Keseluruhan, tidur REM adalah 20-25 tidur total, stadium NREM 1 dan 2 adalah 50-60 pada dewasa muda. Bayi mengahabiskan waktunya jauh lebih
banyak pada tidur REM. Sebaliknya, pada orang usia lanjut tidur REM dan gelombang lambat stadium 4 berkurang Sherwood, 2001.
2.4 SISTEM RESPIRASI SAAT TIDUR
Saat ini diketahui bahwa pada keadaan tidur tubuh tidak seluruhnya beristirahat tetapi terdapat aktivitas pada fase-fase tidur. Sistem respirasi,
esophagus, kardiovaskular dan fisiologi otak menunjukkan perubahan selama tidur. Pada orang normal sistem respirasi akan menurun selama tidur yaitu terjadi
hipoventilasi alveolar. Frekuensi pernafasan dan ventilasi semenit akan menurun selama tidur NREM dan pada umumnya bertamabah cepat, dangkal, dan tak
menentu pada tidur REM Arifin et al., 2010. Otot faring bertanggung jawab untuk menjaga patensi jalan nafas saat
bernafas. Saraf yang mengontrol otot-otot ini berasal dari daerah yang sama dari batang otak yang juga bertanggung jawab untuk mengendalikan otot-otot
diafragma dan interkostal. Oleh sebab itu, otot-otot saluran pernafasan bagian atas bekerja seirama dengan pernafasan. Selama terjaga, otot ini memiliki tingkatan
aktivitas tonus yang tinggi Lapinsky et al., 1997. Penurunan fungsi respirasi selama tidur disebabkan karena kolapsnya
sebagian saluran nafas atas yang disertai penurunan tonus otot interkostal dan genioglosus. Penurunan refleks batuk dan bersihan mukosilier selama kedua fase
tidur akan menyebabkan retensi sputum. Keadaan ini kurang berpengaruh terhadap orang normal tetapi merupakan merupakan keadaan yang darurat
mengancam jiwa pada penderita asma, PPOK, sleep apnea atau keadaan kelainan respirasi lain. Kontrol pernafasan selama tidur REM bukan melalui refleks vagal
seperti pada fase terjaga dan pada tidur NREM. Fase REM dianggap berasal dari penghambatan homeostatic feedback regulation hypothalamus Arifin et al.,
2010. Kecepatan pernafasan dan ventilasi per menit menurun selama tidur
NREM dan menjadi bervariasi selama tidur REM. Respon ventilasi terhadap
Universitas Sumatera Utara
karbondioksida melemah selama tidur NREM, yang menyebabkan PCO
2
lebih tinggi. Selama tidur REM, respon ventilasi terhadap hiperkapnea dan hipoksia
memperlihatkan variabilitas yang nyata. Otot pernafasan yang bertanggung jawab untuk kelatenan jalan udara atas menjadi hipotonik sepanjang tidur dan selama
tidur REM, hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan resistensi jalan nafas. Selain itu, refleks batuk berubah atau tidak ada selama tidur. Perubahan fungsi
respiratori ini mungkin relevan terhadap patogenesis OSA Czeisler et al., 1995. Saat mulai tidur gambaran EEG terlihat perlambatan gelombang serta
penurunan ventilasi semenit. Pada pasien dengan obstructive Sleep Apnea OSA penurunan atau penghentian aliran udara disebabkan oleh kolaps jalan nafas atas
yang progresif dan menyebabkan penurunan saturasi oksihemoglobin serta terjadi stimulasi kemoreseptor perifer carotid bodies. Stimulasi kemorefleks terjadi
melalui sistem saraf pusat sehingga meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis yang ditandai dengan lonjakan microneurographic. Saat terbangun dari tidur,
ventilasi dan saturasi oksihemoglobin akan kembali normal serta terjadi hambatan terhadap aktivitas sistem saraf simpatis oleh aferen yang berasal dari
mekanoreseptor toraks yang bersinaps pada batang otak Arifin et al., 2010.
2.5 MENDENGKUR