ANALISIS PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

(1)

ANALISIS PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN

PERBANKAN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Diajukan Oleh :

UKKI HAYUDANTO PUTRA 0712010239 / FE / EM

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”


(2)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN

PERBANKAN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Disusun Oleh :

UKKI HAYUDANTO PUTRA 0712010239 / FE / EM

Telah Dipertahankan Dihadapan Dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 27 Mei 2011

Pembimbing : Tim Penguji : Pembimbing Utama : Ketua :

Dra. Ec. Nurjanti T, MSi Dra. Ec. Hj. Malicha Sekretaris :

Dra. Ec. Mei Retno A, MSi Anggota :

Dra. Ec. Nurjanti T, MSi

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur


(3)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN

PERBANKAN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Yang diajukan

Ukki Hayudanto Putra 0712010239 / FE / EM disetujui untuk ujian skripsi oleh

Pembimbing Utama

Dra. Ec. Nurjanti T, MSi Tanggal : ...

Mengetahui

Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur

Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi NIP. 195803251988031001


(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dengan memanjatkan segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan HidayahNya sehingga penulis berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi. Berkat Rahmat dan HidayahNya pula memungkinkan penulis untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan karya tulis ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM., Ketua Jurusan Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Drs. Ec. Prasetyohadi, MM selaku Dosen Wali di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(5)

5. Ibu Dra. Ec. Nuryanti Takarini, MSi., Dosen Pembimbing yang telah mengarahkan dan meluangkan waktu guna membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Papa, Mama, Kakakku Ussi Widayu Putri, Adikku Uffi Joewitya Putri, dan Keponakanku Mohammad Takbir Linggar Syaputra yang selalu memberikan doa restunya, dorongan dan bantuan materiil serta pengorbanan sehingga dapat menyelesaikan studi ini dengan baik.

Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan dimasa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, Maret 2011

Penulis


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTARI ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAKSI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 11

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 11

2.2. Landasan Teori ... 12

2.2.1. Teori Sinyal (Signalling Theory) ... 12

2.2.2. Efficient Market Theory (Efficient Market Hypothesis/EMH) ... 13


(7)

2.2.4. Kesehatan Bank ... 18

2.2.4.1. Pengertian Kesehatan Bank ... 18

2.2.4.2. Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Analisis Rasio CAMELS ... 18

2.2.5. Saham ... 28

2.2.5.1. Pengertian Saham ... 28

2.2.5.2. Perubahan Harga Saham ... 32

2.2.5.3. Beberapa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Harga Saham ... 35

2.2.6. Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Perubahan Harga Saham ... 36

2.2.6.1. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Perubahan Harga Saham ... 36

2.2.6.2. Pengaruh Return On Risk Assets (RORA) Terhadap Perubahan Hrga Saham ... 38

2.2.6.3. Pengaruh Net Profit Margin (NPM) Terhadap Perubahan Harga Saham ... 39

2.2.6.4. Pengaruh Return On Assets (ROA) Terhadap Perubahan Harga Saham ... 40

2.2.6.5. Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) Terhadap Perubahan Harga Saham ... 42

2.3. Kerangka Konseptual ... 44


(8)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 46

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 46

3.1.1. Variabel Bebas atau Independen Variabel (X) ... 46

3.1.2. Variabel Terikat atau Dependen Variabel (Perubahan Harga Saham/Y) ... 48

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 49

3.2.1. Populasi ... 49

3.2.2. Sampel ... 49

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 51

3.3.1. Jenis Data ... 51

3.3.2. Sumber Data ... 52

3.3.3. Pengumpulan Data ... 52

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 52

3.4.1. Uji Asumsi Klasik ... 53

3.4.2. Uji Hipotesis ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …... 58

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 58

4.1.1. Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia ... 58

4.1.2. Sejarah Singkat PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 59

4.1.3. Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 61

4.1.4. Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 62


(9)

4.1.5. Gambaran Umum Perusahaan ... 62

4.1.5.1. PT. Bank Mandiri (persero) ... 62

4.1.5.2. PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) ... 63

4.1.5.3. PT. Bank Central Asia ... 63

4.1.5.4. PT. Bank Negara Indonesia (persero) ... 64

4.1.5.5. PT. Bank CIMB Niaga ... 64

4.1.5.6. PT. Bank Pan Indonesia ... 65

4.1.5.7. PT. Bank Internasional Indonesia ... 65

4.1.5.8. PT. Bank Permata ... 66

4.1.5.9. PT. Bank OCBC NISP ... 66

4.1.5.10. PT. Bank Artha Graha Internasional ... 67

4.1.5.11. PT. Bank Victoria International ... 67

4.1.5.12. PT. Bank Mayapada Internasional ... 68

4.1.5.13. PT. Bank Windu Kentjana International ... 68

4.1.5.14. PT. Bank Bumi Arta ... 68

4.1.5.15. PT. Bank Himpunan Saudara 1906 ... 69

4.1.5.16. PT. Bank Capital Indonesia ... 69

4.1.5.17. PT. Bank Swadesi ... 69

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 70

4.2.1. CAR (X1) Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009 ... 70

4.2.2. RORA (X2) Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009 ... 72


(10)

4.2.3. NPM (X3) Perusahaan Perbankan di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2007-2009 ... 73

4.2.4. ROA (X4) Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009 ... 74

4.2.5. LDR (X5) Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009 ... 75

4.2.6. Perubahan Harga Saham (Y) Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009 ... 77

4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 78

4.3.1. Asumsi-Asumsi Klasik Regresi ... 78

4.3.1.1. Uji Normalitas ... 78

4.3.1.2. Uji Multikolinieritas ... 79

4.3.1.3. Uji Heteroskedastisitas ... 80

4.3.1.4. Uji Autokorelasi ... 81

4.3.2. Analisis regresi Berganda ... 87

4.3.3. Koefisien Determinasi (R2) ... 89

4.3.4. Pengujian Hipotesis ... 90

4.3.4.1. Uji F (Uji Simultan) ... 90

4.3.4.2. Uji t (Uji Parsial) ... 90

4.3.5. Pembahasan ... 92

4.3.5.1. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Perbankan ... 93 4.3.5.2. Pengaruh Net Profit Margin (NPM) Terhadap


(11)

Perubahan Harga Saham Perusahaan Perbankan ... 93

4.3.5.3. Pengaruh Return On Assets (ROA) Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Perbankan ... 94

4.3.5.4. Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Perbankan ... 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 97

5.1. Kesimpulan ... 97

5.2. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Tingkat Capital Adequacy Ratio (CAR) ... 23

2.2 Tingkat Return On Risk Assets (RORA) ... 24

2.3 Tingkat Return On Assets (ROA) ... 26

3.1 Tabel Autokorelasi ... 56

4.1 CAR Perusahaan Perbankan di BEI Tahun 2007-2009 ... 71

4.2 RORA Perusahaan Perbankan di BEI Tahun 2007-2009 ... 72

4.3 NPM Perusahaan Perbankan di BEI Tahun 2007-2009 ... 73

4.4 ROA Perusahaan Perbankan di BEI Tahun 2007-2009 ... 74

4.5 LDR Perusahaan Perbankan di BEI Tahun 2007-2009 ... 76

4.6 Perubahan Harga Saham Perusahaan Perbankan di BEI Tahun 2007-2009 ... 77

4.7 Hasil Uji Normalitas ... 78

4.8 Hasil Uji Multikolinieritas ... 79

4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 81

4.10 Hasil Uji Autokorelasi ... 82

4.11 Hasil Statistik Deskriptif ... 83

4.12 Hasil Uji Multikolinieritas ... 84

4.13 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 85

4.14 Hasil Uji Autokorelasi ... 86


(13)

4.16 Hasil Uji F (Simultan) ... 90 4.17 Hasil Uji t (Parsial) ... 91


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Daftar Sampel Perusahaan Perbankan Go Public di BEI 2 Data Hasil Penelitian

3 Output SPSS 16 4 Output SPSS 16


(16)

ANALISIS PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN

PERBANKAN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Oleh :

Ukki Hayudanto Putra 0712010239 / FE / EM

Perusahaan perbankan adalah salah satu industri yang ikut berperan serta dalam pasar modal. Analisis ini untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio-rasio. Untuk menilai tingkat kesehatan perbankan digunakan metode CAMELS yang merupakan standar Bank Indonesia dalam menilai tingkat kesehatan bank. Rasio CAMEL yang baik akan mendorong semakin banyak investor untuk berinvestasi, sehingga berpengaruh terhadap kenaikan harga saham. Atas dasar pemikiran tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh CAR, RORA, NPM, ROA dan LDR terhadap perubahan harga saham pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang go pubic di Bursa Efek Indonesia sampai tahun 2009, yaitu sebanyak 29 bank. Sampel ditentukan dengan teknik purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang reprensetatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun sampel dalam penelitian ini ada 17 perusahaan perbankan. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa laporan keuangan periode 2007-2009 yang dipublikasikan di media cetak Indonesia (Info Bank), Indonesian Capital Market

Directory (ICMD) dan Indonesian stock exchange (IDX). Untuk memenuhi tujuan

penelitian, hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda.

Dari analisis regresi berganda dapat disimpulkan bahwa, CAR mempunyai pengaruh terhadap perubahan harga saham pada perusahaan perbankan yang go

public di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan untuk NPM, ROA dan LDR

tidak mempunyai pengaruh terhadap perubahan harga saham pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Kata Kunci: Tingkat Kesehatan Bank (CAMEL) dan Perubahan Harga Saham


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perbankan merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam penentu keberhasilan perekonomian di Indonesia. Sewaktu krisis ekonomi dan moneter yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997, perekonomian di Indonesia sempat mengalami keterpurukan yang mengakibatkan menurunnya nilai tukar rupiah yang sangat tajam terhadap dollar Amerika yang kemudian memicu terjadinya inflasi. Hal ini tidak diikuti dengan peningkatan pendapatan, sehingga daya beli masyarakat menurun dan otomatis banyak perusahaan yang mengalami kelesuan usaha, yang pada akhirnya mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk membayar kredit yang diterimanya dari industri perbankan sehingga terjadi kredit macet. Banyaknya kredit macet mangharuskan bank menghapus kredit tersebut, sehingga bank tidak dapat memenuhi ketetapan BI. Hal tersebut menyebabkan sebagian besar perusahaan perbankan terpuruk dan dilikuidasi.

Krisis ekonomi juga memberikan dampak langsung terhadap kegiatan pasar modal, tercermin dari merosotnya volume perdagangan saham dan harga saham perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek tidak terkecuali perusahaan perbankan. Industri perbankan adalah salah satu


(18)

industri yang ikut berperan serta dalam pasar modal, sama halnya dengan industri lainnya seperti industri manufaktur, pertanian, pertambangan, properti dan lain-lain dan merupakan industri yang paling sensitif dan rentan terhadap keadaan diluar perusahaan, misalnya keadaan perekonomian yang dihadapi oleh Indonesia dalam krisis moneter pertengahan Juli sampai Oktober 1997, industri perbankan mengalami penurunan harga saham yang sangat drastis melebihi industri lainnya. Kondisi perekonomian seperti ini membuat para investor menjadi lebih berhati-hati dalam menanamkan modalnya di Bursa Efek, khususnya berinvestasi di industri perbankan.

Investasi di Bursa Efek merupakan jenis investasi yang cukup beresiko tinggi meskipun menjanjikan keuntungan relatif besar, sehingga investor perlu memiliki sejumlah informasi yang berkaitan tentang dinamika harga saham agar dapat mengambil keputusan tentang saham perusahaan yang layak untuk dipilih. Informasi yang diperlukan yaitu mengetahui sejauh mana eratnya hubungan variabel-variabel yang menjadi penyebab fluktuasi harga saham yang akan dibeli. Dengan mengetahui pengaruh variabel-variabel tersebut, investor dapat memilih strategi untuk memilih perusahaan yang dianggap sehat tempat menanamkan modalnya.

Harga saham adalah nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut, dimana perubahan atau fluktuasinya sangat ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan yang terjadi di bursa (pasar sekunder). Semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan suatu saham, maka harganya akan semakin naik,


(19)

sebaliknya semakin banyak investor yang ingin menjual atau melepaskan suatu saham, maka harganya akan bergerak semakin turun.

Dalam melakukan penilaian tingkat kesehatan bank dapat dinilai dengan menggunakan teknik analisis metode CAMELS (Capital, Assets

Quality, Management, Earnings, Liquidity, Sensitivity to market risk) yang

mengacu pada Surat Edaran BI No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 tentang Tata Cara Penilaian Kesehatan Bank dan Peraturan BI No.6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Analisis CAMELS ini adalah perkembangan dari analisis CAMEL terdahulu, dimana analisis ini menambahkan aspek sensitivitas dalam perhitungan rasionya.

Secara umum, semakin baik kinerja keuangan suatu perusahaan semakin tinggi laba usahanya dan semakin banyak keuntungan yang dapat dinikmati oleh pemegang saham, juga semakin besar kemungkinan harga saham akan naik. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa harga saham ditentukan oleh nilai perusahaan. Halim (2003:17) mendukung pernyataan diatas bahwa ide dasar pendekatan ini adalah bahwa harga saham dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Apabila kinerja perusahaan baik maka nilai usaha akan tinggi. Di bursa efek hal seperti itu akan di respon oleh pasar dalam bentuk kenaikan harga saham. Dengan nilai usaha yang tinggi membuat para investor melirik perusahaan tersebut untuk menanamkan modalnya sehingga akan terjadi kenaikan harga saham. Meskipun demikian saham yang memiliki kinerja baik sekalipun, harganya bisa saja turun karena keadaan pasar.


(20)

Dalam kenyataanya, harga saham perusahaan perbankan tidak sesuai dengan perkembangan atau perubahan kinerja keuangannya. Perusahaan perbankan tersebut meliputi:

1. PT. Bank Mandiri (persero) Tbk

2. PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk 3. PT. Bank Central Asia Tbk

4. PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk 5. PT. Bank CIMB Niaga Tbk

6. PT. Bank Danamon Tbk 7. PT. Bank Pan Indonesia Tbk

8. PT. Bank International Indonesia Tbk 9. PT. Bank Permata Tbk

10. PT. Bank Mega Tbk 11. PT. Bank Bukopin Tbk 12. PT. Bank OCBC NISP Tbk 13. PT. Bank Ekonomi Raharja Tbk

14. PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 15. PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk 16. PT. Bank ICB Bumiputera Tbk

17. PT. Bank Victoria International Tbk 18. PT. Bank Mutiara Tbk

19. PT. Bank Mayapada Internasional Tbk 20. PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk


(21)

21. PT. Bank Agroniaga Tbk 22. PT. Bank Kesawan Tbk

23. PT. Bank Windu Kentjana International Tbk 24. PT. Bank Bumi Arta Tbk

25. PT. Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 26. PT. Bank Capital Indonesia Tbk

27. PT. Bank Eksekutif Internasional Tbk 28. PT. Bank Swadesi Tbk

29. PT. Bank Tabungan Negara Tbk

Kinerja (prestasi) yang dicapai oleh 29 perusahaan perbankan yang go

public di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut, dari tahun 2007 sampai

dengan tahun 2009 tidak seimbang dengan perubahan harga sahamnya. Hal tersebut dapat dikarenakan adanya stock split (pemecahan saham) yang dilakukan oleh perusahaan perbankan. Pemecahan saham merupakan salah satu tindakan yang ditempuh perusahaan untuk menjaga agar harga sahamnya tetap berada dalam rentang harga yang optimal dan sebagai alat untuk mengirim isyarat kepada pasar. Dengan melakukan pemecahan saham, akan terdapat saham dengan harga yang murah dengan jumlah yang banyak sehingga mengundang investor untuk melakukan transaksi. Perubahan harga saham tersebut merupakan reaksi dari kebijakan pemecahan saham.

Berbagai penelitian mengenai pengaruh rasio CAMEL terhadap harga saham telah banyak dilakukan, diantaranya oleh Praditasari (2009) yang


(22)

menunjukkan bahwa kesehatan bank (CAMEL) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham pada perusahaan perbankan. Secara detail, CAR, KAP, dan LDR mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap harga saham, sedangkan BOPO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh Purwasih (2010), yang menunjukkan secara parsial terdapat variabel yang tidak berpengaruh terhadap harga saham, yaitu CAR, NPM, dan LDR. Aspek RORA dan ROA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

Beberapa penelitian terdahulu yang telah diuraikan di atas menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian ini ingin mengkaji lebih lanjut mengenai hubungan tingkat kinerja keuangan perusahaan perbankan dengan menggunakan rasio keuangan dalam pengaruhnya terhadap pergerakan harga saham yang dimiliki. Banyaknya teori yang menyatakan bahwa kondisi rasio keuangan yang baik, nantinya akan membawa pengaruh yang positif terhadap kondisi keuangan perusahaan yang juga akan berpengaruh positif terhadap perubahan harga saham.

Pada penelitian ini, penulis ingin menganalisis manfaat rasio-rasio keuangan perusahaan perbankan yang berpengaruh terhadap harga saham, yang selanjutnya apabila mempunyai pengaruh maka rasio-rasio tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk menilai kinerja perusahaan perbankan. Untuk menilai kinerja perusahaan perbankan umumnya digunakan aspek penilaian, yaitu : Capital, Assets Quality, Management, Earnings, Liquidity


(23)

dan Sensitivity to market risk yang biasa disebut CAMELS. Aspek-aspek tersebut menggunakan rasio keuangan yang meliputi Capital Adequacy

Ratio (CAR), Return On Risk Assets (RORA), Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR). Pengaruh rasio

CAMEL terhadap harga saham dapat dijelaskan dengan Signalling Theory dan Efficient Market Theory. Rasio CAMEL yang baik akan mendorong semakin banyak investor untuk berinvestasi, sehingga berpengaruh terhadap kenaikan harga saham. Pada dasarnya perusahaan yang baik kinerjanya akan mempunyai harga saham yang tinggi, karena dalam dunia investasi harga saham dapat direfleksikan pada kinerja perusahaan, dimana semakin tinggi harga saham maka suatu perusahaan akan dikatakan semakin baik kinerjanya (Ang, 1997:8).

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini akan diuji untuk menganalisis dan membuktikan apakah tingkat kinerja bank memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham, sehingga penulis tertarik mengambil judul “ANALISIS PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :


(24)

1. Apakah ada pengaruh antara Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap perubahan harga saham pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI)?

2. Apakah ada pengaruh antara Return On risk Assets (RORA) terhadap perubahan harga saham pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI)?

3. Apakah ada pengaruh antara Net Profit Margin (NPM) terhadap perubahan harga saham pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI)?

4. Apakah ada pengaruh antara Return On Assets (ROA) terhadap perubahan harga saham pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI)?

5. Apakah ada pengaruh antara Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap perubahan harga saham pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI)?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap perubahan harga saham pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI).


(25)

2. Untuk mengetahui pengaruh Return On Risk Assets (RORA) terhadap perubahan harga saham pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3. Untuk mengetahui pengaruh Net Profit Margin (NPM) terhadap perubahan harga saham pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI).

4. Untuk mengetahui pengaruh Return On Assets (ROA) terhadap perubahan harga saham pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI).

5. Untuk mengetahui pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap perubahan harga saham pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pihak Perbankan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi pihak manajemen perbankan dalam penetapan kebijakan terutama menyangkut keuangan dan kebijakan lain terutama berdasarkan analisis rasio CAMEL.

2. Bagi Pihak Investor

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam melakukan prediksi harga saham, yang pada akhirnya dapat memberikan


(26)

10

 

sumbangan informasi bagi pihak investor untuk mengambil keputusan membeli atau tidak saham tersebut.

3. Bagi Pihak Regulator

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam pembuatan keputusan mengenai tingkat kesehatan bank.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk memperdalam dan mengaplikasikan teori yang sudah diperoleh, terutama dalam hal menganalisa kinerja keuangan perusahaan.

5. Bagi Peneliti Lebih Lanjut

Penelitian ini juga diharapkan sebagai sumber informasi dan referensi untuk memungkinkan penelitian selanjutnya mengenai topik-topik yang berkaitan, baik yang bersifat melanjutkan maupun melengkapi.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait dengan penelitian ini, yaitu :

a. Kurnia Windias Praditasari (2009) melakukan penelitian mengenai “Analisis Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank terhadap Harga Saham pada Perusahaan Perbankan yang Go-Public Periode 2004-2008”. Penelitian ini berkesimpulan bahwa secara simultan ada pengaruh yang signifikan antara CAR, KAP, BOPO, dan LDR terhadap harga saham. Secara parsial, CAR, KAP, dan LDR berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, sedangkan BOPO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.

b. Anita Ardiani (2007) melakukan penelitian mengenai “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Perubahan Harga Saham pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara simultan antara CAR, RORA, NPM, ROA, BOPO, dan LDR berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham. Dan secara parsial, CAR, RORA, dan LDR berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham, sedangkan untuk ROA,


(28)

NPM, dan BOPO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham.

c. Ratna Purwasih (2010) melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Perbankan yang

Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2008”.

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa secara simultan CAR, RORA, NPM, ROA, dan LDR berpengaruh terhadap perubahan harga saham. Secara parsial, RORA dan ROA berpengaruh positif signifikan terhadap perubahan harga saham, sedangkan untuk CAR, NPM, dan LDR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Teori Sinyal (Signalling Theory)

Teori sinyal (signalling theory) menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar. Asimetri informasi dapat terjadi di antara dua kondisi ekstrem yaitu perbedaan informasi yang kecil sehingga tidak mempengaruhi manajemen, atau perbedaan yang sangat signifikan sehingga dapat berpengaruh terhadap manajemen dan harga saham (Sartono, 1996).

Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan.


(29)

Perusahaan yang baik akan memberi sinyal yang jelas dan sangat bermanfaat bagi keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis. Sinyal yang diberikan dapat berupa good news maupun bad news. Sinyal good

news dapat berupa kinerja perusahaan perbankan yang mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun, sedangkan bad news dapat berupa penurunan kinerja yang semakin mengalami penurunan. Peningkatan rasio CAMEL diharapkan dapat menjadi sinyal bagi para investor dalam menentukan keputusan investasi, sehingga nantinya akan berpengaruh terhadap fluktuasi harga saham perusahaan perbankan.

2.2.2. Efficient Market Theory (Efficient Market Hypothesis/EMH)

Menurut Fama (dikutip oleh Jogiyanto H.M, 2003), Efficient market atau pasar yang efisien merupakan suatu pasar bursa dimana harga-harga sekuritas mencerminkan secara penuh informasi yang tersedia dengan cepat dan akurat. Efficient Market Theory menyatakan bahwa investor selalu memasukkan faktor informasi yang tersedia dalam keputusan mereka sehingga terefleksi pada harga saham yang mereka transaksikan. Jadi, harga saham yang berlaku di pasar modal sudah mengandung faktor informasi tersebut. Karakteristik suatu pasar modal yang efisien yaitu terdapat pemodal-pemodal yang berpengetahuan luas dan informasi tersedia secara luas kepada para pemodal sehingga mereka bereaksi secara cepat atas informasi baru yang akhirnya menyebabkan harga saham menyesuaikan secara cepat dan akurat.


(30)

Fama (1970) dalam Jogiyanto, H.M (2003:371-375) menyajikan tiga macam bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan ketiga macam bentuk dari informasi, yaitu:

1. Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form)

Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga dari sekuritasnya secara penuh mencerminkan (fully reflect) informasi masa lalu. Informasi masa lalu ini merupakan informasi yang sudah terjadi. Bentuk efisiensi pasar secara lemah ini berkaitan dengan random walk

theory yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan

dengan nilai sekarang. Jika pasar efisien dalam bentuk lemah, maka harga-harga masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga saat ini. Hal tersebut berarti bahwa untuk pasar efisien bentuk lemah, investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan abnormal return.

2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form)

Pasar dikatakan efisien dalam bentuk setengah kuat jika harga-harga sekuritasnya secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipublikasikan (all publicly available information) termasuk informasi yang berada di laporan-laporan keuangan emiten. 3. Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form)

Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga dari sekuritasnya secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat. Jika pasar


(31)

efisien dalam bentuk ini, maka tidak ada individual investor atau grup dari investor yang dapat memperoleh keuntungan tidak normal

(abnormal return) karena mempunyai informasi privat.

Husnan (1992) menulis artikel mengenai efisiensi pasar modal Indonesia yang dilihat secara mikro dan secara makro. Kesimpulannya menyatakan bahwa telah terjadi peningkatan dalam efisiensi lemah, tetapi tidak untuk efisiensi yang setengah kuat. Affandi dan Utama (1998) dalam Manurung (2007:20) melakukan penyelidikan terhadap pasar modal Indonesia dengan menggunakan Cumulative Average

Abnormal Return dalam rangka menguji pengumuman laba dengan stock return yang juga dikenal pasar efisien dalam bentuk setengah

kuat. Hasilnya menyatakan bahwa bahwa pasar modal Indonesia berada dalam bentuk yang setengah kuat (semistrong form).

Efficient Market Hypothesis bentuk semikuat menyatakan bahwa

harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan (all publicly available information) termasuk informasi yang berada di laporan-laporan keuangan perusahaan emiten (Jogiyanto H.M, 2003:371). Tersedianya informasi yang cepat dan akurat mengenai peningkatan kinerja perusahaan, melalui peningkatan rasio CAMEL dari tahun ke tahun dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan harga saham.


(32)

2.2.3. Pengertian, Fungsi dan Jenis Bank

Bila dilihat dari segi usahanya, bank dapat diartikan sebagai suatu badan usaha yang kegiatan utamanya menerima simpanan dari masyarakat dan atau dari pihak lainnnya kemudian mengalokasikannya kembali untuk memperoleh keuntungan serta menyediakan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran (Hasibuan, 2001:64). Beberapa pendapat lain mengemukakan pengertian bank sebagai berikut :

a. Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 Pasal 1 Tentang Perbankan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

b. A. Abdurrachman

Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai perusahaan-perusahaan, dan lain-lain.


(33)

c. Howard D. Crosse dan George H. Hempel

Bank adalah suatu organisasi yang menggabungkan usaha manusia dan sumber-sumber keuangan untuk melaksanakan fungsi bank dalam rangka melayani kebutuhan masyarakat dan untuk memperoleh keuntungan bagi pemilik bank.

Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary (Budisantoso dan Triandaru, 2006). Secara lebih spesifik, bank dapat berfungsi sebagai

agent of trust, agent of development, dan agent of services.

Jenis bank menurut Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 adalah sebagai berikut : (Kasmir, 2000)

a. Bank Umum

Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan berfungsi sebagai agent of development yang bertujuan meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan raktyat banyak.

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.


(34)

2.2.4. Kesehatan Bank

2.2.4.1. Pengertian Kesehatan Bank

Menurut Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso (2006:51), kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.

Pengertian tentang kesehatan bank diatas merupakan suatu batasan yang sangat luas, karena kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya. Kegiatan tersebut meliputi :

a. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan dari modal sendiri.

b. Kemampuan mengelola dana.

c. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat.

d. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan pihak lain.

e. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.

2.2.4.2. Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Analisis Rasio CAMELS Sesuai Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP 31 Mei 2004 kepada semua bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional perihal sistem penilaian tingkat kesehatan bank


(35)

umum dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum, bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulanan untuk posisi bulan Maret, Juni, September, dan Desember. Apabila diperlukan Bank Indonesia meminta hasil penilaian tingkat kesehatan bank tersebut secara berkala atau sewaktu-waktu untuk posisi penilaian tersebut terutama untuk menguji ketepatan dan kecukupan hasil analisis bank. Penilaian tingkat kesehatan bank dimaksud diselesaikan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah posisi penilaian atau dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh pengawas bank terkait.

Tingkat kesehatan bank pada dasarnya dinilai dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank. Dalam hal ini digunakan analisis rasio CAMELS yang merupakan perkembangan dari analisis CAMEL, dimana analisis ini menambahkan aspek sensitivitas dalam perhitungan rasionya. Analisis rasio CAMELS digunakan untuk mengukur kinerja keuangan yang diperoleh suatu bank terhadap perhitungan kegiatan operasionalnya dengan suatu persentase tertentu yang telah ditetapkan sehingga dapat diketahui tingkat kesehatan suatu bank dalam bentuk peringkat komposit. Rasio CAMELS yang diterapkan pada penelitian ini tidak sepenuhnya sama dengan Ketentuan tentang Tata Cara Pengukuran Kesehatan Bank yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, mengingat


(36)

laporan keuangan yang dipublikasikan oleh pihak bank tidak sepenuhnya memuat data-data yang diperlukan dalam perhitungan.

Penilaian tingkat kesehatan bank sesuai dengan PBI Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 mencakup penilaian terhadap faktor-faktor CAMELS yang terdiri dari Permodalan (Capital), Kualitas Aset (Assets Quality), Manajemen (Management), Rentabilitas (Earnings), Likuiditas (Liquidity), dan Sensitivitas terhadap resiko pasar (Sensitivity to market risk) (Budisantoso dan Triandaru, 2006:53).

Perhitungan rasio keuangan dengan menggunakan metode CAMELS dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Capital (Permodalan)

Penilaian didasarkan kepada permodalan yang dimiliki oleh salah satu bank. Salah satu penilaian adalah dengan metode CAR (Capital Adequacy Ratio), yaitu dengan cara membandingkan modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).

Modal Sendiri

CAR = X 100%

Aktiva Tetap Menurut Risiko (ATMR)

Berdasarkan ketentuan yang dibuat Bank Indonesia, terdapat ketentuan bahwa modal bank terdiri dari :

1) Modal


(37)

a) Modal inti, yang terdiri dari :

- Modal disetor, yaitu modal yang disetor secara efektif oleh pemiliknya.

- Agio saham, yaitu selisih laba setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya.

- Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih sesudah dikurangi pajak yang telah disetujui.

- Cadangan tertentu, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang telah disisihkan untuk tujuan tertentu.

- Laba yang ditahan, yaitu laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak, dan belum ditentukan 25 penggunaannya oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atau rapat anggota. Dalam hal bank mempunyai saldo rugi tahun-tahun lalu, maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.

- Laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun berjalan setelah dikurangi dengan tafsiran hutang pajak. - Minority interest, yaitu modal inti anak perusahaan setelah

dikompensasikan dengan nilai penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut.


(38)

b) Modal pelengkap, terdiri dari :

- Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak. - Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, yaitu

cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan.

- Modal kuasi, yaitu modal yang didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti modal atau hutang. - Pinjaman subordinasi.

c) Modal kantor cabang bank asing, yaitu dana bersih kantor-kantor cabangnya di luar Indonesia.

ATMR merupakan pejumlahan baik itu aktiva neraca maupun aktiva administratif yang telah dikalikan bobotnya masing-masing. Pos-pos yang masuk dalam aktiva antara lain kas, emas, Giro pada Bank Indonesia, Tagihan pada bank lain, surat berharga yang dimiliki, kredit yang disalurkan, penyertaan, aktiva tetap dan inventaris, rupa-rupa aktiva, fasilitas kredit yang belum digunakan, jaminan bank, dan kewajiban untuk membeli kembali aktiva bank dengan syarat

repurchase agreement. Seluruh aktiva tersebut dikalikan dengan bobot

risiko yang telah ditetapkan BI kemudian dan disebut dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).


(39)

Menurut SK BI No. 30/11/KEP/DIR/Tgl. 30 April 1997, nilai CAR tidak boleh kurang dari 8 %. Berikut adalah ketentuan CAR dari Bank Indonesia.

Tabel 2.1: Tingkat Capital Adequacy Ratio (CAR)

Tingkat Peringkat

8 % Keatas Sehat

6,4 % – 8 % Kurang Sehat Dibawah 6,4 % Tidak Sehat Sumber : www.bi.go.id

Semakin besar CAR yang dimiliki oleh suatu bank maka kinerja bank tersebut akan semakin baik. Permasalahan modal umumnya adalah berapa modal yang harus disediakan oleh pemilik sehingga keamanan pihak ketiga dapat terjaga, dengan CAR tinggi berarti bank tersebut semakin solvable, bank memiliki modal yang cukup guna menjalankan usahanya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang diperoleh sehingga akan terjadi kenaikan pada harga saham (Siamat, 1993:84).

b. Assets Quality (Kualitas Aset)

Kinerja keuangan dari segi Asset diukur melalui kualitas aktiva produktifnya. Salah satu rasio yang digunakan adalah RORA (Return

On Risk Assets). RORA adalah rasio yang membandingkan antara laba

kotor dengan besarnya risk assets yang dimiliki. Laba kotor adalah hasil pengurangan pendapatan terhadap biaya sedangkan risk assets terdiri atas surat berharga dan kredit yang disalurkan.


(40)

Operating Income

RORA = X 100%

Total Loans + Investment

Berikut adalah ketentuan tingkat RORA dari Bank Indonesia : Tabel 2.2: Tingkat Return On Risk Assets (RORA)

Tingkat Peringkat Dibawah 3,35 % Tidak Sehat

3,35 % – 5,60 % Kurang Sehat 5,60 % - 7,85 % Cukup Sehat

Diatas 7,85 % Sehat

Sumber : www.bi.go.id

Berdasarkan pada teori semakin tinggi RORA maka akan semakin tinggi pula harga saham. Karena bank yang mempunyai RORA tinggi mengindikasikan bahwa pendapatan yang diterima besar sehingga laba yang diperoleh juga optimal dan akan menjadi pertimbangan bagi para investor untuk melakukan penanaman modal sehingga akan berpengaruh positif pada kenaikan harga saham.

c. Management (Manajemen)

Untuk mengukur tingkat kinerja manajemen, dapat dilakukan dengan penghitungan NPM (Net Profit Margin). NPM merupakan rasio keuangan yang mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasional pokok bank. Rasio ini menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya (Payamta dan Machfoedz, 1999:87). NPM ini berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan bersih


(41)

terhadap penjualan bersihnya. Menurut Ang, (1997) semakin besar nilai NPM berarti semakin efisien biaya yang dikeluarkan yang berarti semakin besar tingkat kembalian keuntungan bersih. Nilai NPM berada pada rentang 0 sampai 1, semakin mendekati 1 maka semakin efisien penggunaan biaya, yang berarti bahwa besar tingkat kembalian keuangan (return) yang akan diikuti tingginya harga saham.

Net Income

NPM = X 100%

Operating Income

d. Earnings (Rentabilitas)

Earning (rentabilitas) bank dinilai dengan rasio Return On Assets (ROA). Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

mengukur efektivitas kinerja perusahaan dalam memperoleh laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki. Laba bersih (net income) merupakan ukuran pokok keseluruhan keberhasilan perusahaan. Laba atau kurangnya laba mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mendapat pinjaman dan pendanaan ekuitas, posisi likuiditas perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk berubah. Profitabilitas atau rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan memperbandingkan antara laba dengan modal yang digunakan dalam operasi, oleh karena itu keuntungan yang besar tidak menjamin atau


(42)

bukan merupakan ukuran bahwa perusahaan itu rentable. Oleh karena itu bagi manajemen atau pihak-pihak yang lain, rentabilitas yang tinggi lebih penting daripada keuntungan yang besar.

Net Income

ROA = X100%

Total Asset

Berikut ketentuan tingkat ROA dari Bank Indonesia yang terangkum dalam tabel 2.3.

Tabel 2.3: Tingkat Return On Assets (ROA)

Tingkat Peringkat

Diatas 1,22 % Sehat

0,99 % - 1,22 % Cukup Sehat 0,77 % - 0,99 % Kurang Sehat Dibawah 0,77 % Tidak Sehat Sumber : www.bi.go.id

Menurut Dendrawijaya (2003), semakin besar ROA suatu bank, maka semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Dengan pencapaian laba yang tinggi, maka investor dapat mengharapkan keuntungan dari deviden karena pada hakekatnya dalam ekonomi konvensional, motif investasi adalah untuk memperoleh laba yang tinggi, maka apabila suatu saham menghasilkan deviden yang tinggi ketertarikan investor juga akan meningkat, sehingga kondisi tersebut akan berdampak pada peningkatan harga saham.


(43)

e. Liquidity (Likuiditas)

Rasio liquidity dapat diukur dengan menggunakan rasio salah satunya adalah LDR (Loan to Deposit Ratio). LDR merupakan rasio antara kredit dengan dana pihak ketiga. Semakin tinggi rasio ini, maka akan memberikan indikasi rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar.

Total Loans

LDR = X 100%

Total Deposit + Equity

Yang dimasukkan dalam pos dana pihak ketiga antara lain: 1) Giro, yaitu semua simpanan dalam Rupiah yang penarikannya

dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, surat perintah pambayaran lainnya atau dengan cara pemindah bukuan. 2) Deposito berjangka, yang masuk dalam pos ini adalah deposito

berjangka , deposito asuransi dan deposito on call dalam Rupiah yang penarikannya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian antara pihak ketiga dengan bank pelapor. 3) Sertifikat deposito, yaitu simpanan berjangka yang dikeluarkan

oleh bank sebagai bukti simpanan yang dapat diperjualbelikan atau dipindahtangankan kepada pihak ketiga lainnya.


(44)

4) Kewajiban jangka pendek lainnya, yang dimasukkan dalam pos ini adalah semua kewajiban pelapor kepada pihak ketiga bukan bank selain dari pos-pos di atas.

f. Sensitivity to market risk (Sensitivitas Terhadap Resiko Pasar) Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor sensitivitas terhadap risiko pasar dilakukan melalui komponen-komponen sebagai berikut :

1) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengatasi fluktuasi suku bunga dibandingkan dengan potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi suku bunga.

2) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengatasi fluktuasi nilai tukar dibandingkan dengan potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi nilai tukar.

3) Kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar.

2.2.5. Saham

2.2.5.1. Pengertian Saham

Saham adalah sebuah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (emiten) yang menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan itu. Husnan (2001:303) menyebutkan bahwa sekuritas (saham) merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal (yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari


(45)

prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya.

Dalam praktek menurut Darmadji dan Hendi (2001:6) menyebutkan bahwa dikenal adanya beraneka ragam jenis saham, antara lain :

a. Cara peralihan hak

Ditinjau dari cara peralihannya saham dibedakan menjadi saham atas unjuk dan saham atas nama.

1) Saham atas unjuk (bearer stock). Diatas sertifikat saham atas unjuk tidak dituliskan nama pemiliknya. Dengan pemilikan saham ini, seoarang pemilik sangat mudah untuk mengalihkan atau memindahkannya kepada orang lain karena sifatnya mirip dengan uang.

2) Saham atas nama (registered stock). Diatas sertifikat saham ini ditulis nama pemiliknya. Cara pemindahannya harus memenuhi prosedur tertentu yaitu dengan dokumen peralihan, kemudian kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan yang khusus memuat daftar nama pemegang saham.

b. Hak tagihan (klaim)

Ditinjau dari segi manfaatnya, pada dasarnya saham dapat digolongkan menjadi saham biasa dan saham preferen.


(46)

1) Saham biasa (common stock). Saham biasa selalu muncul dalam setiap struktur modal saham perseroan terbatas. Besar kecilnya deviden yang diterima tidak tetap, tergantung pada keputusan RUPS.

2) Saham preferen (preferred stock). Saham preferen merupakan gabungan pendanaan antara hutang dan saham biasa. Dalam praktek terdapat beraneka ragam jenis saham preferen diantaranya adalah :

a) Cumulative Preferred Stock. Saham preferen jenis ini

memberikan hak pada pemiliknya atas pembagian deviden yang sifatnya kumulatif dalam suatu persentase atau jumlah tertentu dalam arti bahwa jika pada tahun tertentu deviden yang dibayarkan tidak mencukupi atau tidak dibayar sama sekali, maka akan diperhitungkan pada tahun-tahun berikutnya.

b) Non Cumulative Preferred Stock. Pemegang saham jenis ini

mendapat prioritas dalam pembagian deviden sampai pada suatu persentase atau jumlah tertentu, tapi tidak bersifat kumulatif. Dengan demikian apabila pada suatu tahun tertentu deviden yang dibayarkan lebih kecil dari yang ditentukan atau tidak dibayar sama sekali, maka hal ini tidak dapat diperhitungkan pada tahun berikutnya.

c) Participating Preferred Stock. Pemilik saham jenis ini


(47)

ditentukan, juga memperoleh ekstra deviden apabila perusahaan dapat mencapai sasaran yang ditetapkan.

d) Convertible Preferred Stock (saham istimewa). Pemegang

saham istimewa mempunyai hak lebih tinggi dibanding pemegang saham lainnya. Hak lebih itu terutama dalam penunjukkan direksi perusahaan.

c. Berdasarkan kinerja saham 1) Blue Chip Stock

Yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar deviden.

2) Income Stock

Merupakan saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.

3) Growth Stock

Saham ini merupakan saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.

4) Speculative Stock

Adalah saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi


(48)

mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang meskipun belum pasti.

5) Counter Cyclical Stock

Saham ini merupakan saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.

2.2.5.2. Perubahan Harga Saham

Saham merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas. Harga suatu saham sangat erat kaitannya dengan harga pasar suatu saham. Harga dasar suatu saham merupakan harga perdananya. Perubahan harga saham dipengaruhi oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar sekunder. Semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan suatu saham, maka harganya akan semakin naik. Dan sebaliknya jika semakin banyak investor yang menjual atau melepaskan, maka akan berdampak pada turunnya harga saham. Harga saham merupakan nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut.

Secara umum semakin baik keuangan perusahaan dan semakin banyak keuntungan yang dinikmati oleh pemegang saham, kemungkinan harga saham akan naik. Tetapi saham yang memiliki tingkat keuntungan yang baik juga bisa mengalami penurunan harga. Hal ini dapat disebabkan oleh keadaan pasar saham. Hal seperti ini tidak akan hilang jika kepercayaan pemodal belum pulih, kondisi ekonomi belum membaik


(49)

ataupun hal-hal lain yang membaik. Salah satu resiko dari pemegang saham adalah menurunnya harga saham. Hal ini dapat diatasi dengan cara menahan saham tersebut sampai keadaan pasar membaik.

Analisis saham merupakan salah satu dari sekian tahapan dalam proses investasi yang berarti melakukan analisis terhadap individual atau sekelompok sekuritas. Analisis yang sering digunakan untuk menilai suatu saham yaitu analisis fundamental dan analisi teknikal.

a. Analisis fundamental

Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan :

1) Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang.

2) Menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.

Analisis fundamental merupakan analisis historis atas kekuatan keuangan dari suatu perusahaan yang sering disebut company

analysis. Data yang digunakan adalah data historis, artinya data yang

telah terjadi dan mencerminkan keadaan keuangan yang telah lewat dan bukan mencerminkan keadaan keuangan yang sebenarnya pada saat analisis (Husnan, 2001:303). Dalam company analysis para pemodal (investor) akan mempelajari laporan keuangan perusahaan yang salah satunya dengan menggunakan analisis rasio keuangan, mengidentifikasi kecenderungan atau pertumbuhan yang mungkin


(50)

ada, mengevaluasi efisiensi operasional dan memahami sifat dasar dan karakteristik operasional dari perusahaan tersebut.

Para analis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa datang dengan mengestimasi nilai dari faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa datang, dan menempatkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.

b. Analisis teknikal

Analisis teknikal merupakan suatu teknik yang menggunakan data atau catatan pasar untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham, volume perdagangan, indeks harga saham baik individual maupun gabungan, serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis (Husnan, 2001:338). Model analisis teknikal lebih menekankan pada perilaku pasar modal dimasa datang berdasarkan kebiasaan dimasa lalu. Analisis ini berupaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar) diwaktu lalu. Para penganut analisis ini, menyatakan bahwa :

1) Harga saham mencerminkan informasi yang relevan.

2) Informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga saham diwaktu lalu.

3) Karena perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu, maka pola tersebut akan berulang.


(51)

Sasaran yang ingin dicapai dari analisis adalah ketepatan waktu dalam memprediksi pergerakan harga jangka pendek suatu saham, oleh karena itu informasi yang berasal dari faktor-faktor teknis sangat penting bagi pemodal untuk menentukan kapan suatu saham dibeli atau harus dijual.

2.2.5.3. Beberapa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Harga Saham

Menurut Kasmir (2002:263-288), beberapa rasio keuangan yang dianggap penting antara lain :

a. Rasio Likuiditas

Rasio ini bertujuan untuk mengukur seberapa likuid suatu bank. Dalam rasio ini terdiri dari beberapa jenis rasio yaitu : banking ratio,

asset to loan ratio, loan to deposit ratio, quick ratio, investing policy ratio, investment portofolio ratio, cash ratio, investment risk ratio, liquidity risk ratio, credit risk ratio, deposit risk ratio.

b. Rasio Solvabilitas

Rasio ini bertujuan untuk mengukur efisiensi bank dalam menjalankan aktivitasnya. Dalam rasio ini terdiri dari beberapa jenis yaitu : capital

adequacy ratio, primary ratio, risk assets ratio, secondary risk ratio, capital risk, capital ratio.


(52)

c. Rasio Rentabilitas

Rasio rentabilitas bertujuan untuk mengukur efektivitas bank dalam mencapai tujuannya. Dalam rasio ini terdiri dari : net profit margin,

gross profit margin, leverage multiplier, ROE, ROA, net income on total assets, interest margin on loan, assets utilization, rate return on loan, interest expense ratio, dsb.

2.2.6. Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Perubahan Harga Saham

2.2.6.1. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Perubahan Harga Saham

Aspek Capital yaitu CAR (Capital Adequacy Ratio) merupakan rasio perbandingan modal sendiri bank dengan kebutuhan modal yang tersedia setelah dihitung margin risk (pertumbuhan risiko) dari akibat yang berisiko (ATMR) (Siamat, 1993:84). CAR dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian di dalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga. Menurut SK BI No. 30/11/KEP/DIR/Tgl. 30 April 1997, nilai CAR perusahaan perbankan tidak boleh kurang dari 8 %.

Pengaruh CAR terhadap perubahan harga saham dapat dijelaskan dengan signalling theory dan efficient market theory. Signalling theory menjelaskan alasan mengapa perusahaan memiliki insentif untuk melaporkan secara sukarela informasi laporan keuangan kepada pihak eksternal, yaitu untuk mengurangi asimetri informasi. Efficient Market


(53)

Theory merupakan teori dasar dari karakteristik suatu pasar modal yang

efisien dimana terdapat pemodal-pemodal yang berpengetahuan luas dan informasi tersedia secara luas kepada para pemodal sehingga mereka bereaksi secara cepat atas informasi baru yang akhirnya menyebabkan harga saham menyesesuaikan secara cepat dan akurat.

Good news berupa peningkatan CAR bank dari tahun ke tahun

diharapkan dapat merevisi kepercayaan investor terhadap perusahaan. CAR yang semakin meningkat menunjukkan kemampuan bank yang semakin baik dalam mengelola modalnya untuk mendapatkan laba. Kepercayaan tersebut akan dapat merubah permintaan dan atau penawaran harga saham perbankan yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap kenaikan harga saham yang bersangkutan.

Hasil penelitian Praditasari (2009) terhadap tingkat kesehatan bank memperlihatkan bahwa secara parsial CAR berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Penelitian Ardiani (2007) yang melakukan penelitian terhadap perusahaan perbankan yang go public di BEJ juga menunjukkan hasil yang serupa, yaitu CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa investor cenderung memperhatikan aspek permodalan (CAR) dalam menentukan dan membeli harga saham perbankan.


(54)

2.2.6.2. Pengaruh Return On Risk Assets (RORA) Terhadap Perubahan Harga Saham

Aspek kualitas aktiva produktif yaitu RORA (Return On Risk

Assets) merupakan rasio yang membandingkan antara pendapatan

operasional dengan besarnya risk assets (total loans dan invesments) yang dimiliki. RORA mengukur kemampuan bank dalam usahanya mengoptimalkan penanaman aktiva yang dimiliki untuk memperoleh laba. Menurut peraturan Bank Indonesia, nilai RORA yang sehat berada di atas 7,85%.

Pengaruh rasio RORA terhadap perubahan harga saham dapat dijelaskan dengan signalling theory dan efficient market theory.

Signalling theory menjelaskan alasan mengapa perusahaan memiliki

insentif untuk melaporkan secara sukarela informasi laporan keuangan kepada pihak eksternal, yaitu untuk mengurangi asimetri informasi.

Efficient Market Theory merupakan teori dasar dari karakteristik suatu

pasar modal yang efisien dimana terdapat pemodal-pemodal yang berpengetahuan luas dan informasi tersedia secara luas kepada para pemodal sehingga mereka bereaksi secara cepat atas informasi baru yang akhirnya menyebabkan harga saham menyesesuaikan secara cepat dan akurat.

Good news berupa peningkatan rasio RORA bank dari tahun ke

tahun diharapkan dapat merevisi kepercayaan investor terhadap perusahaan. Rasio RORA yang semakin meningkat menunjukkan


(55)

kemampuan bank yang semakin baik dalam mengoptimalkan aktivanya untuk mendapatkan laba. Kepercayaan tersebut dapat merubah permintaan dan atau penawaran harga saham perbankan yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap kenaikan harga saham yang bersangkutan.

Penelitian Ardiani (2007) menunjukkan hasil rasio RORA berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham. Penelitian Purwasih (2010) juga menunjukkan hasil serupa, bahwa RORA berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap perubahan harga saham perusahaan perbankan yang go public di BEI. Dapat disimpulkan investor cenderung memperhatikan kualitas aktiva produktif dalam menentukan dan membeli saham.

2.2.6.3. Pengaruh Net Profit Margin (NPM) Terhadap Perubahan Harga Saham

Aspek manajemen yaitu NPM (Net Profit Margin) yang digunakan untuk mengetahui secara langsung keuntungan bersihnya. Menurut Ang (1997) semakin besar nilai NPM berarti semakin efisien biaya yang dikeluarkan yang berarti semakin besar tingkat kembalian keuntungan bersih. Nilai NPM berada pada rentang 0 sampai 1, semakin mendekati 1 maka semakin efisien penggunaan biaya, yang berarti bahwa semakin besar tingkat return yang diperoleh.

Pengaruh rasio Net Profit Margin (NPM) terhadap perubahan harga saham dapat dijelaskan dengan signalling theory dan efficient market


(56)

theory. Signalling theory menjelaskan alasan mengapa perusahaan

memiliki insentif untuk melaporkan secara sukarela informasi laporan keuangan kepada pihak eksternal, yaitu untuk mengurangi asimetri informasi. Efficient Market Theory merupakan teori dasar dari karakteristik suatu pasar modal yang efisien dimana terdapat pemodal-pemodal yang berpengetahuan luas dan informasi tersedia secara luas kepada para pemodal sehingga mereka bereaksi secara cepat atas informasi baru yang akhirnya menyebabkan harga saham menyesesuaikan secara cepat dan akurat.

Good news berupa peningkatan rasio NPM bank dari tahun ke

tahun diharapkan dapat merevisi kepercayaan investor terhadap perusahaan. Rasio NPM yang semakin meningkat menunjukkan kemampuan manajemen yang semakin baik dalam mengelola perusahaan untuk mendapatkan laba bersih. Kepercayaan tersebut akan dapat merubah permintaan dan atau penawaran harga saham perbankan yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap kenaikan harga saham yang bersangkutan.

2.2.6.4. Pengaruh Return On Assets (ROA) Terhadap Perubahan Harga Saham

Aspek earning yaitu Return On Assets (ROA), menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mengukur efektivitas kinerja perusahaan dalam memperoleh laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki.


(57)

Bank Indonesia mengisyaratkan tingkat ROA yang baik diatas 1,22%. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.

Pengaruh rasio Return On Assets (ROA) terhadap perubahan harga saham dapat dijelaskan dengan signalling theory dan efficient market

theory. Signalling theory menjelaskan alasan mengapa perusahaan

memiliki insentif untuk melaporkan secara sukarela informasi laporan keuangan kepada pihak eksternal, yaitu untuk mengurangi asimetri informasi. Efficient Market Theory merupakan teori dasar dari karakteristik suatu pasar modal yang efisien dimana terdapat pemodal-pemodal yang berpengetahuan luas dan informasi tersedia secara luas kepada para pemodal sehingga mereka bereaksi secara cepat atas informasi baru yang akhirnya menyebabkan harga saham menyesesuaikan secara cepat dan akurat.

Good news berupa peningkatan rasio ROA bank dari tahun ke

tahun diharapkan dapat merevisi kepercayaan investor terhadap perusahaan. Rasio ROA yang semakin meningkat menunjukkan posisi bank yang semakin baik dari segi penggunaan aset untuk mendapatkan laba. Kepercayaan tersebut akan dapat merubah permintaan dan atau penawaran harga saham perbankan yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap kenaikan harga saham yang bersangkutan.

Berdasarkan penelitian Purwasih (2010) menunjukkan hasil bahwa ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan harga


(58)

saham. Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan ROA yang tinggi berarti rasio profitabilitas juga tinggi.

2.2.6.5. Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) Terhadap Perubahan Harga Saham

Aspek likuiditas yaitu LDR (Loan to Deposit Ratio). Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditas. Semakin tinggi rasio LDR semakin rendah pula kemampuan likuiditas bank (Siamat, 1993). LDR yang tinggi berarti resiko dalam berinvestasi menjadi tinggi. Dengan likuiditas bank yang rendah maka hal tersebut akan berdampak pada hilangnya kepercayaan konsumen pada bank tersebut. Menurut Kasmir (2003:272) batas aman LDR menurut peraturan pemerintah adalah sebesar 110 %.

Pengaruh rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap perubahan harga saham dapat dijelaskan dengan signalling theory dan efficient

market theory. Signalling theory menjelaskan alasan mengapa

perusahaan memiliki insentif untuk melaporkan secara sukarela informasi laporan keuangan kepada pihak eksternal, yaitu untuk mengurangi asimetri informasi. Efficient Market Theory merupakan teori dasar dari karakteristik suatu pasar modal yang efisien dimana terdapat pemodal-pemodal yang berpengetahuan luas dan informasi tersedia secara luas kepada para pemodal sehingga mereka bereaksi secara cepat atas


(59)

informasi baru yang akhirnya menyebabkan harga saham menyesesuaikan secara cepat dan akurat.

Bad news berupa peningkatan LDR bank dari tahun ke tahun dapat

merevisi kepercayaan investor terhadap perusahaan. Loan to Deposit

Ratio yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan perbankan memiliki

tingkat likuiditas yang rendah sehingga resiko dalam berinvestasi menjadi tinggi. Dengan nilai LDR yang tinggi, dapat berdampak pada hilangnya kepercayaan pada bank yang bersangkutan. Hal tersebut akan dapat merubah permintaan dan atau penawaran harga saham perbankan yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap penurunan harga saham yang bersangkutan.

Penelitian Purwasih (2010) menunjukkan bahwa LDR mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap perubahan harga saham. Penelitian Praditasari (2009) dan Ardiani (2007) juga menunjukkan bahwa LDR mempunyai pengaruh signifikan terhadap perubahan harga saham.


(60)

2.3. Kerangka Konseptual

Capital Adequacy Ratio (CAR) X1

H1

Return On Risk Assets (RORA) X2

H2

Perubahan Harga Saham (Y) Net Profit Margin

(NPM) X3

H3

2.4. Hipotesis

Berdasarkan hubungan antara landasan teori, kerangka konseptual terhadap perumusan masalah maka hipotesis atau jawaban sementara dari permasalahan dalam penelitian ini adalah :

H1: Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap perubahan harga saham pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI).

H2: Return On Risk Assets (RORA) berpengaruh positif terhadap perubahan harga saham pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Return On Assets (ROA) X4

Loan to Deposit Ratio (LDR) X5

H4


(61)

45

 

H3: Net Profit Margin (NPM) berpengaruh positif terhadap perubahan harga saham pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI).

H4: Return On Assets (ROA) berpengaruh positif terhadap perubahan harga saham pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI).

H5: Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh negatif terhadap perubahan harga saham pada perusahaan perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI).


(62)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel pengkuran dan operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah :

3.1.1. Variabel Bebas atau Independen Variabel (X)

Variabel bebas atau variabel independen, yaitu variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain (Indriantoro dan Supomo, 2002:63). Variabel bebas pada penelitian ini meliputi antara lain: 1) CAR (X1)

CAR merupakan rasio untuk mengukur kemampuan atau kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menutup kemungkinan kerugian dalam aktivitas perkreditan dan perdagangan surat berharga. Besarnya CAR dapat dihitung dengan rumus (Kasmir, 2004:278):

Modal Sendiri

CAR = X 100%


(63)

2) RORA (X2)

RORA merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam mengoptimalkan aktiva yang dimilikinya untuk memperoleh laba. Besarnya RORA dapat dihitung dengan rumus (Koch, 2000:115) :

Operating Income

RORA = X 100%

Total Loans + Investment

3) NPM (X3)

NPM merupakan rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Besarnya NPM dapat dihitung dengan rumus (Kasmir, 2000:47):

Net Income

NPM = X 100%

Operating Income

4) ROA (X4)

ROA merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan pendapatan berdasarkan aktiva yang dikuasi. Besarnya ROA dapat dihitung dengan rumus (Hasibuan, 2001:100):

Net Income

ROA = X100%


(64)

5) LDR (X5)

LDR merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang disalurkan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Besarnya LDR dapat dihitung dengan rumus (Kasmir, 2004:272):

Total Loans

LDR = X 100%

Total Deposit + Equity

3.1.2. Variabel Terikat atau Dependen Variabel (Perubahan Harga Saham/Y)

Variabel terikat atau variabel dependen adalah jenis variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen (Indriantoro dan Supomo, 2002:63). Variabel terikat pada penelitian ini adalah perubahan harga saham. Harga saham adalah nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut. Harga saham perusahaan perbankan dilihat pada saat penutupan (closing price) pada laporan keuangan perusahaan perbankan di BEI periode tahun 2007-2009.

Perubahan harga saham dapat dirumuskan sebagai berikut (Suad Husnan, 2001:36) :

Pt – Pt-1

ΔHarga Saham = X 100% Pt-1

Keterangan :


(65)

Pt : Harga penutupan saham perbankan pada waktu t

Pt-1 : Harga penutupan saham perbankan pada waktu t-1

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi merupakan kelompok obyek atau subyek yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek atau obyek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono, 2002:44).

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang go

public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai tahun 2009

yaitu sebanyak 29 bank.

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah sampel harus merupakan representatif dari sebuah populasi (Sumarsono, 2002:44).

Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang go

public di Bursa Efek Indonesia (BEI). Teknik pengambilan sampel pada

penelitian ini menggunakan purposive sampling (Sugiyono, 2002), yaitu pengambilan sampel dengan menggunakan pertimbangan-pertimbangan


(1)

Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas : Varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain

mempunyai varian yang berbeda. Jika sama namanya Homoskedastisitas. Model regresi yang baik tidak mempunyai Heteroskedastisitas.

Deteksi Adanya Heteroskedastisitas :

a. Dari Scatter Plot Residual: jika ada pola tertentu (seperti titik-titik /point-point yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, menyebar kemudian menyempit)

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas 0 pada sumbu Y, maka

tidak terjadi Heteroskedastisitas.

c. Pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel X. Hal ini bisa diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Rumus rank Spearman adalah :

rs = 1 – 6

N 1

N

d

2 2 i 

Keterangan :

di = perbedaan dalam rank antara residual dengan variabel bebas ke-i N = banyaknya data

Pengujian Heteroskedastisitas di sini menggunakan korelasi rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas dengan hasil analisis sbb:

Nonparametric Correlations

Correlations

1.000 . 50 -.078 .588 50 -.025 .863 50 -.027 .850 50 -.007 .963 50 .013 .928 50 Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Unstandardized Residual

CAR

RORA

NPM

ROA

LDR Spearman's rho

Unstandardiz ed Residual

Hasil analisis menunjukkan bahwa pada variabel X1 = 0,588, X2 = 0,863, X3 = 0,850, X4 = 0,963 dan X5 = 0,928 TIDAK mempunyai korelasi yang signifikan antara residual dengan variabel bebasnya, maka hasil analisis ini dapat disimpulkan semua variabel penelitian tidak terjadi Heteroskedastisitas.

Uji Autokorelasi

Autokorelasi : Adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pengganggu periode t-1 (sebelumnya). Jika data di atas 15 Catatan: Autokorelasi pada sebagian besar data time series.

Deteksi Autokorelasi:

a. Besarnya Angka Durbin Watson

Patokan : Angka D-W di bawah –2 ada autokorelasi (positif) Angka D-W di atas +2 ada autokorelasi (negatif)

Angka Berada diantara –2 sampai +2 Tidak ada Autokorelasi (atau Membandingkan dengan Tabel Durbin Watson)


(2)

Tidak ada autokorelasi positif dan tidak ada

autokorelasi negatif

dL dU 4 - dU 4 - dL 4

0

ada auto

korelasi positif

daerah keragu raguan

ada auto

korelasi negatif

daerah keragu raguan

a. Koefisien determinasi berganda (R square) tinggi b. Koefisien korelasi sederhananya tinggi.

c. Nilai F hitung tinggi (signifikan)

d. Tapi tak satupun (atau sedikit sekali) diantara variabel bebas yang signifikan.

Untuk asumsi klasik yang mendeteksi adanya autokorelasi di sini dilihat dari hasil analisis yang menunjukkan hasil bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1,574, hal ini menunjukkan tidak terdapat gejala autokorelasi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi linier berganda yang diperoleh pada penelitian ini sebagian data tidak memenuhi asumsi klasiknya yaitu tidak memenuhi multikolinieritas dan normalitas datanya untuk sebagian variabel, sehingga hasil analisis mengandung bias untuk diintepretasikan secara keseluruhan terutama mengenai multikolinieritas dan data penelitian, meskipun kualitas datanya telah memenuhi syarat. Oleh karena itu idealnya perlu dilakukan upaya menghindarkan pelanggaran asumsi klasiknya, upaya tersebut yaitu dengan melakukan pengobatan atas pelanggaran asumsi klasiknya diantaranya yaitu dengan melakukan pengujian kembali.

Meskipun demikian perlu dijelaskan hasil analisis regresi yang pertama sebagai berikut:

Hasil Regresi Berganda Coefficientsa

527.770 886.918 .595 .555

-37.031 12.995 -.324 -2.850 .007 -.395 .790 1.265

154.967 234.728 .305 .660 .513 .099 .048 20.941

53.938 48.199 .401 1.119 .269 .166 .080 12.567

-41.621 362.248 -.042 -.115 .909 -.017 .077 13.027

-4.635 11.846 -.069 -.391 .698 -.059 .324 3.090

(Constant) CAR RORA NPM ROA LDR Model 1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Partial Correlatio

ns

Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: Per.HargaSaham a.

Uji Hipotesis :


(3)

5. LDR (X5) berpengaruh terhadap Perubahan Harga Saham (Y) tidak dapat diterima dengan tingkat [Sig. ,698 > 0,05 : tidak signifikan [negatif].

6. Pengaruh secara simultan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya diperoleh hasil analisis yang signifikan dan positif dengan tingkat signifikan 0,000

ANOVAb

24372790 5 4874557.964 10.804 .000a

19851743 44 451175.966

44224532 49

Regression Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), LDR, ROA, CAR, NPM, RORA a.

Dependent Variable: Per.HargaSaham b.

Model Summaryb

.742a .551 .500 671.696 1.574 Model

1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), LDR, ROA, CAR, NPM, RORA a.

Dependent Variable: Per.HargaSaham b.

Untuk memperoleh hasil penelitian yang lebih baik, maka peneliti menganggap perlu untuk melakukan pengujian lagi dengan menganalisis variabel yang diperkirakan dapat memperoleh hasil yang lebih baik, untuk itu dengan pertimbangan nilai multikolinieritas dan lainnya, maka peneliti melakukan trimming (membuang) variabel RORA (X2), sehingga data variabel penelitian yang dianalisis yaitu variabel X1, X3 X4, dan X5 terhadap Y dengan hasil analisis sebagai berikut:

Regression II

Descriptive Statistics

571.56 950.022 50

19.8758 8.30646 50

12.1572 7.05749 50

1.6484 .95607 50

61.1052 14.23932 50

Per.HargaSaham CAR

NPM ROA LDR


(4)

Correlations

1.000 -.276 .683 .626 -.211

-.276 1.000 -.015 -.108 -.380

.683 -.015 1.000 .891 -.348

.626 -.108 .891 1.000 -.053

-.211 -.380 -.348 -.053 1.000

. .026 .000 .000 .071

.026 . .458 .228 .003

.000 .458 . .000 .007

.000 .228 .000 . .359

.071 .003 .007 .359 .

50 50 50 50 50

50 50 50 50 50

50 50 50 50 50

50 50 50 50 50

50 50 50 50 50

Per.HargaSaham CAR

NPM ROA LDR

Per.HargaSaham CAR

NPM ROA LDR

Per.HargaSaham CAR

NPM ROA LDR Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

N

Per.

HargaSaham CAR NPM ROA LDR

Uji Autokorelasi

Autokorelasi : Adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pengganggu periode t-1 (sebelumnya). Jika data di atas 15 Catatan: Autokorelasi pada sebagian besar data time series.

Deteksi Autokorelasi:

b. Besarnya Angka Durbin Watson

Patokan : Angka D-W di bawah –2 ada autokorelasi (positif) Angka D-W di atas +2 ada autokorelasi (negatif)

Angka Berada diantara –2 sampai +2 Tidak ada Autokorelasi (atau Membandingkan dengan Tabel Durbin Watson)

Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva di bawah ini.

Tidak ada autokorelasi positif dan tidak ada

autokorelasi negatif

dL dU 4 - dU 4 - dL 4

0

ada auto

korelasi positif

daerah keragu raguan

ada auto

korelasi negatif

daerah keragu raguan

e. Koefisien determinasi berganda (R square) tinggi f. Koefisien korelasi sederhananya tinggi.

g. Nilai F hitung tinggi (signifikan)

h. Tapi tak satupun (atau sedikit sekali) diantara variabel bebas yang signifikan.

Untuk asumsi klasik yang mendeteksi adanya autokorelasi di sini dilihat dari hasil analisis yang menunjukkan hasil bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1,585, hal ini


(5)

Model Summaryb

.739a .547 .506 667.473 1.585 Model

1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), LDR, ROA, CAR, NPM a.

Dependent Variable: Per.HargaSaham b.

Uji Heteroskedastisitas

Hasil analisis menunjukkan bahwa pada variabel X1, X3, X4 dan X5 TIDAK mempunyai korelasi (korelasinya tidak signifikan) antara residual dengan variabel bebasnya maka hasil analisis ini dapat disimpulkan sebagian variabel penelitian tidak terjadi Heteroskedastisitas.

Correlations

1.000 . 50 -.078 .588 50 -.027 .850 50 -.007 .963 50 .013 .928 50 Correlation Coefficient

Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)

N Unstandardized Residual

CAR

NPM

ROA

LDR Spearman's rho

Unstandardiz ed Residual

Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas : Adanya korelasi variabel independen dalam regresi berganda.

Deteksi adanya Multikolinier :

a. Besarnya VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance

- Jika VIF melebihi angka 10, maka variabel tersebut mengindikasikan adanya multikolinieritas. (Gujarati)

b. Nilai Eigenvalue mendekati 0 (Singgih Santoso) c. Condition Index melebihi angka 15 (Singgih Santoso)

Dalam pengujian asumsi klasik terhadap analisis regresi linier berganda menyatakan bahwa penelitian ini tidak menunjukkan adalah multikolinieritas atau non multikolinieritas, karena nilai VIF dari masing-masing variabel X1= 1,207: X3= 8,776: X4=7,655 , dan X5 = 2,073; (lebih kecil dari 10). Syarat terjadi multikolinieritas jika nilai VIF (Variance Inflation Factor)  10 (Cryer,1994 : 681).


(6)

Coefficientsa

775.670 798.458 .971 .337

-35.189 12.612 -.308 -2.790 .008 .828 1.207

71.415 40.025 .531 1.784 .081 .114 8.776

111.953 275.945 .113 .406 .687 .131 7.655

-9.123 9.640 -.137 -.946 .349 .482 2.073

(Constant) CAR NPM ROA LDR Model 1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: Per.HargaSaham a.

Uji Hipotesis :

1. CAR (X1)berpengaruh terhadap Perubahan Harga Saham (Y), dapat diterima dengan tingkat [Sig. ,008 < 0,05 : signifikan [Negatif].

2. NPM (X3) berpengaruh terhadap Perubahan Harga Saham (Y), tidak dapat diterima [Sig. ,081 > 0,05 : tidak signifikan [positif].

3. ROA (X4) berpengaruh terhadap Perubahan Harga Saham (Y) tidak dapat diterima dengan tingkat [Sig. ,687 > 0,05 : tidak signifikan [positif].

4. LDR (X5) berpengaruh terhadap Perubahan Harga Saham (Y) tidak dapat diterima dengan tingkat [Sig. ,349 > 0,05 : tidak signifikan [negatif].

5. Pengaruh secara simultan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya diperoleh hasil analisis yang signifikan dan positif dengan tingkat signifikan 0,000

Model Summaryb

.739a .547 .506 667.473 1.585 Model

1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), LDR, ROA, CAR, NPM a.

Dependent Variable: Per.HargaSaham b.

ANOVAb

24176139 4 6044034.826 13.566 .000a 20048393 45 445519.845

44224532 49 Regression

Residual Total Model

1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), LDR, ROA, CAR, NPM a.

Dependent Variable: Per.HargaSaham b.

Terlihat dari angka Fhitung = 13,566 dengan Sig.0,000 < 0,05 : Signifikan positif, berarti secara bersama-sama perubahan keempat variabel CAR (X1) , NPM (X3), ROA (X4) dan LDR (X5) mampu menjelaskan perubahan variabel Perubahan Harga Saham (Y)


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split) Terhadap Perubahan Harga Saham dan Likuiditas Saham Pada Perusahaan Go Public Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 51 103

Valuasi Harga Wajar Saham Sektor Perbankan Yang Go Public Di BEI

15 120 128

Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

1 36 105

PENGARUH RASIO INDIKATOR TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN GO PUBLIC Pengaruh Rasio Indikator Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 13

PENDAHULUAN Pengaruh Rasio Indikator Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 4 10

PENGARUH RASIO INDIKATOR TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PERBANKAN GO PUBLIC Pengaruh Rasio Indikator Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 5 17

Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Harga Saham (Studi Empiris Perusahaan Perbankan Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia).

0 0 6

Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

0 0 10

Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Go Public Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013

0 0 2

ANALISIS PENGARUH TINGKAT KESEHATAN BANK TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

0 0 26