Transportasi Aspek Daya Saing

No Indikator Kinerja Satua n Target 2010 Realisasi 2010 1 a. Rasio Kios terisi terhadap jumlah kios b. Rasio los terisi terhadap jumlah kios 40 40 50,40 2.243 dari 4.482 kios 47,10 1.228 dari 2.607 los 2 Rasio penyelesaian kasus terhadap total kasus yang ditangani BPSK 50 49,30 12 kasus dari target sesuai RPJMD 17 kasus 3 Tingkat pengawasan barang beredar dan pengujian mutu barang 53 53 4 Rasio peneraan unit per tahun 15 40,17 5 Peningkatan nilai ekspor US 149.913.229 151.860.268,9 Sumber : RPJMD 2010-2014, Disperindagkop 2.2.1.32 Urusan Ketransmigrasian Untuk melaksanakan kewajiban tersebut dilaksanakan melalui Program Pembinaan Calon Transmigran. Pencapaian kinerja urusan transmigrasi yaitu tersalurkannya calon transmigran mencapai 33 dari target RPJMD sebanyak 30 KK, yaitu 20 KK telah mengikuti pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian di bidang pertanian dan perkebunan dan 10 KK telah ditempatkan dilokasi transmigrasi. 2.2.1.33 Empat Prioritas Pembangunan Tahun 2010 Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD Kota Bogor Tahun 2010-2014, Prioritas Pembangunan Kota Bogor Tahun 2010 diarahkan kepada:

1. Transportasi

74 Hingga akhir tahun 2010, capaian rasio panjang jalan terhadap luas wilayah Kota Bogor tidak mengalami perubahan dari tahun 2009 yaitu masih berkisar 5,292, hal ini dikarenakan kegiatan tahun 2010 ini diprioritaskan pada penyelesaian seluruh kelengkapan dokumen yang dipersyaratkan dalam penyelesaian pembangunan ruas jalan R-3, yaitu :  Feasibility Study FS Pembangunan Ruas Jalan R-3 Tahun 2009.  Amdal Pembangunan Ruas Jalan R-3 Tahun 2010.  Detail Engenering Desain DED Pembangunan Ruas Jalan R-3 Tahun 2009. Proses pembebasan lahan untuk kebutuhan pembangunan ruas jalan R-3 telah mencapai 44,02 dan diharapkan tahun 2012 panjang jalan di Kota Bogor mengalami penambahan sebesar 5,4 km dan rasio panjang ruas jalan terhadap luas wilayah Kota Bogor dapat mencapai 5,335. Proses pembebasan lahan untuk kebutuhan pembangunan ruas jalan Inner Ring Road Selatan seksi 1 yang memiliki keterkaitan dengan rencana ruas jalan R-3 dan Akses Tol Bogor – Ciawi – Sukabumi juga menjadi skala prioritas pada tahun 2010. Perkembangan capaian rasio panjang jalan terhadap luas wilayah, dapat dilihat pada grafik 3 berikut : Grafik 3 Ratio Panjang Jalan Terhadap Luas Wilayah Pada akhir tahun 2010 rasio panjang jalan berkondisi baik mengalami peningkatan sebesar 4,87 atau mengalami penambahan 75 panjang jalan berkondisi baik sepanjang ±30,514 km sehingga rasio panjang jalan berkondisi baik terhadap total panjang jalan mencapai 39,85. Perkembangan capaian rasio panjang jalan berkondisi baik terhadap jumlah keseluruhan total panjang jalan dapat dilihat pada grafik 4 berikut : Grafik 4 Ratio Panjang Jalan Yang Berkondisi Baik Sumber : Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bogor Dalam rangka meningkatkan keamanan dan keselamatan berlalu lintas di Kota Bogor, telah dilaksanakan pembangunan dan pemeliharaan fasilitas lalu lintas jalan di seluruh wilayah Kota Bogor yang meliputi pemasangan rambu-rambu lalu lintas, marka jalan dan beberapa fasilitas pendukung lainnya. Kegiatan tersebut telah memberikan dampak terhadap kejelasan informasi tentang lokasiwilayah yang dituju bagi penguna jalan, terciptanya lalu lintas yang lebih tertib dan teratur serta terjadinya penurunan tingkat kecelakaan lalu lintas di jalan. Khusus pada kawasan sekolah yang mempunyai kerawanan lalu lintas yang tinggi, telah dilakukan pembangunan kawasan Zona Selamat Sekolah ZoSS di kawasan SDN Gunung Batu dan SD Cibalagung. Pembangunan tersebut diharapkan dapat meningkatkan keselamatan dan keamanan murid sekolah pada saat menyeberang di jalan raya serta pengendalian terhadap pengguna jalan lainnya. 76 Terhadap beberapa kegiatan sebagaimana tersebut diatas yang merupakan bentuk keseriusan Kota Bogor dalam menjalankan komitmen terhadap program prioritas khususnya di bidang transportasi, telah berdampak terhadap keinginan Kota Bogor untuk mengikuti Lomba Tertib Lalu Lintas dan Angkutan Kota Wahana Tata Nugraha. Program lomba tersebut merupakan program Nasional yang dilaksanakan oleh Kementerian Perhubungan dan dalam pelaksanaannya melibatkan instansi terkait di tingkat Pemerintah Pusat. Keikutsertaan Kota Bogor dalam program tersebut sebagai bentuk nyata koreksi dan evaluasi oleh Tim Pusat Provinsi terhadap kinerja Pemerintah Kota Bogor didalam penanganan masalah transportasi. Berdasarkan hasil kinerja dan komitmen tersebut, Kota Bogor mendapat penghargaan berupa Plakat Wahana Tata Nugraha Tingkat Nasional Tahun 2009. 2. Pedagang Kaki Lima PKL Sebagaimana lazimnya kota – kota lain di Indonesia, Pedagang Kaki Lima PKL di Kota Bogor pun tumbuh sehingga menimbulkan banyak permasalahan. PKL menempati lahan yang bukan peruntukannya untuk berdagang seperti trotoar, badan jalan, emperan toko, taman ruang terbuka hijau. Tentunya hal ini melanggar peraturan yang ada yaitu Perda Kota Bogor Nomor 13 Tahun 2005 tentang Penataan Pedagang Kaki Lima dan Perda Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2006 tentang Ketertiban Umum. Akibatnya fungsi peruntukan tidak berjalan sebagaimana mestinya sehingga menimbulkan kesemrawutan, kemacetan dan kotor yang memberi kesan kurang baik terhadap kondisi fisik kota. Oleh karena itu, PKL harus ditata sehingga tidak menimbulkan permasalahan tersebut. Tujuan penataan PKL untuk mewujudnya Kota Bogor yang bersih, indah dan nyaman bebas dari PKL berdasarkan peraturan dan perundang- undangan. Sasaran penataan PKL adalah Kota Bogor Bersih, bebas macet dan kumuh akibat PKL serta tertatanya PKL yang tidak mengganggu ketertiban umum. 77 Sesuai dengan Keputusan Walikota Bogor Nomor 511.23.45.-63 Tahun 2010 tanggal 4 Februari 2010 tentang Penunjukan Lokasi Pembinaan dan Penataan Usaha PKL sebagai pengganti Keputusan Walikota Bogor Nomor 511.23.45-146 tahun 2008, jumlah lokasi zona PKL yang semula sebanyak 18 zona PKL diubah menjadi 14 zona PKL. Penghapusanpengurangan zona PKL sebanyak 4 zona, yaitu 3 zona PKL di Jalan Raya Pajajaran dan 1 zona PKL Air Mancur. Alasan penghapusan zona PKL tersebut untuk di Jalan Raya Pajajaran dalam upaya menunjang program boulevard dan zona Air Mancur untuk menunjang kelancaran lalu lintas. Sesuai dengan hasil survei pendataan PKL yang dilaksanakan pada tahun 2010 oleh konsultan di 51 titik lokasi PKL menunjukkan bahwa terdapat 9.710 PKL di Kota Bogor. Secara umum penyebaran PKL di Kota Bogor mengikuti pola jaringan jalan dan tersebar di pusat – pusat keramaian disekitar terminal, pasar, stasiun dengan berbagai jenis komoditi antara lain hasil pertanian, barang industri, kerajinan, makanan, minuman, barang bekas, pakaian, dan jasa. Berdasarkan hasil survei tersebut sekitar 55 PKL umumnya berasal dari daerah sekitar Kota Bogor Kabupaten Bogor, Cianjur, Depok, Sukabumi dan sebagainya, namun sebagian besar dari PKL tersebut sekitar 76 telah menetaptinggal di Kota Bogor. Adapun hasil pendataan PKL secara rinci sebagaimana table 2.25 berikut : Tabel 2.25 Hasil Pendataan PKL Tahun 2010 di 51 Titik Lokasi PKL NO . L O K A S I Jumlah 01. Jalan Veteran Depan Perkantoran 28 02. JL. Veteran ke bawah dari pertigaan veteran kearah jembatan 8 03. Jembatan Merah sebelah kiri dan kanan 100 04. Jl. Kapten Muslihat 368 05. Jl. Merdeka depan Presiden theater – jembatan merah 296 06. Jl. Sancang 24 07. Jl. MA. Salmun 731 08. Jl. Nyi Raja Permas 196 78 09. Jl. Sawojajar 44 10. Jl. Pengadilan 88 11. Jl. Jend. Sudirman 40 12. Jambu Dua Jl. Pajajaran Ujung Utara sd Pangrango 548 13. Jambu Dua Pasar 556 14. Jl. Suryakencana 672 15. Jl. Mayor Oking 68 16. Depan Kesatuan 76 17. Jl, Otto Iskandar Dinata 40 18. JL.Raya Pajajaran sekitar terminal, Cidangian, Hero sampai dengan ekalokasari 284 19. Terminal bubulak 240 20. Jl. Batu Tulis sekitar Istana Presiden 172 21. Jl. Semeru 88 22. Jl. Baru Kemang Jl. KH Sholeh Iskandar 236 23. Jl. Ir. H. Juanda 60 24. Villa Indah Pajajaran 40 25. Jl. Siliwangi 124 26. Jl. Raya Bogor simpang Jalan Baru –Ciluar 280 27. Sindangbarang 124 28. Sekitar Taman Kencana 24 29. Sekitar Kampus Unpak 252 30 Jl. Raya Ciawi arah Sukabumi 280 31. Jl. Dewi Sartika dari depan BRI 332 32. Gang Selot 96 33. Jl. Sukasari I 128 34. Jl. Dewi Sartika dari depan Sartika Plaza 749 35. Depan Bogor Permai dan Apotik Sudirman 212 36. Lampu Merah Pangrango-Lodaya 44 37. Jl. Bangbarung 200 38. Jl. Gedong Sawah 24 39. Jl. Polisi 30 40. Jl. Pedati 176 41. Putaran Air Mancur 50 42. Jl. Mawar 48 43 KH. Abdullah bin Nuh 204 44. Depan Makam Pahlawan 50 45. Jl. Malabar 116 46. Jl. Paledang 47. Jl. Lawang Saketeng 588 48. Cunpok 204 49. Empang 304 50. Bale Kambang 48 51. Jl.Bina Marga 120 79 Jumlah 9.710 Dalam penanganan PKL tidak mudah dan banyak hal yang menjadi kendalapermasalahan, tentunya harus diselesaikan secara bertahap oleh pemerintah daerah, DPRD dan stakeholders lainnya. Permasalahan – permasalahan tersebut antara lain : a. Secara makro, kondisi perekonomian masih belum stabil sehingga sektor formal masih memiliki keterbatasan dalam menampung angkatan kerja, adanya PHK sehingga sektor informal atau menjadi PKL sebagai salah satu pilihannya. b. Jumlah PKL relatif banyak hasil survei di 51 titik lokasi terdapat 9.710 PKL dan keberadaannya masih terkonsentrasi di pusat – pusat keramaian yang masih berada disekitar pusat kota sekitar Pasar Kebon Kembang, Pasar Bogor, jalan – jalan protokol. c. Keterbatasan lahan untuk tempat relokasi PKL, mengingat PKL berkeinginan agar tempat relokasi berada di lokasi yang strategis dan dekat dengan keramaian. Hal ini seringkali menjadi alasan penolakan PKL untuk dipindahkan. Upaya penanganan PKL tetap dilakukan dengan mempertimbangkan aspek kebutuhan ekonomi masyarakat, baik bagi pelaku PKL maupun bagi masyarakat konsumennya, disamping aspek ketertiban, keindahan, dan kenyamanan publik, sehingga dengan demikian upaya penanganan didasarkan pada konsep penataan dan penertiban. Penertiban yang telah dilakukan lebih dititikberatkan pada upaya meminimalisasi dampak keberadaan PKL agar tidak menimbulkan gangguan terhadap kelancaran lalu lintas dan pejalan kaki. Setidaknya jalur jalan M.A Salmun, jalan Merdeka, jalan Dewi Sartika dan jalan Surya Kencana relatif dapat tetap dilalui kendaraan. Pada beberapa kawasan yang berhasil dibebaskan dari PKL telah dibuat taman dan pagar untuk mencegah kembalinya PKL di lokasi tersebut.

3. Masalah Kebersihan