Bab VI ~ Ekonomi
175
Latihan
Mari kita bersama-sama menjawab pertanyaan di bawah ini 1.
Kegiatan membaca belum dapat dikatakan berhasil apabila tidak sanggup menceritakan kembali isi teks bacaan yang telah dibaca. Benarkah
pernyataan tersebut? Mengapa? 2.
Hal-hal apa sajakah yang harus diperhatikan ketika akan menceritakan kembali sebuah teks bacaan yang telah dibaca? Jelaskan
E. Mengarang Cerpen Berdasarkan Realitas
Sosial
Tentunya Anda pernah membaca sebuah cerpen? Atau mendengarkan orang membaca cerpen? Pernahkan Anda mencoba mengarang sebuah cerpen berdasarkan
realitas sosial? Pada pembelajaran berikut, Anda akan berlatih mengarang cerpen berdasarkan realitas sosial..
Cerpen cerita pendek adalah karangan pendek yang berbentuk prosa, cerpen merupakan kisah sepenggal kehidupan. Cerpen biasanya memiliki alur yang lebih
sederhana dengan memunculkan beberapa tokoh, dan mengupas masalah yang lebih sederhana. Biasanya, untuk membuat cerpen dapat dilakukan dengan mengem-
bangkan unsur-unsur intrinsik seperti penokohan, latar, dan sudut pandang.
1. Alur
Alur adalah jalannya sebuah cerita. Pada umumnya jalan cerita terbagi menjadi:
a. Pengenalan masalah exposition
Biasanya terdapat pada awal cerita. Pada bagian ini, penulis harus mampu menarik perhatian agar pembaca tertarik untuk terus membaca.
b. Pengungkapan peristiwa complication
Pada bagian ini mulai terjadi pertentangan. c.
Menuju konflik Terjadi peningkatan masalah.
d. Puncak konflik
Merupakan klimaks masalah dalam cerita. e.
Ending penyelesaian Akhir cerita dan perubahan nasib pada tokoh-tokoh dalam cerita.
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi Bahasa
176
Latihan
2. Penokohan
Dalam merencanakan sebuah cerita dapat dilakukan dengan menemukan masalah baru menentukan tokoh-tokohmya atau sebaliknya.
Penokohan adalah penggambaran karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Pengarang dapat menggunakan 2 teknik untuk menggambarkan karakter
seorang tokoh, yaitu: a.
teknik analitik yaitu tokoh diceritakan secara langsung oleh penulisnya. b.
teknik dramatik yaitu karakter tokoh dikembangkan melalui peng- gambaran perilaku, tata bahasa, jalan pikiran, atau digambarkan oleh
tokoh lain.
3. Latar
Latar meliputi tempat, waktu, dan budaya. Pemilihan latar dapat digunakan untuk memberi kesan menarik kepada pembacanya.
4. Sudut pandang
point of view
Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita. Pada umumnya pengarang berperan sebagai orang pertama yaitu dengan
menggunakan “aku” atau saya. Selain itu pengarang dapat berperan sebagai pengamat yaitu memakai sudut pandang orang ketiga sehingga pengarang
menggunakan kata ia, dia, atau nama orang.
Cobalah untuk berlatih menulis. Buatlah sebuah cerpen dengan tema ekonomi yang Anda sukai
F. Mengidentifikasi Komponen Kesastraan
dalam Teks Drama
Tentunya Anda memahami pembelajaran tentang drama pada bab yang lalu? Pada materi berikut ini, Anda akan berlatih mengidentifikasi komponen kesastraan
dalam teks drama.
Bab VI ~ Ekonomi
177
1. Mengidentifikasi Komponen Kesastraan dalam Teks Drama
Karya Sastrawan Indonesia dari Suatu Periode
B A P A K
Para Pelaku: Bapak, usia 51 tahun
Si Sulung, usia 28 tahun Si Bungsu, usia 24 tahun
Perwira, usia 26 tahun Bagimu, kemerdekaan bumi pusaka
Drama ini terjadi pada tanggal 19 Januasi 1949, sebulan sesudah tentara Kolonial Belanda melancarkan aksi agresinya yang kedua
dengan merebut ibukota Republik Indonesia, Yogyakarta. Tentara Kolonial telah pula siap siaga untuk melancarkan
serangan kilat hendak merebut sebuah kota strateis yang hanya dipertahankan oleh satu batalyon Tentara Nasional Indonesia.
Di kota itulah si Bapak dikagetkan kedatangan putera sulungnya yang mendadak muncul setelah bertahun merantau tanpa kabar berita.
Si Sulung telah kembali pulang dengan membawa sebuah usul yang amat sangat mengagetkan si Bapak.
Waktu itu seputar jam 10.00, si Bapak yang sudah lanjut usia, jalan hilir mudik dengan membawa beban persoalan yang terus-menerus
merongrong pikirannya. Bapak
: Dia putera sulungku. Si anak hilang telah kembali
pulang. Dan sebuah usul diajukan; segera mengungsi ke daerah pendudukan yang serba aman tenteram. Hem
ya-ya, usulnya dapat kumengerti. Karena ia sudah terbiasa hidup bertahun-tahun di sana. Dalam sangkar.
Jauh dari deru prahara. Bertahun mata hatinya digelapbutakan oleh nina-bobok, lela-buai si penjajah.
Bertahun semangatnya dijinakkan oleh suap roti- keju.Celaka, oo, betapa celaka nian.
Si Bungsu senyum mendatang. Bungsu
: Ah Bapak rupanya lagi ngomong seorang diri.
Bapak :
Ya anakku, terkadang orang lebih suka ngomong pada diri sendiri. Tapi, bukankah tadi kau bersama abangmu?
Bungsu :
Ya, sehari kami tamasya ke seluruh penjuru kota. Sayang sekali, kami tidak berhasil menjumpai Mas ...
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi Bahasa
178
Bapak :
Tunanganmu? Bungsu
: Ah dia selalu sibuk dengan urusan kemiliteran melulu.
Bahkan ketika kami mendatangi asramanya, ia tak ada. Kata mereka, ia sedang rapat dinas. Heheh, seolah-olah
seluruh hidupnya tersita untuk urusan-urusan militer saja.
Bapak :
Kita sedang dalam keadaan darurat perang, Nak. Dan dalam keadaan begini, bagi seorang prajurit
kepentingan negara ada di atas segala. Bukan hanya seluruh waktunya, bahkan juga jiwa raganya. Tapi, eh,
mana abangmu sekarang?
Bungsu :
O, rupanya dia begitu rindu pada bumi kelahirannya. Seluruh penjuru kota dipotreti semua.Tapi kurasa Abang
akan segera tiba. Dan sudahkan Bapak menjawab usul yang dimajukannya itu?
Bapak :
Nah, itulah yang hendak kuputuskan sekarang ini, Nak. Bungsu
: Nah, itulah dia
Si Sulung mendatang dengan mencangklong potret, mengenakan kaca mata hitam. Terus duduk, meletakkan kaca mata dan meletakkan
pesawat potret di meja. Sulung
: Huhuh, kota tercintaku ini rupanya sudah berubah wajah.
Dipenuhi penghuni baju seragam menyandang senapan. Dipagari lingkaran kawat berduri. Dan wajahnya kini
menjadi garang berhiaskan laras-laras senapan mesin. Tapi di atas segalanya, kota tercintaku ini masih tetap
memperlihatkan kejelitaannya.
Bapak :
Begitulah, Nak suasana kita yang sedang dicekam keadaan darurat perang.
Sulung :
Ya pertanda akan hilang keamanan berganti huru-hara keonaran. Dan, mumpung masih keburu waktu,
bagaimana dengan putusan Bapak atas usulku itu? Bapak
: Menyesal sekali, Nak...
Sulung :
Bapak menjawab dengan penolakan, bukan? Bapak
: Ya.
Bungsu :
Jawaban Bapak sangat bijaksana. Sulung
: Bijaksana? Ya, kau benar manisku. Setidaktidaknya
demikianlah anggapanmu, karena bukankah secara kebetulan tunanganmu adalah seorang perwira TNI di
sini. Tapi maaf, bukan maksudku menyindirmu, adik sayang.
Bungsu :
Ah, tidak mengapa. Kau hanya sedang keletihan. Mengasolah dulu, ya, Abang. Mengasolah, kau begitu
capek nampaknya. Bapak, biar aku belanja dulu untuk hidangan makan siang nanti.
Bab VI ~ Ekonomi
179
Si Bungsu pergi. Si Sulung mengantar dengan senyum. Bapak
: Nak, pertimbangan bukanlah karena masa depan adikmu
seorang. Juga bukan karena masa depan sisa usiaku. Sulung
: Hem. Lalu? Karena rumah dan tanah pusaka ini
barangkali ya, Bapak? Bapak
: Sesungguhnyalah, Nak, lebih karena itu.
Sulung :
Oo ya?? Apa itu ya, Bapak? Bapak
: Kemerdekaan.
Sulung :
Kemerdekaan? Kemerdekaan siapa Bapak
: Bangsa dan bumi pusaka.
Si Sulung ketawa. Sulung
: Bapak yang baik. Bertahun sudah aku hidup di daerah
pendudukan sana bersama beribu bangsa awak yang tercinta. Dan aku seperti juga mereka, tidak pernah
merasa jadi budak belian ataupun tawanan perang. Ketahuilah, ya, Bapak, di sana kami hidup merdeka.
Bapak :
Bebaskah kau menuntut kemerdekaan?
Sumber: Pamusuk Eneste, 1994
Drama adalah karya sastra yang dirancang untuk mengungkapkan cerita atau peristiwa dengan mengemukakan tikaian, emosi, lakuan, dan dialog para
pelakunya. Drama yang sesungguhnya ialah pementasan yang dilakonkan oleh para pelaku tersebut. Zaidan Hendy:19
Pengertian komponen adalah bagian dari keseluruhan unsur. Dalam hal ini, yang termasuk komponen kesastraan antara lain:
a. pelaku
b. dialog
c. tindakan pelaku
Dalam drama yang berjudul” Bapak” di atas, para pelaku yang berperan didalamnya adalah:
Bapak : patriotik, bijaksana, teguh pendirian. Bungsu : sayang bapak dan abangnya
Sulung : teguh pendirian, pengkhianat Perwira : menegakkan hukum
Drama ini terbagi menjadi dua babak. Sebelum memulai dialog, penulis memulainya dengan sebuah deskripsi yang bertujuan untuk mendeskripsikan
suasana, lokasi, lingkungan, atau peristiwa secara langsung. Latar drama ini adalah masa perjuangan tanggal 19 Januari 1949 pukul 10.00.
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi Bahasa
180
Latihan
Mari kita bersama-sama menjawab pertanyaan di bawah ini Carilah sebuah naskah drama karya sastrawan Indonesia kemudian identifikasikan
komponen-komponen yang ada di dalamnya
2. Membahas Hubungan Antarkomponen Drama dalam Naskah