Cuti Tahunan Cuti Besar

11

2.4.1. Jenis-jenis cuti

A. Cuti Tahunan

1. Cuti tahunan diperuntukan bagi pegawai yang telah memiliki kerja sekurang-kurangnya 1satu tahun secara terus-menerus. 2. Permohonan cuti tahunan dibuat secara tertulis sebagaimana lampiran 1 keputusan ini diajukan kepada atasannya langsung yang berwenang memberikan cuti. 3. Ijin cuti tahunan diberikan dengan menggunakan formulir sebagaimana lampiran 2 keputusan ini. 4. Dengan alasan kepentingan dinas pejabat yang berwenang, berhak untuk menangguhkan atau menolak permohonan cuti sebagaimana pada ayat 2. 5. Cuti tahunan diberikan untuk waktu yang paling lama 12 dua belas hari kerja untuk setiap tahunnya. 6. Cuti tahunan dapat dijalani sekaligus untuk seluruhnya atau dipecahkan, apabila hak cuti tahunan dalam setahun tidak diambil baik seluruhnya maupun sebagian maka dengan lewatnya tahun tersebut hak cuti tahunan hangus. 7. Apabila pegawai sakit pada saat menjalani Cuti Tahunan yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter, maka selama pegawai tersebut sakit dianggap sebagai Cuti Sakit dan tidak mengurangi hak Cuti Tahunan yang sedang dijalani. 12 8. Tunjangan Cuti diberikan sebesar 50 lima puluh persen dari gaji dasar dan dibayarkan pada bulan kelahiran pegawai yang bersangkutan dan dilaksanakan bersamaan dengan pembayaran gaji bulan tersebut. 9. Apabila pegawai yang bersangkutan meninggal dunia sebelum bulan kelahiran maka pembayaran tunjangan Cuti dibayarkan bersamaan dengan uang duka cita wafat atau tewas. 10. Supaya tidak menggangu kelancaran operasional dan pelaksanaan pekerjaan, pejabat yang berwenang mengatur pelaksanaan Cuti Tahunan diunitnya masing-masing.

B. Cuti Besar

1. Cuti besar diperuntukan bagi pegawai yang telah memiliki masa kerja sekurang-kurangnya 6enam tahun secara terus menerus dan berlaku untuk kelipatannya. 2. Cuti Besar diberikan untuk waktu paling lama 3tigabulan. 3. Cuti besar dapat dijalani sekaligus untuk seluruhnya atau sebagian. Apabila diambil sebagian maka lamanya Cuti Besar sekurang-kurangnya 1satu bulan yaitu pada tahun ketujuh dan tahun kedelapan dan sisa hak Cuti Besarnya pada periode tersebut hangus. 4. Pegawai yang menjalani Cuti Besar tidak berhak lagi Cuti Tahunan dalam tahun tersbut akan tetapi tetap berhak atas tunjangan Cuti Tahunan sebagaimana dimaksud pada pasal 4 ayat 8. 5. Hal-hal yang tidak dapat diperhitungkan sebagai masa kerja untuk menetapkan hak atas Cuti Besar adalah sebagai berikut: 13 a. Diberhentikan sementara sebagai pegawai skorsing. b. Cuti di Luar Tanggungan Perusahaan. 6. Hak Cuti Besar untuk periode berikutnya dihitung setelah pegawai setelah pegawai tersebut selesai menjalani Cuti Besarnya aktif kembali menjalankan tugasnya. 7. Untuk menjalankan Cuti Besar, pegawai yang bersangkutan harus mengajukan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang, permohonan Cuti Besar dibuat sesuai dengan lampiran 3 keputusan ini. 8. Ijin Cuti Besar diberikan dengan menggunakan formulir sebagaimana lampiran 4 keputusan ini. 9. Pegawai yang akan mengambil Cuti Besar harus menyerahkan tugas atau pekerjaanya terlebih dahulu kepada atasannya langsung. 10. Selama menjalani Cuti Besar Pegawai yang bersangkutan tetap mendapatkan gaji dan tunjangan-tunjangan lainnya. 11. Pegawai yang akan memasuki masa bebas tugas BT atau Masa Persiapan Pensiun MPP diberikan hak atas Cuti Besar selama 3tiga bulan yang bersambungan dengan masa BT atau MPPnya tersebut. 12. Baik dijalani maupun tidak dijalani pegawai yang akan memasuki masa Bebas Tugas BT atau Masa Persiapan Pensiun MPP sebagaimana dimaksud pada ayat 10 diberikan uang Cuti Besar sebesar 100 seratus persen Gaji Basar dan dibayarkan bersamaan pada bulan memasuki masa Bebas Tugas. 14 13. Pembayaran Cuti Besar dilaksanakan paling lambat 1satu bulan setelah memasuki masa Cuti Besar melalui rekening pegawai yang bersangkutan.

C. Cuti Sakit