Kendala intern Upaya Perum Perhutani dalam Menekan Lajunya Kerusakan Hutan

2 Kendala-kendala dalam Menekan Lajunya Kerusakan Hutan

a. Kendala intern

1 Pihak Perhutani Hambatan yang terjadi dalam upaya menekan laju kerusakan hutan terjadi pada pihak Perhutani yaitu petugas kurang adanya kominukasi dalam melaksanakan program yang telah dibuat, sehingga mengakibatkan kinerja petugas kurang maksimal dalam melaksanakan program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat PHBM. Hal ini juga dibuktikan dengan jarangnya kegiatan komunikasi sosial yang dilakukan pihak Perhutani dalam acara desa yang berkaitan dengan pengelolaan hutan. Penyuluhan pihak Perhutani dari masing-masing RPH kepada masyarakat dirasa intensitasnya kurang karena hanya dilakukan satu bulan sekali, bahkan kegiatan dari pihak Perhutani hanya ada yang dilakukan pada akhit tahun lihat lampiran 1 padahal demi suksesnya PHBM harus dilaksanakan sientensitas mungkin agar kesadaran masyarakat terhadap kelestarian hutan meningkat. 2 Pelaksanaan Hukum Pelaksanaan hukum pada tindak pidana kerusakan hutan mengalami beberapa kendala. Beberapa kendala atau hambatan yang mempengaruhi tidak efektifnya Undang-undang Nomor 41 Tentang Kehutanan. Beberapa faktor tersebut adalah: a Faktor Hukumnya Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999. Undang- undang merupakan faktor yang penting karena harus mewakili aspirasi dari masyarakat, dalam hal ini Undang-undang Kehutanan harus bisa memenuhi semua keinginan dari masyarakat terutama masalah kehutanan. Undang-undang sejauh mungkin dapat menampung aspirasi masyarakat, pengaturannya harus jelas dan pelaksanaannnya. Dalam hal ini perlu ditegaskan bahwa hukum itu hanya sebagai sarana belaka, karena itu kalau hukumnya baik maka akan tersedia sarana yang baik. Agar kebaikan terlaksana secara nyata, maka sarana yang perlu diterapkan dan dipergunakan sebaik- baiknya. Dalam hal ini terlaksananya kebaikan secara nyata tergantung dari kehendak dan perbuatan nyata manusia yang dapat ditunjang oleh hukum. Hukum yang baik belum tentu menjamin bahwa kebaikan akan sungguh-sungguh dapat terlaksana, tanpa manusia mau dan mampu melaksanakannya secara seksama. Tetapi walaupun demikian harus dipertimbangkan lagi karena tidak semua orang itu mampu dan mau memahami dan mengetahui adanya undang-undang ini dikarenakan beberapa faktor yaitu: - Rendahnya pendidikan yang menyebabkan cara berfikir yang masih sederhana dan masa bodoh terhadap hukum. - Daerah tempat tinggal yang terpencil sehingga sulit untuk menerima informasi yang terbaru. b Faktor Aparat Penegak Hukum Kekurangan baik dari segi kuantitas maupun kualitas aparat penegak hukum akan sangat mempengaruhi efektivitas penegakkan hukum di bidang kehutanan. Hambatan yang terjadi dalam penegakkan hukum di bidang kehutanan di KPH Banyumas Barat diantaranya adalah polisi kehutanan di dalam melakukan penegakkan hukum menemui beberapa hambatan seperti yang dikatakan oleh Wasis Susatyo, Danru Polhut KPH Banyumas Barat wawancara 18 Maret 2011 yaitu: 1 Intern - Keterbatasan Personil Kesatuan Pemangkuan Hutan Banyumas Barat hanya memiliki 9 orang personil polisi khusus - Medan areal hutan yang bervariasi - Sarana dan prasarana yang belum cukup memadai 2 Ekstern - Sumber daya manusia di Perum Perhutani di KPH Banyumas Barat yang kurang memadai - Prasarana dan sarana termasuk ketiadaan Kartu Tanda Anggota KTA yang dikeluarkan oleh Polres Banyumas dan Cilacap bagi pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di KPH Banyumas Barat.

b. Kendala ekstern

Dokumen yang terkait

UPAYA PERUM PERHUTANI KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN (KPH) NGAWI DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN Desa Pacing Kecamatan Padas Kab. Ngawi

0 18 2

AKTIVITAS HUBUNGAN MASYARAKAT (HUMAS) PERUM PERHUTANI PASCA BENCANA ALAM BANJIR DI WILAYAH RESORT POLISI HUTAN LEBAKHARJO BAGIAN KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN DAMPIT (STUDY PADA HUMAS PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN (KPH) MALANG)

0 5 2

AKTIVITAS HUMAS PERUM PERHUTANI KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN (KPH) PARENGAN DALAM PENGEMBANGAN WISATA ALAM GOA PUTRI ASIH DI MONTONG TUBAN (Studi pada Humas Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Parengan di Bojonegoro)

0 4 3

Tingkat Pendapatan Usaha Tani Tumpang Sari Hutan di Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro

0 9 128

Sosial Ekonomi Petani Tambak Tumpangsari di Kawasan Perhutani Sosial, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Cikiong, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Purwakarta, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat, Resort Polisi Hutan (RPH) Cibuaya Suatu Studi Diagnosis

0 4 5

Model Simulasi Pengelolaan Hutan di KPH Banyumas Barat Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah

0 6 40

Model Simulasi Pengelolaan Hutan di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bogor

0 3 48

Tingkat Pendapatan Usaha Tani Tumpang Sari Hutan di Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bojonegoro

0 8 118

KEBIJAKAN PERUM PERHUTANI KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN SARADAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT

1 20 161

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN KECOCOKAN PENANAMAN POHON DI PERUM PERHUTANI KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN (KPH) BANYUMAS TIMUR MENGGUNAKAN METODE WEIGHTED PRODUCT (WP) - repository perpustakaan

1 1 16