Aktivitas pengendalian Control Activities Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh manajemen dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur bahwa memberikan keyakinan bahwa tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan untuk mengurangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas. Aktivitas pengendalian mencakup: 1 Otorisasi transaksi dan kegiatan yang memadai Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu, dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi. 2 Pemisahan fungsi yang memadai Pemisahan fungsi antar unit pada organisasi memiliki tujuan pokok yaitu untuk mencegah dan deteksi secara dini atas kesalahan dan ketidakberesan dalam pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada seseorang. Pembebanan tanggung jawab ke orang yang berbeda dapat mengurangi kesempatan bagi seseorang untuk berbuat curang atau menyembunyikan kesalahan dalam menjalankan tugasnya. Pemisahan tugas yang efektif dicapai ketika fungsi otorisasi, fungsi pencatatan, dan fungsi penyimpanan dipisahkan. 3 Pengendalian fisik atas kekayaan dan catatan Perlindungan secara fisik adalah cara yang paling baik dalam perlindungan kekayaan dan catatan. Perlindungan fisik juga diperlukan untuk catatan dan dokumen. Catatan dan dokumen adalah objek fisik di mana transaksi akan dicantumkan serta diikhtisarkan. Perusahaan lebih baik mengeluarkan biaya untuk penjagaan catatan dan dokumen serta biaya untuk pembuatan catatan pengganti daripada menanggung risiko kerugian atas hilangnya catatan dan dokumen. 4 Pemeriksaan independen atas kinerja Pemeriksaan harus independen karena pemeriksaan umumnya akan lebih efektif apabila dilaksanakan oleh orang lain yang tidak bertanggung jawab atas jalannya operasi yang diperiksa. Manajemen melakukan pemeriksaan atas kinerja berfungsi untuk menilai pekerjaaan karyawan apakah pelaksanaan pekerjaan tersebut sudah sesuai dengan prosedur atau belum, menilai kinerja sesungguhnya dibandingkan dengan jumlah menurut anggaran, atau jumlah tahun yang lalu. 5 Desain dan penggunaan dokumen serta catatan yang memadai Desain dan penggunaan catatan yang memadai membantu untuk memastikan pencatatan yang akurat dan lengkap atas seluruh data transaksi yang berkaitan. Desain dokumen yang sederhana PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI akan meminimalkan kemungkinan kesalahan pencatatan, dan mendukung pencatatan yang efisien. Dokumen harus memiliki ruang untuk tanda tangan pihak yang berwenang untuk mengotorisasi transaksi dan dokumen harus diberikan nomor urut tercetak, agar penggunaan dokumen dapat dipertanggungjawabkan. e. Pemantauan Monitoring Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan dilaksanakan oleh personel yang berwenang melakukannya, untuk menentukan apakah pengendalian intern beroperasi sebagaimana yang diharapkan, dan untuk menentukan apakah pengendalian intern berubahtidak. Pemantauan mencakup: 1 Supervisi yang efektif Supervisi yang efektif mencakup melatih dan mendampingi pegawai, mengawasi kinerja pegawai, mengoreksi kesalahan, dan melindungi aset dengan cara mengawasi pegawai yang memiliki akses terhadap aset perusahaan. 2 Audit internal Audit internal mencakup peninjauan ulang keandalan dan integritas informasi keuangan dan operasional serta menyediakan penilaian keefektifan pengendalian internal. Audit internal juga mencakup penilaian kesadaran pegawai terhadap prosedur dan kebijakan manajemen, hukum dan peraturan yang berlaku, mengevaluasi efisiensi dan keefektifan manajemen.

F. Pengujian Kepatuhan dengan Attribute Sampling

1. Pengertian Attribute Sampling Menurut Mulyadi 2002: 253 auditor dalam menentukan sampel untuk melakukan pengujian terhadap karakteristik sebagai bukti dapat ditempuh dengan salah satu cara yaitu statistical sampling. Statistical sampling terdiri dari dua yaitu attribute sampling dan variable sampling. Attribute sampling digunakan terutama untuk menguji efektivitas pengendalian intern dalam pengujian pengendalian, sedangkan variable sampling digunakan untuk menguji nilai rupiah yang tercantum pada akun dalam pengujian substantif. Penelitian ini akan melakukan pengujian kepatuhan, maka model sampel yang akan digunakan adalah attribute sampling. 2. Model Attribute Sampling Menurut Mulyadi 2002 Attribute Sampling memiliki tiga model, yaitu: a. Fixed-Sample-Size Attribute Sampling Model ini digunakan untuk memperkirakan persentase terjadinya mutu tertentu dalam suatu populasi. Model ini terutama digunakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI jika auditor melakukan pengujian pengendalian terhadap suatu unsur pengendalian intern, dan auditor tersebut memperkirakan akan menjumpai beberapa penyimpangan kesalahan. Prosedur pengambilan sampel ini adalah: 1 Penentuan attribute yang akan diperiksa untuk menguji efektivitas pengendalian intern. 2 Penentuan populasi yang akan diambil sampelnya. 3 Penentuan besarnya sampel. 4 Pemilihan anggota sampel dari seluruh anggota populasi. 5 Pemeriksaan terhadap attribute yang menunjukkan efektivitas unsur pengendalian intern. 6 Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap attribute anggota sampel. b. Stop-Or-Go Sampling Model ini sering disebut juga decision attribute sampling. Model ini dapat mencegah dari pengambilan sampel yang terlalu banyak, yaitu dengan cara menghentikan pengujian sedini mungkin. Model ini digunakan jika auditor yakin bahwa kesalahan yang diperkirakan dalam populasi yang sangat kecil. Dalam stop-or-go sampling ini, jika auditor tidak menemukan adanya penyimpanganmenemukan jumlah penyimpangannya tertentu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang telah ditetapkan, maka dapat menghentikan sampelnya. Prosedur pengambilan sampel dalam menggunakan stop-or-go sampling adalah: 1 Menentukan desired upper precision limit DUPL dan tingkat keandalan R. Auditor disarankan untuk memilih tingkat keandalan 90, 95, dan 97,5. 2 Menggunakan tabel besarnya sampel minimum untuk pengujian pengendalian guna menentukan sampel pertama yang harus diambil. 3 Membuat tabel stop-or-go decision 4 Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap sampel Jika AUPL Achieved Upper Precision Limit = DUPL Desire Upper Precision Limit, maka pengendalian intern dikatakan efektif. Jika pengambilan sampel sampai dengan empat kali dan hasilnya AUPL DUPL maka pengendalian intern dikatakan tidak efektif. Dalam keadaan seperti ini peneliti dapat menggunakan model fixed-sample-size attribute sampling sebagai alternatif untuk melanjutkan pemeriksaan. c. Discovery Sampling Model pengambilan sampel ini cocok digunakan jika tingkat kesalahan yang diperkirakan dalam populasi sangat rendah mendekati nol. Discovery sampling dipakai oleh auditor untuk menemukan kecurangan, pelanggaran yang serius dari unsur pengendalian intern, dan ketidakberesan yang lain. Prosedur pengambilan sampel model ini adalah: 1 Tentukan attribute yang akan diperiksa 2 Tentukan populasi dan besar populasi yang akan diambil sampelnya. 3 Tentukan tingkat keandalan 4 Tentukan desired upper precision limit 5 Tentukan besarnya sampel 6 Periksa attribute sample 7 Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap karakteristik sampel PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus, yaitu melakukan penelitian terhadap objek tertentu yang populasinya terbatas sehingga hasil kesimpulan yang diambil dari penelitian ini hanya berlaku bagi objek yang diteliti dan berlaku pada waktu tertentu. Penelitian ini dilakukan secara langsung di PD BPR Bank Sleman dan hasil penelitian hanya berlaku untuk PD BPR Bank Sleman.

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian, meliputi: a. Direktur PD. BPR Bank Sleman Yogyakarta b. Kepala bagian kredit c. Bagian pembahas kredit. d. Bagian pelaksana kredit. e. Bagian administrasi kredit 2. Objek penelitian, meliputi: a. Prosedur-prosedur yang diterapkan dalam sistem pemberian kredit. b. Komponen-komponen pengendalian intern. c. Dokumen pemberian kredit yang digunakan

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PD BPR Bank Sleman di Jl. Magelang Km. 10 Tridadi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55511. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama bulan Maret sampai dengan Mei 2016 di PD BPR Bank Sleman.

D. Data yang Dibutuhkan

1. Sejarah dan gambaran umum bank. 2. Struktur organisasi bank. 3. Deskripsi jabatan. 4. Prosedur permohonan kredit. 5. Prosedur penyidikan dan analisis kredit. 6. Prosedur pengambilan keputusan kredit. 7. Prosedur pencairan kredit. 8. Prosedur administrasi kredit.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab secara langsung untuk memperoleh informasi dari sumber