Visi Uji Multikolinieritas Uji Heteroskedastisitas

likuiditas pasar dan menghindari paristiwa saham hilang dan pemalsuan saham dan juga untuk mempercepat proses penyelesaian transaksi. Pada tahun 2002, Bursa Efek Jakarta mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh Remote Trading sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan. Tahun 2007 adalah tahun dimana Bursa Efek Surabaya BES melakukan penggabungan ke Bursa Efek Jakarta BEJ dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia BEI.

4.1.3. Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia BEI

a. Visi

Bursa Efek Indonesia menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia. Bursa yang kompetitif adalah Bursa yang memiliki kinerja baik sehingga mampu bersaing dengan bursa-bursa lain di tingkat Internasional, serta dapat menciptakan suatu perdagangan yang wajar, teratur dan efisiensi.

b. Misi

Menjadikan Bursa Efek Indonesia sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional serta menjadi gerbang investasi bagi investor lokal maupun asing. Menjadi Lembaga bursa yang berwibawa, transparan, memiliki integritas yang tinggi serta sebagai institusi yang dinamis dan tanggap terhadap perubahan pasar dan teknologi dengan tetap memperhatikan perlindungan investor. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.1.4. Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia BEI

Dalam menjalankan kegiatan usaha, Bursa efek Indonesia tunduk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dibidang pasar modal. Pembinaan dan pengawasan terhadap Bursa Efek Indonesia dilakukan oleh Badan Pelaksana Pasar Modal BAPEPAM. Kekuasaan tertinggi di PT. Bursa Efek Indonesia sesuai anggaran dasar perusahaan terletak pada Rapat Umum Pemegang Saham. Dalam struktur organisasi PT. Bursa Efek Indonesia juga terdapat Dewan Komisaris, yang bertugas dan berfungsi melakukan pengawasan terhadap kelancaran jalannya perseroan. PT. Bursa Efek Indonesia mempunyai direksi sebanyak 4 orang yaitu satu orang Direktur yang membawahi beberapa divisi operasional. Dalam menjalankan tugasnya Direktur Utama dibantu oleh tiga komite yang terdiri dari Komite Perdagangan dan Penyelesaian Transaksi Efek, Komite Pencatatan dan Komite Disiplin Anggota Bursa.

4.1.5. Gambaran Umum Perusahaan

4.1.5.1. PT. Bank Mandiri persero

PT. Bank Mandiri persero Tbk didirikan pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank milik Pemerintah yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia, digabungkan ke dalam Bank Mandiri. Keempat Bank tersebut telah turut Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. membentuk riwayat perkembangan perbankan di Indonesia dimana sejarahnya berawal pada lebih dari 140 tahun yang lalu.

4.1.5.2. PT. Bank Rakyat Indonesia persero

PT. Bank Rakyat Indonesia persero Tbk didirikan pada tanggal 16 Desember 1895 dan merupakan salah satu bank terbesar dan tertua di Indonesia. Sebagai bank pemerintah, BRI banyak berperan sebagai ujung tombak Pemerintah dalam pembangunan perekonomian nasional. Pemerintah kemudian mengubah nama BRI menjadi Bank Koperasi Tani dan Nelayan BKTN pada 1960. Berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun 1968, Pemerintah menetapkan kembali nama Bank Rakyat Indonesia sebagai bank umum, kemudian berdasarkan Undang-undang Perbankan No. 7 tahun 1992, BRI berubah nama dan status badan hukumnya menjadi PT Bank Rakyat Indonesia Persero dan fokus pada bisnis di segmen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah UMKM.

4.1.5.3. PT. Bank Central Asia

PT. Bank Central Asia Tbk didirikan pada tahun 1955 dan mulai beroperasi pada tanggal 21 Februari 1957 dan berkantor pusat di Jakarta. Pada tahun 1980an, BCA mengembangkan berbagai produk dan layanan maupun penerapan teknologi informasi, seperti menerapkan on line system untuk jaringan kantor cabang dan meluncurkan Tabungan Hari Depan Tahapan BCA. Tahun 2000 keatas BCA memperkuat dan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. mengembangkan produk dan layanan, terutama perbankan elektronik serta menyelesaikan pembangunan mirroring IT system guna memperkuat kelangsungan usaha dan meminimalisasi risiko operasional.

4.1.5.4. PT. Bank Negara Indonesia persero

PT. Bank Negara Indonesia persero Tbk didirikan pada tahun 1946 dan merupakan bank pertama yang dimiliki sepenuhnya oleh Pemerintah Indonesia. Pada awalnya BNI berfungsi sebagai bank sentral Republik Indonesia yang baru merdeka sebelum menjadi bank komersial di tahun 1955. Setelah hampir 65 tahun melayani negeri, BNI saat ini terus melangkah dengan mengutamakan praktik perbankan yang sehat untuk memastikan pertumbuhan pada masa mendatang serta peningkatan nilai bagi pemegang saham, nasabah dan pemangku kepentingan lainnya.

4.1.5.5. PT. Bank CIMB Niaga

PT. Bank CIMB Niaga Tbk didirikan pada tanggal 26 September 1955 dengan nama Bank Niaga. Pada dekade awal berdirinya, fokus utama adalah pada membangun nilai-nilai inti dan profesionalisme di bidang perbankan. Pada bulan Mei 2008 Bank Niaga melakukan merger dengan CIMB group dan berubah nama menjadi Bank CIMB Niaga dan pada tanggal 1 November 2008 LippoBank secara resmi bergabung ke dalam Bank CIMB Niaga dan diikuti dengan pengenalan logo baru kepada masyarakat luas. Bank CIMB Niaga menawarkan nasabahnya layanan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. perbankan yang komprehensif di Indonesia dengan menggabungkan kekuatan di bidang perbankan ritel, UKM, dan korporat dan juga layanan transaksi pembayaran.

4.1.5.6. PT. Bank Pan Indonesia

PT. Bank Pan Indonesia Tbk didirikan tahun 1971 dan menjadi bank pertama yang menjadi perusahaan publik di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1982. Agar tetap kompetitif, Bank Pan Indonesia menerapkan pendekatan yang progresif terhadap bisnis. Kekuatan permodalan dan strategi pertumbuhan PaninBank diperkokoh pada 1999 melalui Technical Assistance Agreement dengan ANZ Banking Group ANZ yang mengambil alih 30 saham Bank pada waktunya. Kemitraan ini memperkuat fokus untuk melakukan ekspansi menjadi bank nasional di pasar komersial dan konsumer.

4.1.5.7. PT. Bank Internasional Indonesia

PT. Bank Internasional Indonesia Tbk didirikan 15 Mei 1959. Setelah mendapatkan ijin sebagai bank devisa di tahun 1988, BII mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya sekarang Bursa Efek Indonesia atau BEI pada tahun 1989. Dejak menjadi perusahaan publik, BII telah tumbuh sebagai salah satu bank swasta terkemuka di Indonesia. BII bergerak di bidang perbankan, Konsumer UKM Komersial dan Korporasi. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.1.5.8. PT. Bank Permata

PT. Bank Permata Tbk dibentuk pada tahun 2002 sebagai hasil merger lima bank di bawah pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional BPPN yaitu PT Bank Bali Tbk, PT Bank Universal Tbk, PT Bank Prima Express, PT bank Artamedia dan PT Bank Patriot. Pada tahun 2004, PT Astra International Tbk dan Standard Chartered Bank mengambil alih Permata Bank dan melakukan perombakan organisasi secara menyeluruh. Permata Bank membangun reputasi atas dasar pelayanan prima dan produk keuangan yang inovatif, kenyamanan dan keamanan bagi nasabah didukung oleh sistem teknologi informasi dan pengelolaan risiko yang canggih serta sumber daya manusia dan kepemimpinan yang unggul.

4.1.5.9. PT. Bank OCBC NISP

PT. Bank OCBC NISP Tbk sebelumnya dikenal sebagai Bank NISP, selanjutnya disebut Bank OCBC NISP merupakan bank keempat tertua di Indonesia dan didirikan pada tanggal 4 April 1941 di Bandung dengan nama NV Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank. Bank OCBC NISP melayani segmen Usaha Kecil dan Menengah UKM dan menjadi bank umum pada tahun 1967, bank devisa pada tahun 1990. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.1.5.10. PT. Bank Artha Graha Internasional

PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk didirikan berdasarkan Akta No. 12 tanggal 7 September 1973 dengan nama PT. Inter-Pacific Financial Corporation. Bank Artha Graha Internasional melakukan kegiatan sebagai bank pada umumnya yaitu menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan, meliputi giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya, dan lain sebagainya.

4.1.5.11. PT. Bank Victoria International

PT. Bank Victoria International Tbk didirikan sejak tahun 1992 dan memulai kegiatan operasionalnya sebagai bank umum sejak 5 Oktober 1994. Bank Victoria terus mengukuhkan eksistensi sebagai bank retail dalam persaingan di dunia perbankan nasional. Dengan fokus pada segmen ritel, Bank Victoria berusaha memenuhi kebutuhan nasabah dengan pemberian kredit konsumsi dalam bentuk Victoria KKB Kredit Kendaraan Bermotor, Victoria KMG Kredit Multi Guna, Victoria KPR Kredit Pemilikan Rumah dan Victoria KPS Kredit Pemilikan Strata. Selain itu juga aktif menyalurkan kredit ke dunia usaha baik berupa kredit korporasi maupun komersial melalui kredit UMKM antara lain Victoria KI Kredit Investasi, Victoria PRK Pinjaman Rekening Koran. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.1.5.12. PT. Bank Mayapada Internasional

PT. Bank Mayapada Internasional Tbk didirikan pada tanggal 10 Januari 1990. Bank Mayapada fokus dalam melayani debitur dengan skala menengah kebawah Small Medium EnterpriseSME yaitu dengan mengembangkan Mayapada Mitra Usaha MMU sebuah segmen bisnis yang dirancang khusus untuk debitur-debitur SME.

4.1.5.13. PT. Bank Windu Kentjana International

PT. Bank Windu Kentjana International Tbk merupakan bank hasil penggabungan merger antara PT Bank Multicor Tbk dan PT Bank Windu Kentjana BWK. Sesuai Akta No. 172 tanggal 28 November 2007, Bank Windu Kentjana International Tbk resmi lahir pada tanggal 8 Januari 2008. Bank Windu fokus dalam peningkatan penyaluran kredit, khususnya pada sektor UMKM dan konsumsi.

4.1.5.14. PT. Bank Bumi Arta

PT. Bank Bumi Arta Tbk didirikan pada tanggal 3 Maret 1967. Bank Bumi Arta ditingkatkan statusnya menjadi bank devisa pada tanggal 20 Agustus 1991 dengan persetujuan dari Bank Indonesia. Bank Bumi Arta memberikan pelayanan yang sama yang dilakukan pada bank-bank pada umumnya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.1.5.15. PT. Bank Himpunan Saudara 1906

PT. Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk didirikan pada tahun 1906 dengan nama Vereeniging Himpoenan Soedara oleh para saudagar batik dan kulit di Bandung dan sekitarnya, dengan tujuan utama untuk menyalurkan usaha jasa keuangan secara simpan pinjam. Pada bulan April 1992 PT Bank Tabungan Himpunan Saudara HS 1906 berubah menjadi PT. Bank HS 1906.

4.1.5.16. PT. Bank Capital Indonesia

PT. Bank Capital Indonesia Tbk didirikan tanggal 20 April 1989 dengan nama PT Bank Credit Lyonnais Indonesia yang merupakan bank campuran antara Credit Lyonnais SA, Perancis, salah satu bank terbesar di Perancis dengan PT Bank Internasional Indonesia Tbk, Jakarta, salah satu bank terbesar di Indonesia.

4.1.5.17. PT. Bank Swadesi

PT. Bank Swadesi Tbk didirikan tahun 1968 dengan nama Bank Pasar Swadesi. Pada tahun 1989, Bank Swadesi berubah status menjadi bank umum dan dalam upaya memenuhi kebutuhan dan perkembangan transaksi nasabah maka Bank Swadesi meningkatkan statusnya menjadi bank devisa pada tahun 1994. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

Data yang digunakan analisis ini adalah rata-rata harga saham dan laporan keuangan yang diterbitkan oleh beberapa Perusahaan Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009, yaitu PT. Bank Mandiri persero Tbk, PT. Bank Rakyat Indonesia persero Tbk, PT. Bank Central Asia Tbk, PT. Bank Negara Indonesia persero Tbk, PT. Bank CIMB Niaga Tbk, PT. Bank Pan Indonesia Tbk, PT. Bank International Indonesia Tbk, PT. Bank Permata Tbk, PT. Bank OCBC NISP Tbk, PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk, PT. Bank Victoria International Tbk, PT. Bank Mayapada Internasional Tbk, PT. Bank Windu Kentjana International Tbk, PT. Bank Bumi Arta Tbk, PT. Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk, PT. Bank Capital Indonesia Tbk, PT. Bank Swadesi Tbk.

4.2.1. CAR X

1 Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009 Capital Adequacy Ratio CAR mengukur kemampuan atau kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menutup kemungkinan kerugian dalam aktivitas perkreditan dan perdagangan surat berharga. Formula CAR bisa dihitung sebagai berikut: Modal Sendiri CAR = X 100 Aktiva Tetap Menurut Risiko ATMR Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tabel 4.1: CAR Perusahaan Perbankan di BEI Tahun 2007-2009 CAR No. Nama Bank 2007 2008 2009 1. PT. Bank Mandiri persero Tbk 20.75 15.66 15.43 2. PT. Bank Rakyat Indonesia persero Tbk 15.84 13.18 13.20 3. PT. Bank Central Asia Tbk 19.22 15.78 15.33 4. PT. Bank Negara Indonesia persero Tbk 15.74 13.59 13.77 5. PT. Bank CIMB Niaga Tbk 17.03 15.59 13.43 6. PT. Bank Pan Indonesia Tbk 21.58 20.31 21.79 7. PT. Bank Internasional Indonesia Tbk 20.19 19.44 14.71 8. PT. Bank Permata Tbk 13.27 10.76 12.16 9. PT. Bank OCBC NISP Tbk 16.15 17.01 18.36 10. PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk 12.39 15.03 13.87 11. PT. Bank Victoria International Tbk 15.43 22.77 16.86 12. PT. Bank Mayapada Internasional Tbk 29.95 23.69 19.37 13. PT. Bank Windu Kentjana International Tbk 30.68 18.02 16.88 14. PT. Bank Bumi Arta Tbk 34.30 31.15 28.42 15. PT. Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 14.99 12.75 13.96 16. PT. Bank Capital Indonesia Tbk 49.71 25.62 44.62 17. PT. Bank Swadesi Tbk 20.66 33.27 32.90 Sumber: Lampiran 2 Dari tabel diatas diketahui bahwa pada tahun 2007 dan 2009 untuk Capital Adequacy Ratio PT. Bank Capital Indonesia Tbk mencatat nilai yang tertinggi, yaitu pada tahun 2007 sebesar 49.71 dan pada tahun 2009 sebesar 44.62, sedangkan nilai tertinggi pada tahun 2008 PT. Bank Swadesi Tbk mencatat sebesar 33.27. Untuk nilai terendah pada tahun 2007 PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk mencatat sebesar 12.39, sedangkan nilai terendah pada tahun 2008 dan 2009 PT. Bank Permata Tbk mencatat pada tahun 2008 sebesar 10.76 dan pada tahun 2009 sebesar 12.16. Sedangkan pada tahun 2007 sampai tahun 2009 PT. Bank Central Asia Tbk mengalami penurunan secara berturut-turut, yaitu pada tahun Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 2007 sebesar 19.22, pada tahun 2008 sebesar 15.78 dan pada tahun 2009 sebesar 15.33.

4.2.2. RORA X

2 Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009 Return On Risk Assets RORA mengukur kemampuan bank dalam mengoptimalkan aktiva yang dimilikinya untuk memperoleh laba. Formula RORA bisa dihitung sebagai berikut: Operating Income RORA = X 100 Total Loans + Investment Tabel 4.2: RORA Perusahaan Perbankan di BEI Tahun 2007-2009 RORA No. Nama Bank 2007 2008 2009 1. PT. Bank Mandiri persero Tbk 4.95 4.86 5.64 2. PT. Bank Rakyat Indonesia persero Tbk 7.13 5.48 4.40 3. PT. Bank Central Asia Tbk 7.84 6.97 7.12 4. PT. Bank Negara Indonesia persero Tbk 1.52 1.76 2.97 5. PT. Bank CIMB Niaga Tbk 3.57 1.82 2.76 6. PT. Bank Pan Indonesia Tbk 4.64 3.09 3.27 7. PT. Bank Internasional Indonesia Tbk 0.89 1.15 0.10 8. PT. Bank Permata Tbk 3.06 1.85 1.87 9. PT. Bank OCBC NISP Tbk 1.85 2.21 2.85 10. PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk 0.41 0.33 0.59 11. PT. Bank Victoria International Tbk 2.97 2.08 2.32 12. PT. Bank Mayapada Internasional Tbk 1.94 1.54 1.16 13. PT. Bank Windu Kentjana International Tbk 2.96 0.70 1.39 14. PT. Bank Bumi Arta Tbk 3.71 4.37 4.26 15. PT. Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 4.03 3.65 2.75 16. PT. Bank Capital Indonesia Tbk 3.10 2.71 2.44 17. PT. Bank Swadesi Tbk 1.86 3.51 5.22 Sumber: Lampiran 2 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Dari tabel diatas diketahui bahwa pada tahun 2007 sampai tahun 2009 untuk Return On Risk Assets PT. Bank Central Asia Tbk mencatat nilai yang tertinggi secara berturut-turut, pada tahun 2007 sebesar 7.84, pada tahun 2008 sebesar 6.97 dan pada tahun 2009 sebesar 7.12. Sedangkan pada tahun 2007 sampai tahun 2009 PT. Bank Mayapada Internasional Tbk mengalami penurunan secara berturut-turut, yaitu pada tahun 2007 sebesar 1.94, pada tahun 2008 sebesar 1.54 dan pada tahun 2009 sebesar 1.16.

4.2.3. NPM X

3 Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009 Net Profit Margin NPM mengukur tingkat keuntungan laba yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Formula NPM bisa dihitung sebagai berikut: Net Income NPM = X 100 Operating Income Tabel 4.3: NPM Perusahaan Perbankan di BEI Tahun 2007-2009 NPM No. Nama Bank 2007 2008 2009 1. PT. Bank Mandiri persero Tbk 18.16 19.44 21.95 2. PT. Bank Rakyat Indonesia persero Tbk 20.82 21.21 20.68 3. PT. Bank Central Asia Tbk 27.50 29.93 29.69 4. PT. Bank Negara Indonesia persero Tbk 6.04 7.35 12.77 5. PT. Bank CIMB Niaga Tbk 15.25 6.75 13.86 6. PT. Bank Pan Indonesia Tbk 19.60 11.67 12.41 7. PT. Bank Internasional Indonesia Tbk 7.30 8.09 0.66 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 8. PT. Bank Permata Tbk 12.18 9.34 7.91 9. PT. Bank OCBC NISP Tbk 9.53 11.38 12.94 10. PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk 1.39 1.82 2.60 11. PT. Bank Victoria International Tbk 14.07 6.74 7.42 12. PT. Bank Mayapada Internasional Tbk 8.19 6.49 4.47 13. PT. Bank Windu Kentjana International Tbk 11.08 1.78 6.36 14. PT. Bank Bumi Arta Tbk 11.48 13.15 12.84 15. PT. Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 14.65 12.43 10.39 16. PT. Bank Capital Indonesia Tbk 6.92 9.37 10.78 17. PT. Bank Swadesi Tbk 8.12 15.16 23.21 Sumber: Lampiran 2 Dari tabel diatas diketahui bahwa pada tahun 2007 sampai tahun 2009 untuk Net Profit Margin PT. Bank Central Asia Tbk mencatat nilai yang tertinggi secara berturut-turut, pada tahun 2007 sebesar 27.50, pada tahun 2008 sebesar 29.93 dan pada tahun 2009 sebesar 29.69. Sedangkan pada tahun 2009 PT. Bank Internasional Indonesia Tbk mengalami penurunan dan mencapai nilai yang paling terendah, yaitu sebesar 0.66.

4.2.4. ROA X

4 Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009 Return On Assets ROA mengukur kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan berdasarkan aktiva yang dikuasi. Formula ROA bisa dihitung sebagai berikut: Net Income ROA = X100 Total Asset Tabel 4.4: ROA Perusahaan Perbankan di BEI Tahun 2007-2009 ROA No. Nama Bank 2007 2008 2009 1. PT. Bank Mandiri persero Tbk 1.98 2.25 2.74 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 2. PT. Bank Rakyat Indonesia persero Tbk 3.82 3.59 3.12 3. PT. Bank Central Asia Tbk 2.94 3.14 3.17 4. PT. Bank Negara Indonesia persero Tbk 0.81 0.96 1.51 5. PT. Bank CIMB Niaga Tbk 1.87 1.05 2.02 6. PT. Bank Pan Indonesia Tbk 2.45 1.79 1.81 7. PT. Bank Internasional Indonesia Tbk 0.68 1.15 0.06 8. PT. Bank Permata Tbk 1.87 1.40 1.37 9. PT. Bank OCBC NISP Tbk 1.21 1.33 1.65 10. PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk 0.28 0.31 0.42 11. PT. Bank Victoria International Tbk 1.10 0.80 0.85 12. PT. Bank Mayapada Internasional Tbk 1.32 1.09 0.78 13. PT. Bank Windu Kentjana International Tbk 1.14 0.23 0.82 14. PT. Bank Bumi Arta Tbk 1.53 2.03 1.71 15. PT. Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 3.12 2.80 2.13 16. PT. Bank Capital Indonesia Tbk 0.99 0.85 0.61 17. PT. Bank Swadesi Tbk 1.06 2.22 3.29 Sumber: Lampiran 2 Dari tabel diatas diketahui bahwa pada tahun 2007 dan tahun 2008 untuk Return On Assets PT. Bank Rakyat Indonesia persero Tbk mencatat nilai tertinggi, pada tahun 2007 sebesar 3.82 dan pada tahun 2008 sebesar 3.59. pada tahun 2007 sampai tahun 2009 PT. Bank Capital Indonesia Tbk mengalami penurunan sacara berturut-turut, yaitu pada tahun 2007 sebesar 0.99, pada tahun 2008 sebesar 0.85 dan pada tahun 2009 sebesar 0.61.

4.2.5. LDR X

5 Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009 Loan to Deposit Ratio LDR mengukur komposisi jumlah kredit yang disalurkan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Formula LDR bisa dihitung sebagai berikut: Total Loans LDR = X 100 Total Deposit + Equity Tabel 4.5: LDR Perusahaan Perbankan di BEI Tahun 2007-2009 LDR No. Nama Bank 2007 2008 2009 1. PT. Bank Mandiri persero Tbk 44.50 49.68 50.54 2. PT. Bank Rakyat Indonesia persero Tbk 56.75 66.96 67.53 3. PT. Bank Central Asia Tbk 38.12 46.45 43.41 4. PT. Bank Negara Indonesia persero Tbk 49.77 58.21 53.88 5. PT. Bank CIMB Niaga Tbk 77.89 76.33 80.73 6. PT. Bank Pan Indonesia Tbk 68.83 63.79 57.73 7. PT. Bank Internasional Indonesia Tbk 61.93 69.96 67.88 8. PT. Bank Permata Tbk 72.30 70.81 55.61 9. PT. Bank OCBC NISP Tbk 73.13 66.09 61.95 10. PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk 73.90 83.49 76.55 11. PT. Bank Victoria International Tbk 40.43 130.90 39.41 12. PT. Bank Mayapada Internasional Tbk 77.46 79.10 70.41 13. PT. Bank Windu Kentjana International Tbk 35.82 70.94 56.84 14. PT. Bank Bumi Arta Tbk 41.15 47.20 41.03 15. PT. Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 80.68 88.45 80.27 16. PT. Bank Capital Indonesia Tbk 52.56 49.09 38.01 17. PT. Bank Swadesi Tbk 53.38 64.40 63.93 Sumber: Lampiran 2 Dari tabel diatas diketahui bahwa pada tahun 2008 untuk Loan to Deposit Ratio mencatat nilai tertinggi, yaitu sebesar 130.90. Sedangkan pada tahun 2007 sampai tahun 2009 PT. Bank Capital Indonesia Tbk mengalami penurunan secara berturut-turut dan mencapai nilai terendah, yaitu pada tahun 2007 sebesar 52.56, pada tahun 2008 sebesar 49.09 dan pada tahun 2009 sebesar 38.01. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.2.6. Perubahan Harga Saham Y Perusahaan Perbankan di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2007-2009 Harga Saham yang dimaksud dalam penelitian ini adalah harga saham akhir tahun perusahaan sampel penelitian dengan periode waktu penelitian dari tahun 2007-2009. Harga saham adalah nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut. Formula Perubahan Harga Saham bisa dihitung sebagai berikut: P t – P t-1 Perubahan Harga Saham = X 100 P t-1 Tabel 4.6: Perubahan Harga Saham Perusahaan Perbankan di BEI Tahun 2007-2009 Perubahan Harga Saham No. Nama Bank 2007 2008 2009 1. PT. Bank Mandiri persero Tbk 20.69 42.14 132.10 2. PT. Bank Rakyat Indonesia persero Tbk 43.69 38.18 67.21 3. PT. Bank Central Asia Tbk 40.38 55.48 49.23 4. PT. Bank Negara Indonesia persero Tbk 5.35 65.48 191.18 5. PT. Bank CIMB Niaga Tbk 2.17 45 43.43 6. PT. Bank Pan Indonesia Tbk 17.24 14.71 31.03 7. PT. Bank Internasional Indonesia Tbk 18.75 29.82 10.81 8. PT. Bank Permata Tbk 2.30 44.94 63.27 9. PT. Bank OCBC NISP Tbk 5.88 22.22 42.86 10. PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk 122.22 50 52 11. PT. Bank Victoria International Tbk 68.89 38.82 48.39 12. PT. Bank Mayapada Internasional Tbk 81.13 73.96 13. PT. Bank Windu Kentjana International Tbk 15.38 66.67 49.33 14. PT. Bank Bumi Arta Tbk 3.57 77.78 121.67 15. PT. Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 17.78 66.22 460 16. PT. Bank Capital Indonesia Tbk 10.17 4.72 2.97 17. PT. Bank Swadesi Tbk 28.57 33.33 Sumber: Lampiran 2 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis

4.3.1. Asumsi-Asumsi Klasik Regresi

Pengujian asumsi klasik ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan betul-betul terbatas dari adanya gejala normalitas, gejala multikolinearitas, gejala autokorelasi, dan gejala heteroskedastisitas. Hasil pengujiannya disajikan sebagai berikut:

4.3.1.1. Uji Normalitas

Normalitas merupakan sebuah model regresi yang variabel Dependen dan Independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Untuk mendeteksi adanya Normalitas yaitu dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan Lilliefors Significance Correction dan Shapiro-Wilk, dengan menggunakan uji ini diperoleh hasil analisis bahwa tidak semua variable yang diteliti memiliki distribusi yang normal, hanya pada RORA X 2 , ROA X 4 dan LDR X 5 yang memiliki distribusi normal dimana nilai signifikansi dari hasil analisis diatas 0.05, sehingga dapat disimpulkan sebagian data tersebut tidak memenuhi asumsi berdistribusi normal. Seperti pada tabel normalitas data berikut: Tabel 4.7: Hasil Uji Normalitas Tests of Normality .198 50 .000 .799 50 .000 .114 50 .119 .952 50 .041 .124 50 .052 .951 50 .036 .102 50 .200 .956 50 .060 .080 50 .200 .963 50 .115 .319 50 .000 .640 50 .000 CAR RORA NPM ROA LDR Per.HargaSaham Statistic df Sig. Statistic df Sig. Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk This is a lower bound of the true significance. . Lilliefors Significance Correction a. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.3.1.2. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan adanya korelasi variabel independen dalam regresi berganda. Mendeteksi adanya Multikolinier : a Besarnya VIF Variance Inflation Factor dan Tolerance Jika VIF melebihi angka 10, maka variabel tersebut mengindikasikan adanya multikolinieritas. b Nilai Eigenvalue mendekati 0. c Condition Index melebihi angka 15. Dalam pengujian asumsi klasik terhadap analisis regresi linier berganda ini menyatakan bahwa hasil analisis penelitian ini menunjukkan adanya gejala multikolinieritas pada variabel RORA X 2 dimana nilai VIF pada variabel ini sebesar 20.941, NPM X 3 = 12.567, dan ROA X 4 = 13.027 karena nilai VIF lebih besar dari 10 maka variabel ini disimpulkan terdapat gejala multikolinieritas dengan variabel independen lainnya. Sedangkan variabel yang lain masing-masing variabel dengan nilai VIF untuk CAR X 1 = 1.265 dan LDR X 5 = 3.090; lebih kecil dari 10. Syarat terjadi multikolinieritas jika nilai VIF Variance Inflation Factor  10 Cryer, 1994:681. Tabel 4.8: Hasil Uji Multikolinieritas Coefficients a 527.770 886.918 .595 .555 -37.031 12.995 -.324 -2.850 .007 -.395 .790 1.265 154.967 234.728 .305 .660 .513 .099 .048 20.941 53.938 48.199 .401 1.119 .269 .166 .080 12.567 -41.621 362.248 -.042 -.115 .909 -.017 .077 13.027 -4.635 11.846 -.069 -.391 .698 -.059 .324 3.090 Constant CAR RORA NPM ROA LDR Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig. Partial Correlatio ns Tolerance VIF Collinearity Statistics Dependent Variable: Per.HargaSaham a. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.3.1.3. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain mempunyai varian yang berbeda. Jika sama namanya Homoskedastisitas. Model regresi yang baik tidak mempunyai Heteroskedastisitas. Mendeteksi adanya Heteroskedastisitas : a Dari Scatter Plot Residual: jika ada pola tertentu seperti titik- titikpoint-point yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, menyebar kemudian menyempit. b Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas. c Pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel X. Hal ini bisa diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Rumus rank Spearman adalah : r s = 1 – 6   1 N N d 2 2 i   Keterangan : d i = perbedaan dalam rank antara residual dengan variabel bebas ke-i N = banyaknya data Pengujian Heteroskedastisitas di sini menggunakan korelasi rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas dengan hasil analisis sebagai berikut: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tabel 4.9: Hasil Uji Heteroskedastisitas Correlations 1.000 . 50 -.078 .588 50 -.025 .863 50 -.027 .850 50 -.007 .963 50 .013 .928 50 Correlation Coefficient Sig. 2-tailed N Correlation Coefficient Sig. 2-tailed N Correlation Coefficient Sig. 2-tailed N Correlation Coefficient Sig. 2-tailed N Correlation Coefficient Sig. 2-tailed N Correlation Coefficient Sig. 2-tailed N Unstandardized Residual CAR RORA NPM ROA LDR Spearmans rho Unstandardiz ed Residual Sumber: Data yang diolah Hasil analisis menunjukkan bahwa pada variabel X 1 = 0.588, X 2 = 0.863, X 3 = 0.850, X 4 = 0.963 dan X 5 = 0.928 TIDAK mempunyai korelasi yang signifikan antara residual dengan variabel bebasnya, maka hasil analisis ini dapat disimpulkan semua variabel penelitian tidak terjadi Heteroskedastisitas.

4.3.1.4. Uji Autokorelasi

Autokorelasi merupakan adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu periode t-1 sebelumnya. Mendeteksi adanya Autokorelasi: a. Besarnya Angka Durbin Watson Angka D-W di bawah –2 ada autokorelasi positif Angka D-W di atas +2 ada autokorelasi negatif Angka Berada diantara –2 sampai +2 Tidak ada Autokorelasi Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. atau Membandingkan dengan Tabel Durbin Watson b. Koefisien determinasi berganda R square tinggi. c. Koefisien korelasi sederhananya tinggi. d. Nilai F hitung tinggi signifikan. e. Tapi tak satupun atau sedikit sekali diantara variabel bebas yang signifikan. Untuk asumsi klasik yang mendeteksi adanya autokorelasi di sini dilihat dari hasil analisis yang menunjukkan hasil bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1.574, hal ini menunjukkan tidak terdapat gejala autokorelasi. Tabel 4.10: Hasil Uji Autokorelasi Model Summary b .742 a .551 .500 671.696 1.574 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson Predictors: Constant, LDR, ROA, CAR, NPM, RORA a. Dependent Variable: Per.HargaSaham b. Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi linier berganda yang diperoleh pada penelitian ini sebagian data tidak memenuhi asumsi klasiknya yaitu tidak memenuhi multikolinieritas dan normalitas datanya untuk sebagian variabel, sehingga hasil analisis mengandung bias untuk diintepretasikan secara keseluruhan terutama mengenai multikolinieritas dan data penelitian, meskipun kualitas datanya telah memenuhi syarat. Oleh karena itu idealnya perlu dilakukan upaya menghindarkan pelanggaran asumsi klasiknya, upaya tersebut yaitu dengan melakukan pengobatan atas pelanggaran asumsi klasiknya diantaranya yaitu dengan melakukan pengujian kembali. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Untuk memperoleh hasil penelitian yang lebih baik, maka peneliti menganggap perlu untuk melakukan pengujian lagi dengan menganalisis variabel yang diperkirakan dapat memperoleh hasil yang lebih baik, untuk itu dengan pertimbangan nilai multikolinieritas dan lainnya, maka peneliti melakukan trimming membuang variabel RORA X 2 , sehingga data variabel penelitian yang dianalisis yaitu variabel X 1 , X 3 , X 4 dan X 5 terhadap Y dengan hasil analisis sebagai berikut: Tabel 4.11: Hasil Statistik Deskriptif Descriptive Statistics 571.56 950.022 50 19.8758 8.30646 50 12.1572 7.05749 50 1.6484 .95607 50 61.1052 14.23932 50 Per.HargaSaham CAR NPM ROA LDR Mean Std. Deviation N Sumber: Data yang diolah

a. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan adanya korelasi variabel independen dalam regresi berganda. Mendeteksi adanya Multikolinier : a Besarnya VIF Variance Inflation Factor dan Tolerance Jika VIF melebihi angka 10, maka variabel tersebut mengindikasikan adanya multikolinieritas. b Nilai Eigenvalue mendekati 0. c Condition Index melebihi angka 15. Dalam pengujian asumsi klasik terhadap analisis regresi linier berganda menyatakan bahwa penelitian ini tidak menunjukkan adanya multikolinieritas atau non multikolinieritas, karena nilai VIF dari masing-masing variabel X1 = Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 1.207, X3 = 8.776, X4 = 7.655 dan X5 = 2.073; lebih kecil dari 10. Syarat terjadi multikolinieritas jika nilai VIF Variance Inflation Factor 10 Cryer, 1994:681. Tabel 4.12: Hasil Uji Multikolinieritas Coefficients a 775.670 798.458 .971 .337 -35.189 12.612 -.308 -2.790 .008 .828 1.207 71.415 40.025 .531 1.784 .081 .114 8.776 111.953 275.945 .113 .406 .687 .131 7.655 -9.123 9.640 -.137 -.946 .349 .482 2.073 Constant CAR NPM ROA LDR Model 1 B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics Dependent Variable: Per.HargaSaham a.

b. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain mempunyai varian yang berbeda. Jika sama namanya Homoskedastisitas. Model regresi yang baik tidak mempunyai Heteroskedastisitas. Mendeteksi adanya Heteroskedastisitas : a Dari Scatter Plot Residual: jika ada pola tertentu seperti titik-titikpoint- point yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, menyebar kemudian menyempit. b Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas. c Pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel X. Hal ini bisa diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Rumus rank Spearman adalah : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. r s = 1 – 6   1 N N d 2 2 i   Keterangan : d i = perbedaan dalam rank antara residual dengan variabel bebas ke-i N = banyaknya data Pengujian Heteroskedastisitas di sini menggunakan korelasi rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas dengan hasil analisis sebagai berikut: Tabel 4.13: Hasil Uji Heteroskedastisitas Correlations 1.000 . 50 -.078 .588 50 -.027 .850 50 -.007 .963 50 .013 .928 50 Correlation Coefficient Sig. 2-tailed N Correlation Coefficient Sig. 2-tailed N Correlation Coefficient Sig. 2-tailed N Correlation Coefficient Sig. 2-tailed N Correlation Coefficient Sig. 2-tailed N Unstandardized Residual CAR NPM ROA LDR Spearmans rho Unstandardiz ed Residual Sumber: Data yang diolah Hasil analisis menunjukkan bahwa pada variabel X 1 = 0.588, X 3 = 0.850, X 4 = 0.963 dan X 5 = 0.928 TIDAK mempunyai korelasi yang signifikan antara residual dengan variabel bebasnya, maka hasil analisis ini dapat disimpulkan semua variabel penelitian tidak terjadi Heteroskedastisitas. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

c. Uji Autokorelasi

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Perubahan Harga Saham dan Likuiditas Saham Pada Perusahaan Go Public Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 51 103

Valuasi Harga Wajar Saham Sektor Perbankan Yang Go Public Di BEI

15 120 128

Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

1 36 105

PENGARUH RASIO INDIKATOR TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN GO PUBLIC Pengaruh Rasio Indikator Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 13

PENDAHULUAN Pengaruh Rasio Indikator Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 4 10

PENGARUH RASIO INDIKATOR TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN GO PUBLIC Pengaruh Rasio Indikator Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 5 17

Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Harga Saham (Studi Empiris Perusahaan Perbankan Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia).

0 0 6

Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

0 0 10

Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

0 0 2

ANALISIS PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

0 0 26