RPJPD, RPJMD & RKPD | Payakumbuh Kota BAB II RKPD 2015

(1)

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2013 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi a. Aspek Geografi

Secara geografis Kota Payakumbuh terletak pada posisi 100º 35' - 100º 42' BT dan 0º 10' – 0º 17' LS. dan 100°- 35' sampai dengan 100°- 48' BT.

Letak Kota Payakumbuh ini berbatasan dengan daerah administrasi pemerintahan lain yaitu:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Payakumbuh Kabupaten Lima Puluh Kota

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Luhak dan Kecamatan Situjuah Limo Nagari Kabupaten Lima Puluh Kota

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Luhak dan Kecamatan Situjuah Limo Nagari Kabupaten Lima Puluh Kota

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Luhak dan Kecamatan Harau Kabupaten Lima Puluh Kota

Luas wilayah kota Payakumbuh adalah 80,43 km2 yang setara dengan 1.19% dari luas propinsi Sumatera Barat dan berbatasan langsung dengan lima kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota.

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008, Kota Payakumbuh dimekarkan dari 3 kecamatan menjadi 5 kecamatan, dimana pada tanggal 23 Desember 2008 peresmian Kecamatan Payakumbuh Selatan dan pada tanggal 24 Desember 2008 peresmian Kecamatan Lamposi Tigo Nagori. Pembagian wilayah administratif seperti terdapat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1

Pembagian Wilayah Administratif Kota Payakumbuh

No Kecamatan Ibukota Kecamatan Luas (Km2)

1 Payakumbuh Barat Tanjung Pauh 19,08

2 Payakumbuh Utara Simpang Parit 22,33

3 Payakumbuh Timur Balai Batimah 14,53

4 Payakumbuh Selatan Sawah Padang 14,67

5 Lamposi Tigo Nagari Koto Panjang 9,82

T o t a l 80,43

Sumber data : Payakumbuh Dalam Angka 2013

Keadaan topografi Kota Payakumbuh bervariasi antara dataran dan berbukit dengan ketinggian 514 meter diatas permukaan laut. Secara topografis wilayah Kota Payakumbuh dapat dikelompokkan atas enam kelas kemiringan lahan yaitu datar, agak landai, landai, agak curam, curam dan sangat curam. Secara umum Kota Payakumbuh berdasarkan kondisi topografinya datar dengan tingkat kemiringan 0 – 2 % seluas 6.601,7 hektar atau 82 % dari luas wilayah. Untuk lebih jelasnya tingkat kemiringan lahan Kota Payakumbuh dapat dilihat pada Tabel 2.2 :


(2)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 2 Tabel 2.2.

Tingkat Kemiringan Lahan Kota Payakumbuh.

No. Kemiringan Lahan Tingkat Kemiringan (%) Luas (Ha)

1. Datar 0 - 2 6.601,70

2. Agak Landai 2 – 8 304,00

3. Landai 8 - 15 588,80

4. Agak Curam 15 - 30 112,60

5. Curam 30 - 45 298,40

6. Sangat Curam 45 - 60 137,50

JUMLAH 8.043,00

Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Payakumbuh Tahun 2010-2030

Suhu udara rata-rata 26° Celsius dengan kelembaban udara berkisar antara 45% sampai dengan 50%.Curah hujan di Kota Payakumbuh tergolong sedang yaitu rata-rata 2.210 mm dengan jumlah hari hujan 156 hari setahun. Musim hujan pada umumnya terjadi pada bulan Oktober-April dan musin kemarau pada bulan Mei sampai September.

Bila dilihat dari segi penggunaan lahan, 34,45% lahan di Kota Payakumbuh merupakan tanah sawah yaitu 2.771 hektar, 198 hektar kolam dan sisanya 5.074 hektar berupa tanah kering. Sebagian tanah kering dimanfaatkan untuk bangunan sebesar 2.863 hektar, sisanya digunakan untuk kebun, hutan rakyat, ditanami pohon, padang rumput dan lainnya sebesar 2.211 hektar. Berdasarkan penggunaan lahan tersebut, tanah untuk bangunan dan sekitarnya merupakan areal terluas yaitu 35,60 %. Jumlah ini telah melebihi areal tanah untuk sawah yang tercatat hanya 34,45 %.

Kota Payakumbuh terletak pada jalur transportasi yang menghubungkan Provinsi Sumatera Barat dengan wilayah Sumatera Bagian Tengah. Posisi Kota Payakumbuh ini sangat strategis karena berada pada titik penghubung Kota Padang dan Kota Bukittinggi sebagai pusat pertumbuhan wilayah dengan Kota Pekanbaru sebagai ibu kota Provinsi Riau. Dalam hal ini Kota Payakumbuh merupakan pintu gerbang untuk keluar masuk ke Provinsi Riau khususnya untuk menuju Kota Pekanbaru dan Batam yang berkembang pesat dalam sektor perdagangan. Kota Payakumbuh, dengan jarak 124 km dari Kota Padang juga sangat strategis untuk dikembangkan bila dikaitkan dengan jalur transportasi dan perdagangan Sumbar-Riau yang diperkirakan akan meningkat lebih pesat lagi pada masa mendatang.

Kota Payakumbuh dilalui oleh tiga buah sungai yang tergolong besar yaitu Batang Agam, Batang Sinamar dan Batang Lampasi. Batang Agam melewati Kota Payakumbuh di bagian tengah dan melalui 4 kecamatan yang ada. Batang Lampasi mempunyai anak sungai yaitu Batang Simantung dan Batang Pulau yang melewati Kecamatan Payakumbuh Utara. Batang Agam dan Batang Lampasi, akhirnya bermuara ke Batang Sinamar. Disamping itu juga terdapat sungai kecil dengan kisaran lebar 5 - 6 meter yaitu Batang Pulau, Sungai Talang, Batang Sikandi dan Sungai Bai.

b. Aspek Demografi

1) Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan "per waktu unit" untuk pengukuran. Pertumbuhan penduduk sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia. Nilai pertumbuhan penduduk yang dilakukan adalah perubahan jumlah penduduk baik pertambahan maupun penurunannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk yaitu kelahiran (natalitas), kematian (mortalitas) dan perpindahan penduduk (migrasi). Kelahiran dan kematian dinamakan faktor alami, sedangkan perpindahan penduduk dinamakan faktor non alami. Migrasi ada dua yaitu migrasi yang dapat menambah jumlah penduduk disebut migrasi masuk (imigrasi), dan yang dapat mengurangi penduduk disebut migrasi keluar (emigrasi). Penduduk merupakan aset jika pertambahannya akan meningkatkan daya saing atau nilai tambah, sebaliknya merupakan beban jika kehadirannya mengurangi daya saing.


(3)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 3 negara-negara berkembang di dunia, khususnya negara-negara berpenduduk besar dan padat. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan data dasar yang diperoleh mengenai jumlah kelahiran, sehingga diperlukan berbagai upaya yang berkesinambungan untuk menurunkan laju pertumbuhan penduduk. Indonesia sebagai suatu negara yang sedang berkembang dengan penduduk terbesar nomor empat di dunia, juga menghadapi persoalan yang serupa.

Kota Payakumbuh juga mengalami laju pertumbuhan yang cukup signifikan pada Tahun 2010 yaitu sebesar 10,26 berdasarkan hasil susenas Tahun 2010. Dengan jumlah penduduk sebesar 117.000 jiwa. Hal ini bisa dijelaskan karena beberapa hal terjadinya migrasi yang cukup besar ke Kota Payakumbuh dan atau memang terjadi under estimate pada periode sebelumnya. Pada Tahun 2011 sendiri pertumbuhan penduduk secara aritmatik tercatat sebesar 1,85 %. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk Sumatera Barat yang secara rata-rata tercatat sebesar 1,28 %. Jika pertumbuhan dilihat dari sensus penduduk, maka pertumbuhan penduduk 2009-2010 tercatat 1,79. Angka tersebut lebih tinggi dari pada pertumbuhan penduduk Sumatera Barat pada periode yang sama pada kisaran 1,14 %. Tahun 2013 penduduk Kota Payakumbuh berjumlah 124.694 jiwa yang terdiri dari 61.886 jiwa penduduk laki-laki dan 62.828 jiwa penduduk perempuan dengan sex ratio 98. Dibanding tahun 2012, terjadi pertumbuhan rata-rata penduduk sebanyak 1,83 %.Peningkatan penduduk yang tinggi ini akan mengakibatkan permasalahan jika tidak dikendalikan

Komposisi penduduk Kota Payakumbuh menurut jenis kelamin dan komposisi penduduk Kota Payakumbuh menurut kecamatan menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari penduduk laki-laki sebagaimana terlihat pada Tabel 2.3 dan Tabel 2.4.

Tabel 2.3

Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tahun 2009 s.d. 2013 Kota Payakumbuh

Tahun

Jumlah Penduduk (Jiwa)

Pertumbuhan rata-rata (%)

Laki-laki Perempuan Total

2009 52.906 54.005 106.911 0,87

2010 58.333 59.543 117.876 10,26

2011 59.493 60.558 120.051 1,84

2012 60.650 61.800 122.450 1,99

2013* 61.866 62.828 124.694 1,83

Sumber : Payakumbuh Dalam Angka 2013 *) data sementara

Tabel 2.4

Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Per Kecamatan Tahun 2013*) Kota Payakumbuh

No Kecamatan Penduduk

Laki-Laki Perempuan Lk + Pr Sex Ratio 1 Payakumbuh Barat 24.247 24.689 48.936 98 2 Payakumbuh Utara 15.155 15.223 30.378 99 3 Payakumbuh Timur 12.924 13.190 26.114 98 4 Payakumbuh Selatan 4.955 5.065 10.020 98 5 Lamposi Tigo Nagari 4.585 4.661 9.246 98

Kota Payakumbuh 61866 62.828 124.694 98


(4)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 4 Kemudian dari komposisi penduduk Kota Payakumbuh berdasarkan kelompok umur menunjukkan proporsi yang baik dimana penduduk dengan usia produktif (15-64 tahun) jauh lebih besar bila dibandingkan jumlah penduduk usia tidak produktif (<15 tahun dan 64 tahun >). Persentase penduduk berdasarkan kelompok usia produktif dan tidak produktif tertera pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5

Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2009 s.d. 2013 Kota Payakumbuh No Usia

(tahun)

Jiwa %

2009 2010 2011 2012 2013* 2009 2010 2011 2012 2013* 1 <15 32.052 36.793 37.474 37.906 37.318 30,24 31,21 31,21 30,95 29,93 2 15- 64 68.875 74.344 75.714 77.859 80.524 64.98 63,07 63,06 63,6 64,58 3 >64 5.067 6.739 6.863 6.685 6.852 4.78 5,72 5,71 5,45 5,58

J u m l a h 104.969 106.911 120.051 122.450 124.694 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Payakumbuh Dalam Angka 2013

*) data sementara

Berdasarkan data Tabel 2.5 terlihat bahwa jumlah penduduk Kota Payakumbuh pada Tahun 2013 pada usia < 15 tahun adalah 29,93 %; jumlah usia produktif 15-64 tahun adalah 64, 58 %; dan jumlah penduduk usia tidak produktif > 64 adalah 5,58 % .Angka ini menunjukkan bahwa penduduk Kota Payakumbuh berada pada struktur umur transisi. Penduduk muda berusia 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Sementara itu penduduk berusia 65 tahun keatas juga dianggap tidak produktif lagi karena sudah melewati masa pensiun. Penduduk usia 15-65 tahun adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif, hal ini dapat diartikan bahwa tingkat produktifitas penduduk tinggi.

Pertambahan penduduk adalah angka yang menunjukan tingkat pertambahan penduduk per tahun. Angka ini dinyatakan dalam persentase seperti Tabel 2.6.

Tabel 2.6

Jumlah dan Pertambahan Penduduk Tahun 2009 s.d. 2013 Kota Payakumbuh

Tahun Jumlah penduduk (jiwa) Pertambahan Penduduk

per Tahun (%)

2009 106.911 0,87

2010 117.876 10,26

2011 120.051 1,85

2012 122.450 1,99

2013* 124.694 1,83

Sumber data : Payakumbuh Dalam Angka 2013 *) data sementara

Hasil pencacahan yang dilakukan oleh BPS menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Payakumbuh dalam lima tahun terus meningkat yaitu dari 106.911 jiwa pada tahun 2009 menjadi 124.694 jiwa pada tahun 2013. Berarti terjadi penambahan jumlah penduduk 17.783 jiwa selama lima tahun terakhir di Kota Payakumbuh. Laju pertumbuhan ini ditentukan oleh faktor demografi yang meliputi tingkat kelahiran, kematian, perpindahan penduduk di kota Payakumbuh. Laju pertumbuhan penduduk Kota Payakumbuh pertahun selama sepuluh tahun terakhir yakni dari tahun 2000-2010 sebesar 1,79%, sedangkkan pertambahan penduduk Kota Payakumbuh pada tahun 2013 diperkirakan turun 0,16 % dimana pada Tahun 2012 sebesar 1,99 % menjadi 1,83 % pada Tahun 2013.

2) Tingkat Kelahiran/Fertilitas

Fertilitas sebagai bagian yang turut mempengaruhi pertumbuhan penduduk telah diupayakan oleh pemerintah untuk dikendalikan agar pertumbuhan penduduk dapat menurun. Hal ini dicerminkan oleh salah satu program pemerintah untuk menciptakan keluarga berkualitas dengan 2 orang anak lebih baik. Jumlah anak yang banyak akan


(5)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 5 ditanggung oleh keluarga tersebut. Rata-rata anak yang dilahirkan hidup perwanita usia 15-49 tahun Kota Payakumbuh pada tahun 2010-2012 dapat dilihat pada Tabel 2.7

Tabel 2.7

Rata-rata Anak Yang Dilahirkan hidup per wanita 15-49 Tahun 2010 s.d. 2012 Kota Payakumbuh

No Tahun Rata-rata Anak Lahir Hidup

1. 2010 1,75

2. 2011 1,77

3. 2012 1,73

Sumber Data : Susenas 2010-2012 3) Kepadatan Penduduk

Tingkat kepadatan yang ideal disuatu daerah tidak dapat ditentukan dengan pasti, karena tergantung dari potensi yang dimiliki dan kemampuan penduduk di daerah tersebut untuk memanfaatkan potensi yang ada. Tingkat kepadatan yang tinggi di daerah perkotaan sangat rawan terhadap terjadinya konflik sosial yang muncul dimasyarakat, seperti banyaknya penggangguran dan munculnya lingkungan kumuh atau lingkungan yang tidak memadai. Hal ini akan menyulitkan pemerintah daerah dalam menyediakan fasilitas sosial yang dibutuhkan masyarakat. Sebaliknya jika kepadatan penduduk terlalu rendah akan menyebabkan penyediaan berbagai fasilitas yang dibutuhkan masyarakat relatif mahal. Sehingga ukuran kepadatan penduduk akan lebih bermakna bila dikaitkan dengan potensi yang ada dalam suatu daerah. Semakin tinggi tingkat kepadatan penduduk maka semakin kompleks permasalahan sosial yang akan dihadapi oleh suatu daerah.

Peningkatan jumlah penduduk berdampak langsung kepada peningkatan kepadatan yaitu dari 1.522 jiwa perkilometer persegi pada Tahun 2012, menjadi 1.550 jiwa perkilometer persegi pada tahun 2013. Ini artinya terjadi peningkatan perkiraan kepadatan penduduk sebanyak 28 jiwa perkilometer persegi di Kota Payakumbuh selama Tahun 2013 jika pertambahan penduduk Kota Payakumbuh sebesar 1,83 %. Kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Payakumbuh barat yaitu 2,489 jiwa per kilometer per segi dan yang paling terkecil adalah kecamatan Payakumbuh Selatan yaitu 690 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan penduduk Kota Payakumbuh mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada tahun 2013. Payakumbuh merupakan kota terpadat ketiga setelah Kota Padang dan Bukittinggi. Berikut jumlah dan kepadatan penduduk Kota Payakumbuh lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 2.8.

Tabel 2.8

Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tahun 2009 s.d. 2013 Kota Payakumbuh Tahun Jumlah Penduduk Luas (Km.2) Kepadatan Penduduk

(Jiwa /Km2)

2009 106.911 80,43 1.329

2010 117.876 80,43 1,465

2011 120.051 80,43 1,492

2012 122.450 80,43 1.522

2013* 124.694 80,43 1.550

Sumber data : Payakumbuh Dalam Angka 2013 *) data sementara

Persebaran penduduk merupakan sautu distribusi penduduk yang ada di suatu wilayah. Penyebaran penduduk penting secara umum menyangkut ketersediaan tenaga kerja dalam memanfaatkan sumber daya alam dan juga dalam rangka optimalisasi penyediaan fasilitas sosial ekonomi. Sebaran penduduk menurut kecamatan Tahun 2012-2013 di Kota Payakumbuh dapat dilihat pada Tabel 2.9.


(6)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 6 Tabel 2.9

Sebaran Penduduk Menurut Luas Wilayah dan Kepadatan Tahun 2012 s.d. 2013 Kota Payakumbuh

No Kecamatan Luas

(Km2)

Jumlah Penduduk (Jiwa)

Kepadatan Penduduk 2012 2013* 2013* 1 Payakumbuh Barat 19,66 48.064 48.936 2.489 2 Payakumbuh Utara 22,73 29.770 30.378 1.336 3 Payakumbuh Timur 14,09 25.652 26.114 1.853 4 Payakumbuh Selatan 14,53 9.931 10.020 690

5 Lamposi Tigo Nagari 9,42 9.033 9.246 982

Kota Payakumbuh 80,43 122.450 124.694 1.550 Sumber : BPS Kota Payakumbuh

*) data sementara 4) Pengelompokan Penduduk

a) Pengelompokan Penduduk Berdasar Jenis Kelamin dan Umur

Karakteristik penduduk yang paling penting dan berpengaruh terhadap tingkah laku sosial ekonomi penduduk adalah umur dan jenis kelamin, atau yang sering juga disebut komposisi penduduk dan jenis kelamin, data 5 tahun terakhir sebagaimana tergambar pada Tabel 2.10. Sex ratio penduduk Kota Payakumbuh adalah 98 atau setiap 100 perempuan terdapat 98 laki-laki.

Tabel 2.10

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2009 s.d. 2013 Kota Payakumbuh Jumlah Penduduk

Tahun

2009 2010 2011 2012 2013*)

Laki-Laki 52,906 58,333 59.493 60.650 61.966

Perempuan 54,005 59,543 60.558 61.800 62.728

Jumlah 106,911 117,876 120.051 122.450 124.694

Sumber data : Payakumbuh Dalam Angka 2013 *) data sementara

Dari data yang ada kemudian dapat dipersempit lagi dengan menghitung jumlah penduduk laki-laki dan jumlah penduduk perempuan berdasarkan umur, sebagaimana terlihat dalam Tabel 2.11.


(7)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 7 Penduduk Laki-Laki Berdasarkan Umur

Tahun 2009 s.d. 2013 Kota Payakumbuh Kelompok

Umur

Tahun

2009 2010 2011 2012 2013*)

0-4 6,837 6,476 6,605 6,505 7.028

5-9 5,448 6,377 6,504 6,367 6.280

10-14 6,138 5,987 6,106 6,650 5.631

15-19 4,035 5,096 5,198 5,943 5.510

20-24 3,113 3,876 3,953 4,749 4.532

25-29 4,657 4,880 4,977 4,504 5.300

30-34 2,730 4,912 5,010 4,579 4.888

35-39 4,360 4,429 4,517 4,287 4.726

40-44 3,760 3,676 3,749 3,775 4.028

45-49 2,922 3,360 3,427 3,338 3.623

50-54 3,400 3,121 3,184 3,045 3.286

55-59 1,508 2,225 2,269 2,533 2.583

60-64 1,522 1,270 1,295 1,656 1.750

65+ 2,476 2,648 2,699 2,728 2.801

Jumlah 52,906 58,333 559.493 60,650 61.966 Sumber data : Payakumbuh Dalam Angka 2013

*) data sementara

Tabel 2.12

Penduduk Perempuan Berdasarkan Umur Tahun 2009 s.d. 2013 Kota Payakumbuh Kelompok

Umur

Tahun

2009 2010 2011 2012 2013*)

0-4 5,068 6,195 6,300 6,107 6.842

5-9 4,728 5,952 6,054 6,033 5.998

10-14 5,405 5,806 5,905 6,253 5.539

15-19 4,808 5,294 5,385 5,863 5.585

20-24 3,758 4,159 4,230 4,910 4.608

25-29 5,445 4,982 5,066 4,690 5.082

30-34 3,270 4,737 4,817 4,617 4.892

35-39 4,736 4,257 4,329 4,299 4.518

40-44 3,603 3,978 4,045 3,884 4.217

45-49 3,302 3,425 3,483 3,542 3.621

50-54 2,506 3,095 3,148 3,249 3.304

55-59 1,872 2,223 2,260 2,662 2.701

60-64 1,689 1,349 1,372 1,734 1.770

65+ 3,815 4,091 4,164 2.663 4.051

Jumlah 54,005 59,543 60,558 61.800 62.728 Sumber data : Payakumbuh Dalam Angka 2013

*) data sementara

Komposisi penduduk Kota Payakumbuh Tahun 2013 yang dirinci menurut kelompok umur dan jenis kelamin menunjukkan bahwa penduduk laki-laki maupun perempuan terbesar berada pada usia muda 0 – 4 tahun dan 5 – 9 tahun.

2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Capaian pembangunan daerah dapat dilihat dari berbagai indikator kesejahteraan masyarakat dengan menggunakan data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). Hasil capaian HDI Kota Payakumbuh selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 2.13.


(8)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 8 Tabel 2.13

Capaian Indikator HDI Tahun 2009 s.d. 2013 Kota Payakumbuh

No. Indikator HDI 2009 2010 2011 2012 2013*)

1. Pendidikan

 Angka Melek Huruf (%)  Rata-rata lama Sekolah (Thn)

99,17 9,12

99,5 9,66

99,58 9,12

99,6 9,7

99,80 9,10 2. Kesehatan

a) Angka Harapan Hidup (Thn) 70,46 70,62 70,78 70,94 70,94 3. Ekonomi

b) Pengeluaran Riil/ Kapita (Rp/bln)

635.975 636,220 640,510 643,670 645,61 4. Human Developmen Index 75,37 75,81 76,29 76,76 77,11 Sumber : BPS Kota Payakumbuh

*) data sementara

Dari Tabel 2.13 terlihat bahwa selama rentang waktu 5 tahun terjadi peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM/HDI) dari angka 75,37 pada tahun 2009 menjadi 77,11 pada tahun 2013, hal ini mengindikasikan terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat

2.1.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Pembangunan ekonomi yang hasilnya berupa pemerataan pembangunan dan pemerataan hasil-hasilnya, akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pemerataan ekonomi dalam hal pemenuhan kebutuhan pokok seperti bahan makanan, pakaian, kebutuhan pokok lainnya dan juga pendapatan penduduk sendiri sangat dipengaruhi pertumbuhan ekonomi itu sendiri.

Dalam mewujudkan strategi pembangunan yang berlandaskan pemerataan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pemerintahlah yang memiliki peran paling sentral dan besar. Karena pembangunan tidak hanya berfokus pada terciptanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi saja, tetapi juga pada terwujudnya kualitas hidup yang lebih baik berupa pemerataan dan keadilan sosial. Pembangunan harus menempatkan kepentingan rakyat pada urutan pertama. Jika ketidak-merataan ekonomi masyarakat semakin lebar dan tidak ada solusinya, maka masyarakat yang kaya semakin kaya dan masyarakat miskin semakin miskin.

Pemerataan pembangunan merupakan modal utama dalam upaya meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan perekonomian rakyat, memperkukuh kesetiakawanan sosial, menanggulangi kemiskinan, dan mencegah proses munculnya kemiskinan baru yang mungkin timbul.

Kesejahteraan dan pemerataan ekonomi diukur melalui penilaian terhadap indikator pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), laju inflasi, PDRB per kapita, indeks gini, pemerataan pendapatan versi Bank Dunia, Indeks Ketimpangan Wiliamson, persentase penduduk di atas garis kemiskinan, dan angka kriminalitas. Namun karena keterbatasan data, maka pada fokus ini hanya diulas beberapa indikator yang terkait dengan tingkat kesejahteraan masyarakat melalui penggunaan data PDRB, diantaranya pertumbuhan ekonomi, laju inflasi dan PDRB per kapita. Sementara pada fokus pemerataan ekonomi belum bisa diulas karena di kota Payakumbuh belum ada hasil survey atau penelitian yang menyangkut dengan angka Indek Gini dan Indeks Ketimpangan Wiliamson.

1) Pertumbuhan PDRB

Salah satu indikator penting untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat adalah tingkat perekonomian masyarakat dilihat dari berbagai indikator ekonomi makro antara lain, laju pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi. Ukuran indikator ekonomi makro daerah menggunakan data PDRB, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), PDRB didefenisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga


(9)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 9 pada tahun tertentu sebagai tahun dasar, dimana dalam perhitungan ini digunakan tahun 2000.

Tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah ditentukan oleh basis ekonomi yang menjadi unggulan atau andalan daerah yang dapat digambarkan dari struktur perekonomian daerah bersangkutan. Bila struktur perekonomian daerah berbasiskan pada sektor industri dan jasa (nilai tambahnya tinggi) maka ekonominya akan lebih cepat tumbuh dan mendorong pertumbuhan sektor lainnya melalui efek bergandanya (Multiplier Effect). Oleh karena itu sebelum menggambarkan indikator pertumbuhan ekonomi kota Payakumbuh terlebih dahulu dijelaskan kondisi struktur perekonomian Payakumbuh berdasarkan data PDRB tahun 2012-2013 sebagaimana Tabel 2.14.

Tabel 2.14

Struktur PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

Tahun 2012 dan Tahun 2013 Kota Payakumbuh (Jutaan-Rupiah)

No. PERINCIAN 2012 % 2013*)

%

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. PERTANIAN 241.282,57 9,97 281.437,83 9,99

a. Tanaman Pangan & Hortikultura 155.303,02 6,42 180.635,77 6,42 b. Perkebunan 7.140,86 0,30 7.925,06 0,28 c. Peternakan 61.684,85 2,55 73.440,11 2,61

d. Kehutanan X X

e. Perikanan 17.153,85 0,71 19.436,89 0,69 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN/ 11.919,14 0,49 12.777,10 0,45

a. Migas dan Gas Bumi/ X X

b. Non Migas X X

c. Penggalian 11.919,14 0,49 12.777,10 0,45 3. INDUSTRI PENGOLAHAN / 181.224,76 7,49 208.335,85 7,40

a. Industri Migas X X

b. Industri Tanpa Migas/ 181.224,76 7,49 208.335,85 7,40 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH / 40.521,41 1,67 45.354,78 1,61 a. Listrik 27.811,45 1,15 31.522,88 1,12

b. G a s X X

c. Air Bersih 12.709,96 0,53 13.831,91 0,49

5. BANGUNAN 225.073,62 9,30 258.528,81 9,18

6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN / 488.876,59 20,20 582.441,97 20,68 a. Perdagangan Besar dan Eceran 465.244,29 19,22 554.410,64 19,69 b. H o t e l 1.737,35 0,07 2100,95 0,07 c. Restoran 21.894,95 0,90 25.930,38 0,92 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI / 481.587,95 19,90 555.637,07 19,73 a. Angkutan 411.654,54 17,01 471.808,65 16,75

1. Kereta Api X X

2. Jalan Raya (Darat) 401.869,60 16,61 461.182,21 16,38 3. Angkutan Laut, Sungai, Danau &

Penyebrangan X X

4. Angkutan Udara X X

5. Jasa Penunjang Angkutan 9.784,93 0,40 10.626,44 0,38 b. Komunikasi 69.933,42 2,89 83.828,42 2,98


(10)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 10

No. PERINCIAN 2012 % 2013*) %

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA

PERUSAHAAN 220.359,05 9,11 260.364,23 9,25

a. Bank 110.924,90 4,58 133.957,49 4,76 b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank & Jasa

Penunjang / Keuangan 13.129,72 0,54 14.803,90 0,53 c. Sewa Bangunan 94.071,57 3,89 109.131,21 3,88 d. Jasa Perusahaan 2.232,86 0,09 2.471,63 0,09 9. JASA-JASA / SERVICES 529.240,25 21,87 611.216,22 21,70 a. Pemerintahan Umum & Pertahanan 350.250,80 14,47 404.680,90 14,37 b. Swasta 178.989,45 7,40 206.535,31 7,33 1. Sosial Kemasyarakatan 52.558,38 2,17 60.557,75 2,15 2. Hiburan dan Rekreasi 6.566,69 0,27 7.402,52 0,26 3. Perorangan dan Rumah tangga 119.864,38 4,95 138.575,04 4,92

P D R B 2.420.085,35 100,00 2.816.093,86 100,00

Sumber: PDRB Kota Payakumbuh 2013

*

) Data sementara

Dari Tabel 2.14, terlihat bahwa sampai tahun 2013 struktur PDRB kota Payakumbuh masih didominasi oleh empat sektor utama, yaitu sektor jasa-jasa sebesar Rp. 611.216.220,000- (21,70%), diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi sebesar Rp.582.441.970.000,- (20,68%) , sektor Pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp. 555.637.070.000,- (19,73%), dan sektor pertanian dengan kontribusi sebesar Rp. 281.437,83 (9,99%). Terjadi perubahan dibandingkan tahun 2012 dimana lapangan usaha pengangkutan dan komunikasi peranannya berkurang sebesar 0,17%, lapangan usaha jasa-jasa berkurang 0,17% dan kenaikan terjadi pada sektor usaha perdagangan, hotel dan restoran dan sektor dan sektor pertanian masing-masing sebesar 0,48 % dan 0,02 % pada tahun 2013.

Sementara kontribusi lapangan usaha lainnya masih relatif rendah dibandingkan dengan empat lapangan usaha di atas (dibawah 10 %). Kondisi ini sekaligus juga mengindikasikan bahwa kebijakan pemulihan ekonomi yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah dapat berjalan dan berhasil dengan baik. Prestasi ekonomi ini juga tidak terlepas dari dukungan kondisi sosial, politik dan keamanan yang semakin kondusif di Kota Payakumbuh.

Selanjutnya pada Tabel 2.14 juga terlihat perkembangan kontribusi lapangan usaha selama 2 (dua) tahun terakhir, tampak bahwa lapangan usaha yang mengalami peningkatan yaitu adalah lapangan pertanian, dan lapangan usaha keuangan, persewaaan dan jasa perusahaan sedangkan lapangan usaha lainnya cenderung menurun.

Kemudian jika dilihat dari peranan sub lapangan usaha maka kontribusi sub sektor perdagangan besar dan eceran yang paling besar terhadap perekonomian kota Payakumbuh dengan kontribusi sebesar 19,69% terhadap PDRB tahun 2013 meningkat dari tahun 2012 dengan kontribusi sebesar 19,22%. Selanjutnya nomor dua dan seterusnya berturut-turut diikuti oleh sub sektor angkutan sebesar 16,75% menurun dari tahun 2012 sebesar 17,01%; sub sektor jasa pemerintahan umum sebesar 14,37% menurun dari tahun 2012 sebesar 14,47% ; sub sektor bangunan 9,18% menurun dari tahun 2012 sebesar 9,30%; sub sektor industry tanpa migas dengan kontribusi 7,40% menurun dari tahun 2012 sebesar 7,49%, sub sektor jasa swasta dengan kontribusi sebesar 7,33%; sub sektor tanaman pangan sebesar 6,41% dan sub sektor lainnya dengan kontribusi dibawah 5%.

Pada lapangan usaha jasa-jasa yang peranannya cukup tinggi dalam pembentukan PDRB tahun 2013 (21,70 %), sebenarnya lebih banyak dihasilkan dari kontribusi sektor pemerintahan dalam melayani kebutuhan publik seperti : jasa-jasa pelayanan administrasi pemerintahan, jasa pendidikan, jasa rumah sakit, dan jasa pelayanan masyarakat lainnya.


(11)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 11 pada tahun 2012 adalah sebesar Rp. 350.250.800.000,- (14,47%) meningkat menjadi Rp. 404.680.900.000,-tapi persentase menurun menjadi (14,37 %) pada tahun 2013. Sedangkan peranan sektor swasta masih belum cukup berarti (7,33 % tahun 2013) terutama dari jasa hiburan dan rekreasi yang masih cukup rendah, dan ini mengindikasikan belum berkembangnya kepariwisataan di kota Payakumbuh. Untuk itu pada masa mendatang upaya pengembangan jasa kepariwisataan di kota Payakumbuh diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti kepada perekonomian daerah.

Jika dilihat dari kondisi geografis, Payakumbuh merupakan kota penghubung antara propinsi Sumatera Barat dan propinsi Riau. Dengan posisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa lapangan usaha pengangkutan dan komunikasi mempunyai potensi yang cukup besar terhadap PDRB kota Payakumbuh dengan kontribusi sebesar 19,73% pada tahun 2013. Kontribusi lapangan usaha pengangkutan diberikan oleh Jasa pelayanan angkutan darat, diperoleh dari jasa pemindahan penumpang dan barang baik kendaraan bermotor maupun tidak bermotor, serta jasa penunjang seperti pergudangan, parkir, keagenan dan terminal. Sementara dari jasa komunikasi kontribusinya masih relatif kecil, seperti jasa pos (wesel, surat dan paket pos), telekomunikasi (telegram, telpon dan telex) serta jasa penunjang (warnet dan ponsel).

Peranan lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran sebesar 20,68 % dari PDRB tahun 2013 juga mempunyai peranan yang cukup tinggi karena makin meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat kota dan masyarakat di daerah hinterland yang didukung oleh letak kota Payakumbuh yang berada di tengah-tengah kabupaten Lima Puluh Kota. Jenis usaha yang memegang peranan cukup besar adalah pedagang besar dan eceran (19,69% pada tahun 2013), sedangkan kontribusi jasa hotel dan restoran (0,07% dan 0,92% pada tahun 2013 belum begitu memberikan peranan yang berarti pada perekonomian kota Payakumbuh.

Lapangan usaha pertanian juga memberikan peranan yang cukup baik dalam perekonomian yaitu sebesar 9,99% dari PDRB tahun 2013. Pertanian yang ada di kota Payakumbuh umumnya masih bersifat pertanian rakyat dan berskala kecil sehingga lapangan usaha ini belum berkembang menjadi suatu pertanian yang modern, namun dalam penyerapan tenaga kerja lapangan usaha ini memberikan kontribusi yang cukup besar dibandingkan dengan lapangan usaha lainnya. Dilihat dari jenis usaha, maka tanaman pangan dan hortikultura (peranan 6,41% dari PDRB tahun 2013) adalah usaha yang mempunyai peranan cukup tinggi dibandingkan dengan peternakan (2,61%), perkebunan (0,28 %), dan perikanan (0,69%). Cukup tingginya peranan usaha ini karena lahan pertanian masih cukup tersedia. Namun ke depan, dengan semakin berkurangnya lahan pertanian diharapkan lapangan usaha ini mampu digantikan peranannya oleh lapangan usaha industri pengolahan yang menggunakan bahan baku dari produk pertanian sehingga selain untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian juga tenaga kerja yang tidak terserap oleh lapangan usaha pertanian khususnya, dan lapangan usaha lainnya dapat diserap oleh lapangan usaha industri.

Lapangan usaha industri (peranannya terhadap PDRB Tahun 2013 sebesar 7,40%) belum memperlihatkan peranan yang cukup dominan dalam PDRB kota Payakumbuh, disebabkan oleh berbagai masalah antara lain: skala usaha umumnya masih berskala mikro, kecil dan home industri,kemudian kendala klasik yang dialami UMKM yaitu:masih kurangnya modal usaha, rendahnya kemampuan sumber daya manusia, lemahnya jaringan pemasaran dan masih lemahnya kelembagaan. Namun dalam jangka menengah dan panjang, lapangan usaha ini diharapkan akan menjadi andalan dalam penyerapan tenaga kerja. Dengan makin berkembangnya pembangunan di wilayah timur Sumatera, terutama sekali Provinsi Riau diharapkan akan semakin membuka peluang bagi masyarakat kota Payakumbuh untuk memasarkan produk-produknya sebagai akibat meningkatnya permintaan pada daerah tersebut.

Kemudian secara kelompok sektoral, selama lima tahun terakhir (2009-2013) perekonomian kota Payakumbuh masih didominasi oleh sektor tersier dengan kontribusi rata-rata 71,36% dari nilai PDRB yang mencakup aktivitas jasa-jasa secara umum (meliputi lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran; lapangan usaha pengangkutan dan komunikasi; lapangan usaha keuangan, sewa dan jasa perusahaan; dan lapangan


(12)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 12 usaha jasa-jasa), kemudian diikuti oleh kelompok sektor sekunder dengan kontribusi rata-rata sebesar 18,13% dari nilai PDRB (meliputi lapangan usaha industri; dan lapangan usaha listrik, gas dan air minum, dan lapangan usaha bangunan); dan kelompok sektor primer dengan kontribusi rata-rata sebesar 10,50% dari PDRB (mencakup Lapangan usaha pertanian dan lapangan usaha pertambangan dan penggalian).

Tabel 2.15

Distribusi Kelompok Sektoral PDRB

Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009 s.d. 2013 Kota Payakumbuh

No Kelompok

Sektoral

Distribusi (%)

2009 2010 2011 2012 2013*) Rata-rata

1 Primer 10,60 10,55 10,47 10,46 10,44 10,50

2 Sekunder 17,56 17,88 18,57 18,46 18,19 18,13

3 Tersier 71,84 71,57 70,96 71,07 71,36 71,36

Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100.00 100,00

Sumber: PDRB Kota Payakumbuh 2013 *) data sementara

Dari Tabel 2.15 dapat dilihat bahwa selama empat tahun terakhir sektor sekunder mengalami peningkatan dari 17,88 % pada tahun 2010 menjadi 18,57 % pada tahun 2011 setelah itu mengalami penurunan kembali yaitu 18,46 pada tahun 2012 dan tahun 2013 kembali mengalami penurunan menjadi 18,19%. Kemudian sektor primer justru mengalami penurunan peranan terhadap PDRB, masing-masing sektor primer turun dari 10,55% tahun 2010 menjadi 10,47% pada tahun 2011, tahun 2012 sebesar 10,46 dan tahun 2013 sebesar 10,44% dimana penurunannya tidak signifikan. dan sektor tersier turun dari 71,57% tahun 2010 menjadi 70,96% pada tahun 2011, setelaah itu terjadi kenaikan pada tahun 2012 dan tahun 2013 yaitu 71,07% dan 71,36%. Hal ini terjadi karena sektor ekonomi di kota Payakumbuh masih banyak berskala UMKM dan non formal sehingga rentan untuk beralih usaha ke sektor lainnya.

Jika dilihat dari indikator pertumbuhan ekonomi, maka perekonomian kota Payakumbuh mampu berkembang dengan baik, meskipun akibat krisis ekonomi global di tahun 1998 juga turut dirasakan dampaknya, dimana perekonomian kota Payakumbuh pernah mengalami penurunan hingga mencapai -4,32% pada tahun 1998. Sejalan dengan membaiknya perekonomian nasional, maka sejak tahun 2002, pertumbuhan ekonomi kota Payakumbuh terus naik dengan peningkatan yang relatif stabil hingga mencapai 6,42 % pada tahun 2008. Namun memasuki tahun 2009 kinerja perekonomian kota Payakumbuh mengalami kontraksi dan perlambatan pertumbuhan akibat dunia kembali dilanda krisis ekonomi yang diawali oleh krisis keuangan di Amerika serikta sejak pertengahan tahun 2008. Dampak dari kondisi tersebut, memperlambat pertumbuhanekonomi kota Payakumbuh pada tahun 2009 dengan capaian sebesar 5,80 %, turun sebesar 0,62 % dari pertumbuhan tahun 2008.Selanjutnya pada tahun 2010 ekonomi kota Payakumbuh tumbuh sebesar 6,38 %, lebih baik dari pertumbuhan tahun 2009 tapi masih di bawah pertumbuhan tahun 2008. Yang mencapai 6,42 %.Kemudian pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Payakumbuh terus naik mencapai 6,79 %, namun masih di bawah target pertumbuhan sesuai asumsi makro ekonomi pada APBD kota Payakumbuh tahun 2011 sebesar 6,82%. Pada tahun 2012 baru bisa dicapai pertumbuhan sebesar 6,82% yang mana telah melampaui target RPJMD sebesar 6,81%. Pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh sebesar 6,72% lebih kecil dari tahun 2012.

Tabel 2.16 memperlihatkan perkembangan pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari tahun 2001 sampai tahun 2013 atas dasar harga konstan dan harga berlaku. Dari Tabel tersebut terlihat bahwa berdasarkan PDRB harga konstan pada tahun 2013, lapangan usaha yang pertumbuhannya paling tinggi adalah lapangan usaha keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 9,20%; diikuti oleh lapangan usaha perdagangan, hotel, dan restoran


(13)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 13 industri pengolahan tumbuh sebesar 6,86% serta diikuti oleh lapangan usaha lainnya.

Sementara berdasarkan PDRB harga berlaku, lapangan usaha yang paling tinggi pertumbuhannya adalah perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 19,14%; diikuti oleh keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sebesar 18,15%; pertanian sebesar 16,64%; jasa-jasa sebesar 15,49%, angkutan dan komunikasi sebesar 15,38%, bangunan sebesar 14,86%; industri pengolahan sebesar 13,04% dan diikuti oleh lapangan usaha lainnya.

Tabel 2.16

Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun 2011 s.d. Tahun 2013 Kota Payakumbuh

No. Lapangan usaha

Pertumbuhan (%)

2011 2012 2013*)

ADHB ADHK ADHB ADHK ADHB ADHK 1. Pertanian 14,45 6,20 12,20 6,07 16,64 5,47 2. Pertambangan dan Penggalian 10,51 5,48 8,76 4,71 7,20 2,73 3. Industri Pengolahan 15,86 7,75 11,60 6,52 13,04 6,86 4. Listrik, Gas dan Air Minum 17,05 10,73 10,16 6,12 11,98 4,73 5. Bangunan 17,04 8,35 12,87 7,13 14,86 7,39 6. Perdagangan, hotel dan restoran 15,97 7,75 16,09 8,71 19,14 8,45 7. Angkutan dan Komunikasi 12,29 5,31 8,13 4,29 15,38 3,95 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 14,95 9,08 15,77 8,76 18,15 9,20 9. Jasa–jasa 12,40 5,58 11,86 7,06 15,49 7,04

PDRB 14,25 6,79 12,18 6,82 16,22 6,72

Sumber: PDRB Kota PayakumbuhTahun 2013 *) data sementara

Jika dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi menurut sub sektor atau sub lapangan usaha, maka laju pertumbuhan yang tertinggi pada tahun 2013 adalah sub sektor Bank dengan pertumbuhan sebesar 11,60% dan diikuti oleh sub sektor restoran sebesar 10,40%. Selanjutnya yang ke tiga dan seterusnya berturut turut adalah sub sektor hotel (10,11%), sub sektor komunikasi (9,64%), sub sektor peternakan (9,16%), sub sektor bangunan (7,39%) sub sektor pemerintahan umum dan pertahanan (7,24) sub sektor industry tampa gas (6,86%) sub sektor sewa bangunan (6,81%) sub sektor swasta (6,63%) sub sektor listrik (6,21%), dan diikuti oleh sub sektor lainnya dengan pertumbuhan di bawah 6 %, sebagaimana terlihat pada Tabel 2.17.

Tabel 2.17

Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Lapangan Usaha Tahun 2009 s.d. 2013 Kota Payakumbuh

No Sektor / Lapangan usaha 2009 2010 2011 2012 2013*) Rata rata

1. Pertanian 3,83 5,18 6,20 6,07 5,47 5,35

a. Tanaman Pangan 3,41 4,98 6,25 5,68 4,18 4,90

b. Perkebunan 4,63 5,65 5,82 7,11 4,19 5,48

c. Peternakan 4,78 5,80 6,77 7,31 9,16 6,76


(14)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 14

No Sektor / Lapangan usaha 2009 2010 2011 2012 2013*) Rata

rata

2. Pertambangan & penggalian 4,28 5,61 5,48 4,71 2,73 4,56

a. Penggalian 4,28 5,61 5,48 4,71 2,72 4,56

3. Industri 6,97 5,98 5,95 6,52 6,86 6,46

a. Industri Tanpa Migas 6,97 7,18 5,95 6,52 6,86 6,70

4. Listrik, Gas & Air Minum 7,89 4,65 7,11 6,12 4,73 6,10

a. Listrik 10,16 10,61 6,42 7,06 6,21 8,09

b. Air Bersih 3,27 1,73 8,92 3,72 0,82 3,69

5. Bangunan 6,17 8,53 8,35 7,13 7,39 7,51

6. Perdagangan, hotel dan restoran 6,88 7,41 7,85 8,71 8,45 7,86

a. Perdagangan Besar dan

Eceran 6,96 7,50 7,82 8,66 8,35 7,86

b. Hotel 5,55 5,94 8,54 8,11 10,11 7,65

c. Restoran 5,41 5,76 8,55 9,91 10,40 8,01

7. Angkutan dan Komunikasi 4,95 4,88 5,16 4,29 3,95 4,65

a. Angkutan 3,60 3,50 3,66 2,79 2,77 3,26

b. Komunikasi 14,35 13,61 13,76 12,19 9,64 12,69

8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 8,43 9,47 9,00 8,76 9,20

8,97

a. Bank 11,49 12,20 11,18 11,09 11,60 11,51

b. Lembaga Keu. Tanpa Bank 5,39 6,39 6,22 6,46 5,48 5,99

c. Sewa Bangunan 5,72 7,00 6,98 6,34 6,81 6,57

d. Jasa Perusahaan 7,27 5,86 5,11 6,99 5,89 6,22

9. Jasa – Jasa 5,00 5,38 6,46 7,06 7,04 6,19

a. Pemerintahan Umum dan

Pertahanan 5,49 5,72 7,11 7,78 7,24 6,67

b. Swasta 4,07 4,72 5,17 5,63 6,63 5,24

Pertumbuhan PDRB 6,42 5,80 6,38 6,79 6,72 6,42

Sumber : PDRB Kota Payakumbuh Tahun 2013 *) data sementara

Dari Tabel 2.17 juga terlihat bahwa rata-rata laju pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi selama lima tahun terakhir adalah sub sektor komunikasi sebesar 12,69%, diikuti oleh sub sektor bank sebesar 11,51% dan sub sektor listrik sebesar 8,09%.

Dengan memperhatikan pertumbuhan sektor lapangan usaha di atas menunjukkan bahwa Payakumbuh sedang giatnya melaksanakan pembangunan ekonomi yang berbasiskan UMKM, dicerminkan oleh tingginya pertumbuhan lapangan usaha dalam kelompok sektor jasa-jasa (sektor tersier) terutama jasa perbankan dan lembaga keuangan, jasa sewa bangunan, jasa perseorangan dan rumah tangga, jasa angkutan serta jasa perdagangan dan restoran. Kemudian juga terjadi peningkatan pertumbuhan lapangan usaha kelompok industri (sektor sekunder) seperti lapangan usaha bangunan, air bersih dan industri pengolahan.

Dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional dan Sumatera Barat, pertumbuhan ekonomi kota Payakumbuh lebih baik sebagaimana terlihat pada Tabel 2.18.


(15)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 15 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kota Payakumbuh

dengan Propinsi Sumatera Barat dan Nasional tahun 2009 s.d. 2013

Tahun Laju Pertumbuhan (%)

Kota Payakumbuh Propinsi Sumatera Barat Nasional

2009 5,80 4,16 4,50

2010 6,38 5,93 6,10

2011 6,79 6,22 6,50

2012 6,82 6,35 6,23

2013* 6,72 6,20 5,70

Sumber : BPS Kota Payakumbuh Tahun 2013 *) data sementara

Dari Tabel 2.18 tampak bahwa laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat dan Nasional masih berada dibawah laju pertumbuhan ekonomi kota Payakumbuh pada kurun waktu tersebut. Ekonomi kota Payakumbuh tumbuh sebesar 5,80 % pada tahun 2009 naik menjadi menjadi 6,38 % pada tahun 2010. Demikian halnya dengan ekonomi Sumatera Barat dan nasional yang juga tumbuh sebesar 4,16 % dan 4,5 % pada tahun 2009, mengalami peningkatan pada tahun 2010 hingga tumbuh sebesar 5,93 % dan 6,1 %. Pada tahun 2011 laju pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah terus meningkat dari tahun 2010 sejalan dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian global dan nasional serta perekonomian Sumatera Barat pasca gempa bumi diakhir tahun 2009 yang lalu. Laju pertumbuhan ekonomi kota Payakumbuh pada tahun 2013 mencapai 6,42%; Propinsi Sumatera Barat mencapai 6,20% dan nasional mencapai 5,70%. Dibanding tahun 2012 laju pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh mengalami penurunan sebesar 0,4%, penurunan pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh dan Provinsi Sumatera Barat sangat dipengaruhi oleh terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi secara nasioanl, yang disebabkan karena faktor eksternal yang mempengaruhi perekonomian Indonesia itu berupa ketidakpastian perekonomian global. Isu penghentian penggelontoran stimulus perekonomian AS oleh bank sentral AS, Federal Reserve, karena sejumlah indikator perekonomian menunjukkan perbaikan. Banyak negara yang goyah atas kebijakan bank sentral AS itu. Indonesia menjadi salah satunya.

Kondisi internal yang buruk yaitu berupa melemahnya ekspor Indonesia, yang selama ini didominasi ekspor sumber daya alam, dan meningkatnya impor yang didominasi jasa dan barang modal, telah menyebabkan terjadinya defisit transaksi berjalan, defisit ini akhirnya membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melorot.

Untuk Provinsi Sumatera Barat, terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi disebabkan antara lain karena kenaikan harga BBM sehingga konsumsi rumah tangga melemah akibat tingkat inflasi yang cukup tinggi, disamping juga aktivitas perdagangan melambat, dan juga disebabkan karena kurangnya pasokan pangan, struktur pasar yang kurang sehat, dan jalur transportasi angkutan yang sangat panjang. Sejalan dengan hal tersebut, kondisi ini juga berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh

2) Laju Inflasi

Sejalan dengan terjadinya penurunan laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013 maka tingkat inflasi secara nasional juga mengalami peningkatan, dimana tingkat inflasi mencapai 8,38 % pada tahun 2013, naik dari tahun 2012 yang mana laju inflasi hanya 4,30 %. Penyebab terjadinya kenaikan inflasi adalah pertama karena kenaikan tingkat harga barang impor karena semakin melemahnya nilai rupiah; kedua karena adanya kenaikan tingkat upah tenaga kerja yang tidak diimbangi oleh peningkatan produktifitasnya. Kenaikan upah tenaga kerja menyebabkan biaya produksi meningkat sehingga memicu kenaikan harga jual di dalam negeri. Terlebih lagi jika tidak diimbangi oleh peningkatan produktifitas dengan peningkatan jumlah produksi. Jika kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi terjadi kenaikan harga juga tidak bisa dielakkan; dan ketiga karena adanya kenaikan harga BBM yang dewasa ini sudah mencapai seperlima dari pengeluaran pemerintah pusat.


(16)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 16 Tingkat inflasi kota Payakumbuh pada tahun 2009 yang dihitung menggunakan angka inflasi ibu kota propinsi Sumatera Barat (Kota Padang) adalah sebesar 2,05 % lebih rendah dari inflasi tahun 2008 sebesar 11,02 % dan nasional sebesar 2,78 %, juga lebih rendah dari target inflasi yang tertuang di dalam RKPD tahun 2009 (<10 %) dan RPJMD 2008-2012 tahun ke dua sebesar 6,6 %.

Pada tahun 2010 tingkat inflasi kota Payakumbuh mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan tahun 2009 mencapai 7,84%, namun pada tahun 2011 tingkat inflasi kota Payakumbuh mengalami penurunan menjadi 5,37% dan pada tahun 2012 turun lagi menjadi 4,16%. Seiring dengan kenaikan inflasi nasional pada tahun 2013 terjadi kenaikan inflasi yang cukup besar di Kota Payakumbuh jika dibandingkan tahun 2012 yaitu sebesar 10,87%. Secara keseluruhan capaian indikator laju inflasi dapat dilihat pada Tabel 2.19

Tabel 2.19

Nilai Inflasi Rata-Rata Tahun 2009 s.d. 2013 Kota Payakumbuh

Uraian 2009 2010 2011 2012 2013*) Rata-rata Pertumbuhan Inflasi (%) 2,05 7,84 5,37 4,16 10,87 6,06

Sumber : PDRB Kota Payakumbuh Tahun 2013

*) Data Sementara 3) PDRB per kapita

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi ini adalah perkembangan pendapatan per kapita per tahun yang diukur dengan data PDRB per kapita. Pada tahun 2009 PDRB per kapita masyarakat Kota Payakumbuh atas dasar harga berlaku mencapai Rp.14.417.218,- Angka ini terus meningkat setiap tahun sejalan dengan peningkatan laju pertumbuhan ekonomi, hingga mencapai Rp. 23.151.662,- pada tahun 2013. Secara keseluruhan perkembangan PDRB perkapita kota Payakumbuh selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 2.20.

Tabel 2.20

PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan (2000=100) Tahun 2009 s.d. 2013 Kota Payakumbuh

o Tahun

PDRB (juta rupiah) Jumlah

penduduk

PDRB per kapita (rupiah)

ADHB ADHK ADHB ADHK

1. 2009 1.655.832 819.397 106.911 14.417.218 7.134.431

2. 2010 1.885.987 871.662 117.876 16.114.180 7.447.618

3. 2011 2.157.360 930.856 120.051 18.123.709 7.820.284

4. 2012 2.423.142 994.371 122.450 20.202.614 8.290.433

5. 2013*) 2.816.094 1.061.214 124.694 23.151.622 8.724.441

Sumber : PDRB Kota Payakumbuh Tahun 2013 *) data sementara

Berdasarkan Tabel 2.20 terlihat bahwa PDRB per kapita kota Payakumbuh setiap tahunnya terus meningkat baik atas dasar harga berlaku maupun harga konstan, dimana pertumbuhan menurut harga berlaku jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan menurut harga konstan. Hal ini disebabkan harga konstan menggunakan harga pada tahun 2000 yang tentunya untuk menghilangkan pengaruh inflasi guna mendapatkan angka riil.

4) Tingkat Pengangguran dan Kemiskinan

Sejalan dengan prioritas pembangunan nasional dan propinsi Sumatera Barat, Pemerintah Kota Payakumbuh juga menempatkan program pengurangan angka kemiskinan dan pengangguran pada prioritas ketiga dari sembilan prioritas yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Payakumbuh Tahun 2012 - 2017.


(17)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 17 pengangguran antara lain adalah sebagai berikut :

1. Dilaksanakannya pemberdayaan masyarakat miskin dengan fokus mengatasi faktor utama yang mempengaruhi keberadaan orang miskin, kurangnya keterampilan dan pendidikan, kurangnya akses modal, kurangnya pemberdayaan, dan kurangnya fasilitas fisik penunjang, termasuk kurangnya akses terhadap pekerjaan.

2. Dilaksanakan upaya perlindungan sosial untuk kelompok rumah tangga miskin, berupa jaminan pendidikan untuk anak-anak miskin, jaminan pembiayaan kesehatan, serta jaminan tempat tinggal dan pekerjaan

3. Pendataan dan penataan sektor informal yang banyak menjadi lapangan usaha bagi pencari kerja dan sering memunculkan pengangguran tersembunyi di kawasan perkotaan.

Dengan menerapkan kebijakan diatas, upaya penanggulangan kemiskinan di Kota Payakumbuh dalam beberapa tahun terakhir sudah memperlihatkan indikasi keberhasilan. Perkembangan data kemiskinan Kota Payakumbuh dapat dilihat pada Tabel 2.21.

Tabel 2.21

Perkembangan Data Kemiskinan Tahun 2009 s.d. 2013 Kota Payakumbuh

No Uraian Satuan Tahun

2009 2010 2011 2012 2013*)

1 2 3 4

Jumlah penduduk Jumlah Penduduk Miskin Jumlah KK Miskin Tingkat Kemiskinan

Jiwa Jiwa KK

%

106.911 11.742 3.142 10,98

117.876 12.400 2.638 10,58

120.051 12.113 2.180 10,09

122.450 10.800 2.160 9,00

124.694 10.574 2.115 8,48

Sumber : BPS Kota Payakumbuh 2013 *) Data Sementara

Dapat dijelaskan bahwa berdasarkan hasil validasi data yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Payakumbuh tahun 2009, dengan jumlah penduduk 106.911 jiwa terdapat 3.142 KK Miskin atau 11.742 jiwa, tingkat kemiskinan mencapai 10,98%. Kemudian pada tahun 2010, berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 (SP 2010) terjadi proses koreksi terhadap angka rata-rata laju pertumbuhan penduduk setiap sepuluh tahun. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk sampai dengan tahun 2000 adalah 0,77%. Sementara hasil sensus penduduk tahun 2010, rata-rata laju pertumbuhan penduduk sampai dengan tahun 2010 adalah 1,79%. Pengkoreksian ini jberpengaruh terhadap penghitungan jumlah penduduk miskin sehingga jumlah penduduk miskin pada tahun 2010 menjadi 12.400 jiwa dengan jumlah kepala keluarga miskin 2.638 KK dan tingkat kemiskinan menjadi 10,58%.

Dengan keberlanjutan program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan disertai akselerasi perbaikan ekonomi nasional, global, dan iklim investasi serta iklim usaha yang semakin baik di Kota Payakumbuh, BPS melalui Susenas 2011 mempublikasikan bahwa tingkat kemiskinan Kota Payakumbuh adalah 10,09%, pada tahun 2012 dengan jumlah penduduk 122.450 jiwa, tingkat kemiskinan Kota Payakumbuh turun menjadi 9,0%, dan tahun 2013 tingkat kemiskinan Kota Payakumbuh diperkirakan sebesar 8,48%.

Tingkat pengangguran terbuka di Kota Payakumbuh tahun 2012 mengalami penurunan dari tahun 2011 yaitu dari 6,78 % pada tahun 2011 menjadi 6,77 % pada tahun 2012, dan diperkirakan pada tahun 2013 turun menjadi 6,72%.


(18)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 18 Tabel 2.22

Tingkat Pengangguran Terbuka Penduduk yang Berumur 15 Tahun ke Atas Tahun 2009 s.d. 2013 Kota Payakumbuh

No Tahun Tingkat Pengangguran (%)

1 2009 8,28

2 2010 6,50

3 2011 6,78

4 2012 6,77

5 2013*) 6,72

Sumber : Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Payakumbuh Tahun 2013 *) Data Sementara

Angka pengangguran terbuka di Kota Payakumbuh tahun 2013 diproyeksikan sebesar 6,72 %, ini berarti bahwa dalam 100 orang pencari kerja yang tergolong angkatan kerja terdapat sekitar 6 - 7 orang yang sedang mencari kerja/mempersiapkan usaha atau tidak mencari kerja karena putus asa. Dengan adanya pengurangan angka pengangguran mengindikasikan keberhasilan program ketenagakerjaan dari tahun ke tahun, dengan membaiknya kondisi ekonomi dibandingkan pada tahun 2011, maka diharapkan perekonomian kota Payakumbuh dapat menciptakan kesempatan kerja dan peluang usaha yang lebih besar, sehingga angka pengangguran pada tahun 2014 dapat ditekan lebih rendah.

2.1.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial 1) Pendidikan

Dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia Kota Payakumbuh, maka pendidikan dijadikan prioritas pembangunan tahun 2015. Pemerintah dalam setiap rencana pembangunan selalu menyertakan pendidikan sebagai salah satu urusan yang harus mendapat perhatian penting. Hal ini berkaitan dengan penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas secara intelegensia maupun skill yang mampu menunjang kebutuhan pada era sekarang ini. Tujuan akhir dari kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing dalam menghadapi era globalisasi yang semakin berkembang. Untuk menggambarkan capaian program pendidikan di Kota Payakumbuh digunakan berbagai indikator sebagai berikut :

a) Angka Melek Huruf

Kemampuan membaca dan menulis merupakan keterampilan minimum yang dibutuhkan oleh penduduk untuk dapat menuju hidup yang lebih sejahtera. Kemampuan membaca dan menulis tercermin dari angka melek huruf yang dalam hal ini didefinisikan sebagai persentase penduduk 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya. Kemampuan baca tulis (angka melek huruf) di Kota Payakumbuh dapat dilihat pada Tabel 2.23.

Tabel 2.23

Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 2009 s.d. 2013 Kota Payakumbuh

No Uraian 2009 2010 2011 2012 2013*)

1 Jumlah penduduk usia diatas 15 tahun

yang bisa membaca dan menulis 71.501 72.686 80.426 81.916 81.916 2 Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas 73.942 73.287 81.083 82.577 82.577 3 Angka melek huruf (%) 99.17 99.18 99.19 99,20 99,20 Sumber Data: Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Payakumbuh tahun 2013

* ) angka sementara

b) Angka Rata-rata Lama Sekolah

Tinggi rendahnya tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk mempunyai pengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat, baik langsung maupun tidak langsung. Artinya semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang, kemungkinan untuk


(19)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 19 semakin meningkat. Sedangkan pengaruh tidak langsung akan terlihat dari pola pikir masyarakat. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditamatkannya, maka cara berpikir mereka akan lebih maju sehingga lebih mudah menerima perubahan dan kemajuan.

Kesadaran akan pentingnya pendidikan dan semakin tingginya kebutuhan pasar mengenai sumber daya manusia yang mempunyai kualitas pendidikan yang lebih tinggi, membuat masyarakat semakin berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikannya.

Hal ini dapat dilihat berapa lama seseorang dalam menempuh pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi yang merupakan cerminan kualitas penduduk. Untuk Kota Payakumbuh rata-rata lama sekolah penduduk yang berumur 15 tahun keatas tahun 2009 sampai tahun 2013 berkisar 9.53. Rata-rata lama sekolah penduduk Kota Payakumbuh baru sampai jenjang Pendidikan Menengah (kelas 1 SMA/SMK).

Jika dibandingkan dengan rata-rata lama sekolah Propinsi Sumatera Barat, Kota Payakumbuh dapat dikategorikan cukup tinggi karena rata-rata lama sekolah Propinsi Sumatera Barat pada tahun 2013 berada pada angka 8,60, hal ini berarti rata-rata lama sekolah penduduk Sumatera Barat baru sampai jenjang Pendidikan Dasar (kelas 3 SMP).

Data rata-rata lama sekolah penduduk Kota Payakumbuh dari tahun 2009 s.d. 2013, dapat dilihat pada Tabel 2.24.

Tabel 2.24

Angka Rata-Rata Lama Sekolah Tahun 2009 s.d. 2013 Kota Payakumbuh

Tahun 2009 2010 2011 2012 2013*)

Rata-rata lama sekolah 9,27 9,66 9,72 9,91 10,08 Sumber : Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Payakumbuh tahun 2013 *) : Data sementara

c) Angka Partisipasi Kasar

Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan salah satu indikator dalam melihat partisipasi masyarakat dalam bidang pendidikan. APK adalah persentase penduduk yang masih sekolah menurut kelompok umur pada setiap jenjang pendidikan terhadap penduduk berdasarkan kelompok usia sekolah. Pada pendidikan dasar 9 tahun dapat dibagi 2 (dua) kelompok usia yaitu usia 7-12 tahun pada jenjang SD/MI dan kelompok usia 13-15 tahun pada jenjang SMP/MTs dan pendidikan menengah SMA/MA/SMK kelompok usia 16-18 tahun. Pada Tabel di bawah ini dapat digambarkan partisipasi masyarakat mulai dari tahun 2009 sampai tahun 2013.

Angka Partisipasi Kasar Kota Payakumbuh melebihi 100%, hal ini disebabkan karena banyaknya penduduk usia sekolah berasal dari hinterland yang bersekolah di Kota Payakumbuh.

Perkembangan Angka Partisipasi Kasar Kota Payakumbuh tahun 2009 s.d. 2013 dapat dilihat pada Tabel 2.25.

Tabel 2.25

Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) Tahun 2009 s.d. 2013

No Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013

1 SD/MI

1.1. jumlah murid SD/MI 15.500 16.069 16.992 17.198 17.349 1.2. Jumlah penduduk kelompok usia

7-12 tahun 17.762 13.035 12.714 12.942

13.136 1.3. APK SD/MI 121.45 123,27 133,65 133,65 132,00 2 SMP/MTs

2.1. jumlah murid SMP/MTs 7.562 8.085 8.029 8.467 9.317 2.2. Jumlah penduduk kelompok usia

13-15 tahun 7.061 6.563 7.375 7.507


(20)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 20

No Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013

2.3. APK SMP/MTs 107.09 123.19 109 112,79 121,93 3 SMA/MA/SMK

3.1. Jumlah murid SMA/MA/SMK 8.596 9.865 10.585 11.064 11.199 3.2. Jumlah penduduk kelompok usia

16-18 tahun 7.023 5.389 8.356 8.506

8.658 3.3. APK SMA/MA/SMK 122.39 183.05 126.68 130,08 130

Sumber Data: Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh Tahun 2014 d) Angka Partisipasi Murni

Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase penduduk yang masih sekolah menurut kelompok umur pada setiap jenjang pendidikan terhadap penduduk berdasarkan kelompok usia sekolah. Perkembangan Angka Partisipasi Murni tahun 2009 sampai tahun 2013 dapat digambarkan dalam Tabel 2.26.

Tabel 2.26

Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun 2009 s.d. 2013

No Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013

1 SD/MI

1.1. jumlah murid SD/MI usia 7-12 tahun 13.431 14.206 16.992 17.198 15.223 1.2. jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun 12.762 13.035 14.490 15.246 13.136 1.3. APM SD/MI 105,24 108,98 113,97 117,81 116,31 2 SMP/MTs

2.1. jumlah murid SMP/MTs usia 13-15

tahun 7.561 6.599 8.029 6.277 7.158

2.2. jumlah penduduk kelompok usia

13-15 tahun 7.061 6.563 6.899 7.507 7.641 2.3. APM SMP/MTs 107,08 100,54 93,55 82,95 93,67 3 SMA/MA/SMK

3.1. Jumlah murid SMA/MA/SMK usia

16-18 tahun 7.595 8.365 10.585 8.567 8.521 3.2. Jumlah penduduk kelompok usia

16-18 tahun 7.023 5.389 7.828 8.506 8.658 3.3. APM SMA/MA/SMK 108,14 155,22 93,68 100,72 98,41 Sumber Data: Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh 2014

e) Angka Pendidikan Yang Ditamatkan

Kesadaran akan pentingnya pendidikan dan semakin tingginya tuntutan kebutuhan pasar tenaga kerja terhadap sumber daya manusia yang mempunyai kualitas yang lebih tinggi membuat masyarakat semakin bersaing dalam meningkatkan kualitas pendidikannya. Untuk mengetahui persentase penduduk usia 10 tahun ke atas menurut ijazah tertinggi yang dimiliki pada tahun 2010 - 2013, dapat dilihat pada Tabel 2.27 :

Tabel 2.27

Persentase Penduduk 10 tahun ke atas

Menurut Ijazah Tertinggi yang Dimiliki Tahun 2010 s.d 2013

No. Pendidikan Tingkat Tahun

2010 2011 2012 2013 *)

1 Tidak punya ijazah 18.28 19.46 27,21 31,07

2 SD / MI 22.22 22.63 23,74 24,27

3 SLTP 20.84 19.22 19,05 18,49

4 SLTA 27.36 28.60 22,57 21,17

5 Akademi/Univ 11.28 10.10 7,43 6,46

Sumber Data: Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Payakumbuh tahun 2013 *) data sementara


(21)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 21 Pembangunan Kesehatan merupakan prioritas pembangunan Kota Payakumbuh tahun 2015. Capaian pembangunan kesehatan dapat dilihat dari indikator - indikator angka kelangsungan hidup bayi, usia harapan hidup dan persentase balita gizi buruk, yang dapat di lihat dari uraian berikut ini :

a) Angka Kelangsungan Hidup Bayi

Tingkat kematian secara umum berhubungan erat dengan tingkat kesakitan, karena biasanya merupakan akumulasi akhir dari berbagai penyebab terjadinya kematian. Perkembangan kasus kematian Bayi, Balita dan Ibu Melahirkan digambarkan pada Tabel 2.28.

Tabel 2.28

Perkembangan Kasus Kematian Bayi, Balita dan Ibu Melahirkan tahun 2009 s.d. 2013

Indikator 2009 2010 2011 2012 2013

Kasus Kematian Bayi 22 12 24 21 28

Kasus Kematian Balita 5 4 0 2 2

Kasus Kematian Ibu Melahirkan 1 2 5 3 2

Sumber : Dinas Kesehatan Tahun 2014 b) Angka Usia Harapan Hidup

Usia harapan hidup merupakan salah satu indikator keberhasilan pelayanan kesehatan. Perkembangan Usia Harapan Hidup Kota Payakumbuh dan Provinsi Sumatera Barat dapat dilihat pada Tabel 2.29.

Tabel 2.29

Perkembangan Usia Harapan Hidup Tahun 2009 s.d. 2013 Kota Payakumbuh dan Provinsi Sumatera Barat

Usia Harapan Hidup 2009 2010 2011 2012 2013*)

Payakumbuh 70,46 70,62 70,78 70,94 71,06

Sumatera Barat 69,25 69,50 69,76 70,80 71,19

Sumber : Bappeda Prov.Sumatera Barat Tahun 2014 *) : Data sementara

c) Persentase Balita Gizi Buruk

Gizi buruk merupakan kondisi kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsii energi dan protein ( KEP ) dalam makanan sehari – hari. Persentase Balita Gizi Buruk dari tahun 2009 s.d. 2013, dapat dilihat pada Tabel 2.30.

Tabel 2.30

Balita Gizi Buruk Tahun 2009 s.d. 2013 Kota Payakumbuh

Indikator 2009 2010 2011 2012 2013

Balita Gizi Buruk (%) 0,6 0,4 0,5 0,6 0,1

Sumber : Dinas Kesehatan Kota PayakumbuhTahun 2014 3) Ketenagakerjaan

a) Rasio penduduk yang bekerja

Angka kesempatan kerja dapat dihitung dari jumlah penduduk yang bekerja dibanding dengan angkatan kerja dalam satu wilayah. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk maka jumlah angkatan kerja juga ikut meningkat. Fluktuasi kesempatan


(1)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 296  Input : Rp.1.120.945.215,-

 Proses :

 Proses perencanaan

 Pelaksanaan fisik swakelola dan pengawasan  Monitoring dan evaluasi

- Output : 1. Terlaksananya pemeliharaan rutin bangunan pasar 2. Terlaksananya pemeliharaan rutin drainase pasar 3. Terlaksananya pemeliharaan tenda

4. Terbangunnya pagar pengaman toko, kios, los dikawasan pasar

5. Terlaksananya rehabilitasi meja pedagang, los ikan pasar ibuh timur dan sarana lainnya terlaksananya perencanaan rehabilitasi meja

6. Terlaksananya perencanaan rehabilitasi meja pedagang los ikan pasar ibuh timur dan sarana lainnya.

7. Terlaksananya pengawasan rehabilitasi meja pedagang los ikan pasar ibuh timurdan sarana lainnya.

8. Terlaksananya pengawasan lanjutan pembuatan pagar pengaman toko, kios dan los ikan dikawasan pasar, terwujudnya ketersediaan sarana dan prasarana pasar  Realisasi : Keuangan : Rp. 1.090.087.568,-

Fisik : 80%  Kendala : Tidak ada.

2. Peningkatan sistem dan jaringan informasi perdagangan - Input : Rp. 10.894.800,-

- Proses : - proses perencanaan - Pelaksanaan fisik swakelola dan pengawasan - Monitoring dan evaluasi

- Output : Terlaksananya pengadaan bandwith dan terlaksananya operasional dan pemeliharaan website dinas Koperasi, UMKM dan Perindag

- Realisasi : Keuangan : Rp. 10.194.080,- Fisik : 55 %

- Kendala : Tidak ada

3. Pembangunan Pasar Tradisional / Percontohan  Input : Rp. 701.531.400,-

- Proses : Jangka waktu pelaksanaan pengadaan Barang dan jasa dan pekerjaan finishing lantai III diperkirakan 100 hari, terhitung bulan April Sd. Bulan Agustus 2013

- Output : - Terealisasinya pemanfaatan pasar tradisional percontohan/pondok promosi

- Terealisasinya pengadaan mobiler pasar Tradisional percontohan/pondok promosi

- Terelisasinya pengadaan AC Pasar - Tradisional percontohan/pondok promosi

 Realisasi : Keuangan : Rp. 624.744.762,- Fisik : 55.30%

 Kendala : Tidak ada.

4. Peningkatan Efisiensi Kebijakan dan Pelaksanaan Pengelolaan PAD  Input : Rp. 240.899.950,-

 Proses : 1. Persiapan

 Penyusunan Time schedule pelaksanaan kegiatan  Pembentukan tim masing-masing sub kegiatan 2. Pelaksanaan

 Rapat panitia tim monev 12 kali pertemuan

 Rapat panitia tim operasional tunggakan retribusi sewa pasar 12 kali pertemuan


(2)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 297  Rapat dengan tim pelaksana pasar pabukoan 2 kali

pertemuan

 Rapat dengan pedagang 2 kali pertemuan 3. Monitoring dan Evaluasi

 Menyelenggarakan rapat evaluasi  Pelaporan kegiatan bulanan

4. Melaksanakan perjalanan dinas ke dinas pasar Kota Bandung

 Output :

 Meningkatnya PAD Pasar

 Terlaksananya monev dan pelaporan PAD  Terlaksananya pemungutan tunggakan  Terlaksananya pasar pabukoan  Realisasi : Keuangan : Rp. 237.658.458,-

Fisik : 100%  Kendala : Tidak ada.

5. Pengembangan Pasar/Revitalisasi Pasar  Input : Rp. 427.275.100,-  Proses : 1. Persiapan

 Penyusunan Time schedule pelaksanaan kegiatan  Pembentukan tim masing-masing sub kegiatan 2. Pelaksanaan

 Rapat panitia tim monev 12 kali pertemuan

 Rapat panitia tim operasional tunggakan retribusi sewa pasar 12 kali pertemuan

 Rapat dengan tim pelaksana pasar pabukoan 2 kali pertemuan

 Rapat dengan pedagang 2 kali pertemuan 3. Monitoring dan Evaluasi

 Menyelenggarakan rapat evaluasi  Pelaporan kegiatan bulanan

4. Melaksanakan perjalanan dinas ke dinas pasar Kota Bandung

 Output : Tersedianya dokumen perencanaan bagi pengembangan pasar sebanyak 3 dokumen

 Realisasi : Keuangan : Rp. 364.801.904,-

Fisik : 75%

 Kendala : Tidak ada.

6. Peningkatan/optimalisasi manajemen operasional pasar  Input : Rp 243.938.100,-

 Proses : Waktu pelaksanaan antara 180 sd. 210 hari kalender terhitung sejak ditandatanganinya kontrak kerja antara pengguna jasa dengan penyedia jasa.

 Output : Tersusunnya tahapan kerja dan dokumen FS bagi kebijakan perubahan sebanyak 1 dokumen

 Realisasi : Keuangan : Rp. 225.129.990,-

Fisik : 85%

 Kendala : Tidak ada.

III. Pembinaan Pedagang kaki Lima dan Asongan

1. Penataan Tempat Berusaha bagi pedagang kaki lima dan asongan  Input : Rp.739.710.000,-

 Proses : 1. Persiapan

 Pada bulan Januari 2013 sampai Maret 2013 dilaksanakan penyusunan jadwal kegiatan dan persiapan administrasi lainnya


(3)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 298 2. Pelaksanaan

 Melakukan himbauan dengan pedagang pada pusat pertokoan Kota Payakumbuh dan Pasar Unit Ibuh Payakumbuh

 Melakukan penataan tempat berusaha bagi pedagang kaki lima dan asongan

 Penataan dilaksanakan pada pusat pertokoan serta serta pasar Ibuh Payakumbuh

 Output : Terlaksananya operasional penertiban pasar dan piket malam sebanyak 60 orang

 Realisasi : Keuangan : Rp. 480.365.000,- Fisik : 75 %

 Kendala : Tidak ada. f. Urusan Perindustrian

Urusan Perindustrian pada tahun 2013 terdiri dari 1 Program dan 2 kegiatan yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi, UMKM. Perindustrian dan Perdagangan dengan alokasi dana sebesar Rp 289.924.600,- dan terealisasi sebesar Rp 261.406.100,- atau 92,39 % Capaian kinerja urusan koperasi dan usaha kecil dan menengah adalah 97,50%

Program dan kegiatan yang dilaksanakan tersebut dan hasil evaluasinya adalah sebagai berikut :

I. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah

1. Fasilitasi Bagi Industri Kecil dan Menengah Terhadap Pemanfaatan Sumber Daya  Input : Rp. 129.442.400,-

 Proses : Pelatihan akan dilaksanakan di Pondok Promosi Ngalau Indah untuk 30 KK miskin untuk 18 hari yang direncanakan pada bulan April 2013

 Output : Terlaksananya kegiatan pelatihan bordir pemula untuk 30 kk miskin

 Realisasi : Keuangan : Rp. 123.253.400,- Fisik : 100 %

 Kendala : tidak ada.

2. Fasilitasi Kerjasama Kemitraan Industri Mikro, Kecil dan Menengah  Input : Rp. 219.911.200,-

 Proses :

 Lomba kerajinan dilaksanakan pada bulan Agustus 2012, biasanya pelaksanaan lomba bertepatan dengan acara/kegiatan pameran produksi kerajinan

 Kegiatan Dekranasda mengikuti kegiatan promosi produk unggulan Kota Payakumbuh keluar daerah dan luar provinsi pada bulan Mei 2013, biasanya produk-produk yang dibawa oleh tim Dekranasda Kota Payakumbuh berupa produk makanan dan kerajinan bordir/sulaman di Plaza Kementerian Perindustrian RI di Jakarta

 Pemberdayaan asosiasi dilaksanakan berdasarkan program kerja serta kebutuhan

 Penyelesaian pertanggungjawaban

 Output : Terlaksananya kerjasama pengusaha Payakumbuh dengan pengusaha luar daerah sebanyak 1 dokumen

 Realisasi : Keuangan : Rp. 219.051.950,- Fisik : 100 %


(4)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 299 2.3. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.3.1 Permasalahan Daerah Yang Berhubungan Dengan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah.

a. Peningkatan Pemerataan dan Kualitas Pendidikan

Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Kota Payakumbuh telah dilakukan dengan berbagai program dan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu sendiri, kualitas sarana dan prasarana maupun kualitas manajemen pelayanan pendidikan.Dengan telah dilaksanakan berbagai macam upaya dalam peningkatan kualitas pendidikan di Kota Payakumbuh namun masih perlu peningkatan lebih lanjut mesti disesuaikan dengan kondisi yang ada dan juga standarisasi di bidang pendidikan. Dari kedua hal ini permasalahan pendidikan di Kota Payakumbuh yang ditemui antara lain :  Belum terpenuhinya Standar Pelayanan Minimal dan Standar Nasional Pendidikan  Belum Terpenuhinya Kualifikasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan

 Belum Terpenuhinya kuantitas dan kualitas prasarana dan sarana untuk semua jenjang pendidikan

 Belum terpenuhinya Standar Kompetensi lulusan pada semua jenjang pendidikan  Belum optimalnya pelaksanaan pendidikan karakter bagi semua jenjang pendidikan  Belum meratanya pendistribusian tenaga pendidik dan sarana prasarana penunjang

pendidikan

 Belum optimalnya pengelolaan dan pemanfaatan perpustakaan daerah dan taman bacaan masyarakat

 Meningkatnya kebutuhan masyarakat untuk pendidikan tinggi  diterapkannya kurikulum pendidikan 2013

 Belum optimalnya peran dan fungsi swasta dalam pembangunan pendidikan

 Perlunya peningkatan peran dan fungsi Penelitian dan Pengembangan dalam menunjang pembangunan

b. Penyelenggaraan pemerintahan yang baik

Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang baik, permasalahan yang dihadapi antara lain :

1. Masih relatif rendahnya kualitas SDM aparatur;

2. Belum diperolehnya opini wajar tanpa pengecualian dari BPK sebagai apresiasi pengelolaan keuangan daerah,

3. Belum optimalnya kualitas pelayanan publik

4. Belum optimalnya pemberantasan korupsi dalam mewujudkan good goverment dan

clean governance

5. Belum optimalnya peran pemerintah kelurahan sebagai ujung tombak dalam penyelenggaraan pembangunan

6. Belum optimalnya kerjasama antara pemerintah, dunia usaha dan lembaga lainnya 7. Belum optimalnya penerapan e-goverment

8. Perlunya peningkatan kualitas perencanaan pembangunan daerah 9. Belum optimalnya kesadaran hukum masyarakat dan penegakan hukum

10. Belum optimalnya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan c. Peningkatan pembangunan ekonomi kerakyatan berbasiskan UMKM

Walaupun laju pertumbuhan ekonomi Kota Payakumbuh menunjukkan trend yang cukup baik setiap tahunnya, namun masih ditemukan permasalahan dalam bidang pembangunan perekonomian pada tahun 2014 antara lain:

 Masih Rendahnya daya saing ekonomi daerah, hal ini disebabkan antara lain masih rendahnya kuantitas dan kualitas KUMKM dari sisi produksi, masih minimnya penerapan dan adopsi teknologi, lemahnya akses permodalan dan pemasaran hasil produksi serta lemahnya lembaga pendukung Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

 Rendahnya kualitas, kuantitas, produktifitas, dan pendapatan petani, hal ini disebabkan masih rendahnya penerapan dan adopsi teknologi pertanian, lemahnya akses petani ke


(5)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 300 sumber modal, lemahnya lembaga petani beserta lembaga pendukungnya, masih kurangnya cakupan jaringan irigasi, dan masih bermasalahnya pendistribusian pupuk bersubsidi ke petani.

 Rendahnya kualitas, produktifitas, populasi, dan pendapatan peternak dan petani ikan, hal ini disebabkan, masih rendahnya penerapan dan adopsi teknologi peternakan dan perikanan, lemahnya lembaga kelompok peternak dan petani ikan serta kurangnya akses ke sumber modal, masih kurangnya ketersediaan bibit unggul, masih kurangnya ketersediaan air dan lahan untuk usaha perikanan, dan lemahnya akses pemasaran d. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat

Dalam meningkatkan kinerja di bidang kesehatan diperlukan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi dan peran serta masyarakat sangat diperlukan dalam menunjang pelayanan kesehatan.

Meskipun beberapa keberhasilan telah dicapai namum masih ditemui permasalahan seperti :

 Belum tercapainya seluruh target pencapaian derajat kesehatan masyarakat sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM).

 Masih terdapatnya kasus infeksi penyakit menular dan penyakit tidak menular.  Belum optimalnya pelayanan di Rumah Sakit Umum.

 Belum tercapainya target keluarga PHBS.

 Belum terlaksananya pelayanan puskesmas sesuai standar e. Peningkatan iman dan taqwa

Iman dan taqwa dapat meningkat, namun tidak bisa diukur secara langsung. Peningkatannya dapat terlihat dalam kehidupan sehari-hari ditengah masyarakat dan lingkungan seperti menurunnya angka kejahatan, berkurangnya kegiatan-kegiatan yang merupakan penyakit masyarakat (pekat) serta meningkatnya keamanan ditengah masyarakat.

Yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan iman dan taqwa masyarakat Kota Payakumbuh adalah sebagai berikut :

 Belum optimalnya pembentukan kepribadian dan karakter masyarakat Kota Payakumbuh yang berakhlak mulia

 Belum optimalnya pemahaman dan pengamalan nilai-nilai agama dalam kehidupan bermasyarakat

 Belum optimalnya pelaksanaan pendidikan moral secara intensif dan komprehensif dalam semua lapisan masyarakat.

 Masih terjadi praktek judi, penyalahgunaan narkoba dan penyakit masyarakat lainnya. f. Penurunan tingkat kemiskinan dan pengangguran

Sejalan dengan prioritas pembangunan nasional dan Provinsi Sumatera Barat, Pemerintah Kota Payakumbuh juga menempatkan Penurunan Tingkat Kemiskinan dan Pengangguran sebagai prioritas keenam dari sembilan prioritas yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Payakumbuh Tahun 2012-2017 :

Permasalahan dalam penurunan tingkat kemiskinan dan pengangguran antara lain :  Masih relatif tingginya angka kemiskinan dan pengangguran di Kota Payakumbuh.  Belum optimalnya koordinasi lintas SKPD pelaksana program penanggulangan

kemiskinan.

 Database program penanggulangan kemiskinan masih bersifat parsial pada masing-masing SKPD.

 Belum optimalnya pelaksanaan UPT KAN. g. Peningkatan sarana dan prasarana

Salah satu perwujudan pembangunan nasional adalah pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang disiapkan secara lebih cerdas, terencana, terpadu sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan. Dalam upaya menyiapkan rencana infrastruktur Kota


(6)

RKPD Kota Payakumbuh Tahun 2015 II - 301 Payakumbuh yang menunjang terwujudnya pertumbuhan ekonomi, dan peningkatan kesejahteraan rakyat, ditemukan beberapa permasalahan antara lain :

- Belum terpenuhinya kualitas dan kuantitas drainase, jaringan irigasi, jalan, jembatan dan bangunan pelengkapnya.

- Masih adanya kawasan permukiman yang belum memenuhi standar Penataan Lingkungan dan Permukiman (PLP)

- Masih terjadinya gerusan tebing dan pendangkalan sungai - Masih terbatasnya fasilitas sarana dan prasarana olah raga - Belum optimalnya pelayanan penerangan jalan umum

- Belum optimalnya pengaturan penempatan tower provider seluler - Masih adanya masyarakat yang belum terlayani air bersih.

- Belum terpenuhinya kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana transportasi - Belum optimalnya kesiapsiagaan daerah dalam penanggulangan bencana - Belum terwujudnya icon Kota Payakumbuh.

- Masih rendahnya ketersediaan Ruang Tebuka Hijau (RTH) di Kota Payakumbuh. - Belum optimalnya fungsi kawasan Kubu Gadang sesuai dengan peruntukannya. - Belum optimalnya penataan pusat kota.

h. Peningkatan kualitas lingkungan hidup

Fokus utama peningkatan kualitas lingkungan hidup adalah pada perbaikan kualitas rencana penataan ruang (RTRW), peningkatan disiplin aparatur pemerintah dan masyarakat dalam mematuhi dan melaksanakan rencana tata ruang, serta terus berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya peningkatan kualitas lingkungan hidup.

Permasalahan yang dihadapi dalam upaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup di Kota Payakumbuh adalah :

- Belum optimalnya pengelolaan persampahan - Terjadinya pemanasan global (global warming)

- Belum optimalnya pengendalian polusi yang menyebabkan penurunan mutu air sungai dan kualitas air tanah serta tercemarnya udara.

- Penurunan fungsi kawasan lindung dan belum optimalnya pengendalian pemanfaatan ruang

- Pengrusakan kawasan konservasi seperti pengrusakan tebing bukit pada beberapa lokasi yang membahayakan masyarakat dan fasilitas umum.

- Masih rendahnya fungsi pemanfaatan dan pengawasan ruang. i. Pengembangan pariwisata dan budaya daerah

Permasalahan yang dihadapi dalam hal pengembangan pariwisata dan budaya daerah antara lain :

a. Permasalahan dibidang Pariwisata antara lain :  Masih rendahnya tingkat kunjungan wisata  Masih kurangnya sarana prasarana pariwisata

 Masih relatif rendahnya sumberdaya manusia pengelola pariwisata  Masih kurangnya pemanfaatan sarana prasarana pariwisata  Belum optimalnya pelayanan informasi dan promosi pariwisata

 Belum optimalnya koordinasi dan keterpaduan berbagai sektor dalam pengembangan pariwisata.

b. Permasalahan pokok dalam pembangunan dan pengembangan budaya daerah adalah:

 Belum optimalnya pelestarian adat dan budaya daerah;

 Belum optimalnya kesadaran masyarakat terhadap upaya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan kebudayaan;

 Belum optimalnya pengelolaan data dan informasi kebudayaan.

 Masih relatif rendahnya sumberdaya manusia pengelola adat dan budaya daerah.  Belum optimalnya pengelolaan potensi adat, seni dan budaya daerah serta kearifan