melaksanakan tugas rutin karena tidak memadainya informasi, keterbatasan waktu dan adanya tekanan lain.
2. Gangguan: Gangguan dalam pengendalian intern yang telah ditetapkan terjadi
karena personil secara keliru memahami perintah atau membuat kelalaian, tidak adanya perhatian atau kelelahan. Perubahan bersifat sementara atau
permanen dalam personil atau dalam sistem dan prosedur dapat pula mengakibatkan gangguan.
3. Kolusi: Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan. Kolusi
dapat mengakibatkan kerusakan pengendalian intern dan tidak terdeteksinya kecurangan oleh pengendalian intern yang dirancang.
4. Pengabaikkan oleh manajemen: Manajemen dapat mengabaikkan kebijakan
dan prosedur yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah, seperti keuntungan pribadi manajer, penyajian kolusi keuangan yang berlebihan.
5. Biaya lawan manfaat: Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan
pengendalian intern melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian tersebut.
2.3. Ukuran Pemerintah Daerah
Ukuran Pemerintah Daerah adalah sebuah skala yang dapat menunjukkan besar kecilnya keadaan Pemerintah Daerah Hartono 2014. Ukuran dalam sebuah
entitas lazimnya digunakan sebagai suatu skala ukur dimana dapat diklasifikasikan ukuran besar kecilnya suatu entitas. Ukuran sebuah entitas dapat
dijadikan sebuah gambaran secara umum yang bisa dilihat secara fisik luar organisasi. Penelitian yang dilakukan Doyle et al 2007 menggunakan nilai pasar
ekuitas untuk mengukur besar kecilnya suatu perusahaan. Menurut Ferry dan Jones dalam Panjaitan 2004, tolok ukur yang bisa dijadikan dasar untuk
menunjukkan besar kecilnya suatu entitas atau perusahaan antara lain: total penjualan, rata-rata tingkat penjualan, dan total aktiva. Perusahaan yang tergolong
ke dalam ukuran besar pada umumnya memiliki aset yang besar pula, sehingga dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.
Menurut Permendagri No. 17 Tahun 2007, Barang Milik Daerah BMD adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau perolehan
yang sah antara lain: 1.
Barang yang diperoleh dari hibahsumbangan atau yang sejenis, 2.
Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian kontrak, 3.
Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
BMD sebagaimana tersebut di atas, terdiri dari: 1.
Barang yang dimiliki Pemerintah Daerah yang penggunaannya berada pada SKPDInstansiLembaga Pemerintah Daerah lainnya sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan, 2.
Barang yang dimiliki oleh Perusahaan Daerah atau BUMD lainnya yang status barangnya dipisahkan.
BMD merupakan bagian dari aset pemerintah daerah yang berwujud. BMD termasuk dalam aset lancar dan aset tetap. Aset lancar adalah aset yang
diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 bulan sejak tanggal pelaporan, berupa persediaan. Sedangkan aset tetap
adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum,
meliputi tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, aset tetap lainnya, serta konstruksi dalam pengerjaan. Berdasarkan
uraian di atas dapat diketahui bahwa aset daerah terdiri dari aset lancar, aset tetap, dan aset lainnya, sedangkan barang daerah adalah persediaan bagian dari aset
lancar ditambah seluruh aset tetap yang ada di neraca daerah. Suatu entitas yang memiliki total aktiva besar menunjukkan entitas
tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah mencapai suatu kondisi positif dan dianggap memiliki prospek
yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba
dibandingkan perusahaan dengan total aset yang kecil Indriani 2005 dalam Putro 2013. Posisi arus kas memiliki peran penting dalam menentukan kestabilan
perusahaan. Perusahaan yang memiliki nilai arus kas positif menunjukkan bahwa aliran kas yang masuk kedalam perusahaan maupun yang keluar dari perusahaan
tersebut baik yang memperlihatkan kestabilan dan kelancaran. Nilai positif dari arus kas perusahaan ini menunjukkan prospek perusahaan kedepannya. Nilai ini
bisa dijadikan investor dalam menentukan langkah untuk berinvestasi dalam perusahaan tersebut.
Perusahaan dengan ukuran besar relatif lebih stabil tingkat keuangannya jika dibandingkan dengan perusahaan kecil. Selain itu tingkat kelemahan
pengendalian intern yang terjadi pada organisasi dengan ukuran besar cenderung
lebih sedikit, hal ini dikarenakan perusahaan dengan ukuran besar mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas serta sistem pengawasan yang baik. Pihak
manajemen perusahaan akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga aset perusahaannya dari kecurangan yang akan merugikan perusahaan. Pengawasan ini
dilakukan dengan menerapkan Standart Operating Procedure SOP perusahaan yang mampu melindungi aset perusahaan.
Dalam konteks pemerintahan, besar kecilnya ukuran suatu pemerintahan dapat dilihat dari total pendapatan yang diperoleh dalam setahun dan jumlah
penduduk. Total pendapatan suatu daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah PAD, Dana Perimbangan DAU, DAK, DBH dan lain-lain dari pendapatan
daerah yang sah Kristanto 2009. Dalam konteks pemerintahan daerah, pemerintah kabupatenkota yang memiliki ukuran lebih besar cenderung memiliki
sumber daya yang besar pula. Besarnya sumber daya yang dimiliki suatu daerah memungkinkan daerah tersebut untuk menerapkan tertib administrasi dan
pengelolaan keuangan daerah. Selain itu, tekanan politis yang dialami oleh birokrasi pemerintah daerah yang besar cenderung lebih tinggi sehingga membuat
para birokrat harus lebih transparan dalam pengelolaan keuangan Laswad et al 2005 dalam Kristanto 2009. Sedangkan menurut Baber 2010 dalam Hartono
2014 ukuran organisasi atau entitas dalam hal ini pemerintah daerah dapat diukur dengan jumlah penduduk. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Manik
2013 dalam Hartono 2014, ia juga menggunakan populasi jumlah penduduk sebagai proksi dari ukuran. Kedua penelitian di atas sangat sejalan dengan Pasal
28 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yang menyatakan: jumlah penduduk
menjadi variabel dalam menentukan kebutuhan pendanaan daerah untuk menentukan kebijakan dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Kebutuhan akan anggaran untuk setiap daerah berbeda-beda, misalnya daerah yang mempunyai jumlah penduduk besar akan memperoleh jumlah
anggaran yang tidak sama dengan daerah yang memiliki jumlah penduduk sedikit. Penggunaan proksi populasi penduduk karena setiap daerah mempunyai jumlah
penduduk dan jumlah anggaran yang berbeda-beda, hal ini akan menimbulkan masalah dalam hal memajukan daerahnya dengan indikator jumlah penduduk.
Semakin besar jumlah penduduk dari suatu daerah maka semakin besar pula pendanaan yang digunakan untuk layanan publik dan permasalahan yang timbul
dari daerah tersebut juga semakin kompleks.
2.4. Pendapatan Asli Daerah PAD