secara cepat. Pada serangga kejadiannya sama, namun hanya terjadi di ganglia pada sistem saraf pusat.
2.3.3 Rotenon
Rotenon dihasilkan dari akarrhizome dari dua genus tanaman legume kacang-kacangan yaitu Derris elliptica dari Asia Tenggara dan Lonchocarpus
spp dari Amerika Selatan. Orang awam mengenal rotenon sebagai racun ikan dan di Indonesia ada satu produk yaitu Fishfree
®
5 WP untuk mengendalikan ikan liar mujair, kerapu dan bandeng pada tambak udang.
Rotenon biasa digunakan untuk reklamasi kolam untuk kolam pemancingan atau taman burung, yaitu dengan mengendalikan ikan yang ada,
kemudian digantikan dengan spesies ikan yang dikehendaki. Pada dosis yang disarankan misalnya 0.5 ppm, rotenon merupakan peptisida yang selektif untuk
membunuh ikan, namun tidak toksik terhadap organisme makanan ikan yang ada serta terurai secara cepat.
Sebagai insektisida, rotenon adalah racun kontak dan perut, yang membunuh serangga secara perlahan yang diikuti dengan aktifitas berhenti makan
stop feeding action. Rotenon banyak digunakan untuk pengendalian serangga di taman dan kebun di sekitar rumah. Rotenon bekerja dengan menghambat enzim
pernafasan, bekerja antara NAD
+
suatu koenzim yang terlibat dalam oksidasi dan reduksi dalam proses metabolisme dan koenzim Q suatu koenzim pernafasan
yang bertanggung jawab untuk membawa elektron pada rantai transportasi elektron yang mengakibatkan kegagalan pada fungsi-fungsi pernafasan.
2.3.4. Limonene atau d-Limonene Senyawa ini termasuk anggota baru dalam insektisida nabati. Limonene
d-limonene digolongkan dalam minyak esensial tanaman atau dikenal juga sebagai floral atau scented plant chemical, yang diekstrak dari kulit jeruk dan
efektif untuk mengendalikan hama pada hewan piaraan termasuk tungau, pinjal, dan caplak tetapi tidak toksik terhadap hewan berdarah panas. Pada minyak jeruk
citrus oil terkandung beberapa bahan yang bersifat insektisida, namun limonene d-limonene merupakan yang terpenting dan bagian terbesar dalam minyak kulit
jeruk. Limonene d-limonene bekerja mirip dengan piretrin, yaitu bekerja pada
sistem saraf tepi namun tidak menghambat enzim kholinesterase.
2.3.5. Azadirachtin
Ekstraksi biji tanaman mimba Azadirachta indica menghasilkan minyak neem yang mengandung bahan aktif azadirachtin. Azadirachtin bekerja baik
sebagai insektisida, fungisida, bakterisida ataupun sebagai zat pengatur tumbuh serangga. Azadirachtin bekerja dengan mengganggu pergantian kulit dengan
menghambat metabolisme atau biosintesis ekdison, suatu hormon yang berperan dalam proses ganti kulit serangga.
2.4. Larvasida Kimia Untuk Nyamuk
Larvasida yang digunakan untuk membunuh atau mengganggu habitat pertumbuhan larva nyamuk pada umumnya berupa bahan kimia. Larvasida
digunakan dengan tujuan untuk mengurangi populasi nyamuk di daerah sekitarnya. Larvasida digunakan ketika musim nyamuk bertelur. Larvasida biasa
digunakan pada penampungan air dimana airnya digunakan bagi kebutuhan sehari-hari terutama untuk minum dan masak. Oleh sebab itu, larvisida yang
digunakan harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : efektif pada dosis rendah, tidak bersifat racun bagi manusia, tidak menyebabkan perubahan rasa, warna dan
bau pada air yang diperlakukan, dan efektivitasnya lama. Beberapa larvasida dengan kriteria seperti tersebut di atas, sebagian telah digunakan secara luas
operasional dan sebagian lainnya masih dalam tahap uji laboratorium atau uji lapangan skala kecil. Berikut ini beberapa jenis larvasida yang beredar di pasaran
Suwasono 1997.
2.4.1 TemephosAbate C
16
H
20
O
6
P
2
S
3
Temephos terbukti efektif terhadap larva A. aegypti dan daya racunnya rendah terhadap mamalia. Pada program penanggulangan vektor DBD di
Indonesia, temephos sudah digunakan sejak 1976 dalam bentuk formulasi butiran pasir sand granules dengan dosis 1 ppm. Menurut US Environmental
protection, temephos tidak digunakan dalam air yang diminum, karena dapat
menginhibisi cholinesterase pada manusia.
2.4.2 Methoprene C
19
H
34
O
3
Larvasida ini termasuk jenis penghambat tumbuh serangga insect growth regulator
. Methoprene bekerja dengan menghambat proses metamorphosis
serangga. Pada uji lapangan terbukti berhasil menekan kepadatan nyamuk Aedes aegypti
selama sebulan. Methoprene dapat digunakan pada air yang di minum dengan dosis tidak boleh lebih dari 1 mgl WHO 1986.
2.4.3 Diflubenzuron C
14
H
9
ClF
2
N
2
O
2
Larvasida jenis ini memiliki sifat toksik yang rendah pada manusia, namun pada hewan uji diflubenzuron berpengaruh pada haemoglobin. Larvasida jenis ini
dapat digunakan pada air minum.
2.5 Tanaman Kamandrah
Croton tiglium L.
Klasifikasi dari tanaman C. tiglium adalah divisi Spermatophyta, kelas Dicotyledoneae, bangsa Euphorbiales, suku Euphorbiaceae, marga Croton, jenis
C. tiglium , sedangkan nama umumdagang adalah cerakin. Tanaman kamandrah
merupakan salah satu tanaman obat yang banyak terdapat di wilayah Indonesia, sehingga tanaman ini ada yang menamakannya simalakian Sumatera Barat,
ceraken Jawa, roengkok Sumatera Utara, semoeki Ternate, dan kowe Tidore. Di daerah Kalimantan, biji tanaman kamandrah banyak dimanfaatkan
masyarakat, karena dipercaya mempunyai khasiat sebagai pencahar. Dengan memakan bijinya, maka biasanya akan cepat buang air besar, akan tetapi
kelebihannya tidak menimbulkan mules pada perut Saputera 2008. Di daerah Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Pulau Komodo, serbuk dari biji kamandrah
biasa digunakan nelayan untuk meracuni ikan di perairan, sehingga ikan mudah ditangkap tetapi masih dapat di konsumsi Pet 1997.
Tanaman kamandrah berupa tanaman semak dengan tinggi tanaman sekitar 2-3 m. Bentuk batang tegak, bulat, berambut dan berwarna hijau, dengan
daun tunggal, berseling dan lojong. Bentuk tepi daun bergerigi dengan ujung yang runcing. Panjang daun sekitar 3-5 cm, dengan lebar daun sekitar 1-4 cm. Bentuk
tangkai silindris dengan panjang 2-3 cm, bentuk pertulangan menyirip dan berwarna hijau. Bunga tanaman kamandrah majemuk dengan bentuk bulir, berada
di ujung batang dengan klopak membulat, memiliki banyak benang sari dengan mahkota berbentuk corong. Buah tanaman kamandrah berbentuk bulat dengan
diameter sekitar 0,5 cm dan berwarna hijau, akar tanaman kamandrah adalah akar tunggang Gambar 5.
Gambar 5. Profil tanaman kamandrah
Sumber : Koleksi kotak pamer Balittro Bogor
Minyak kamandrah dapat dihasilkan dari biji kamandrah melalui proses ekstraksi dengan menggunakan mesin pengepres minyak. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan diketahui kadar lemak yang terdapat pada biji kamandrah adalah lemak 40,01, protein 26,69, serat 8,45, abu 3,14 dan
karbohidrat 15,51 Saputera et al 2006. Dzulkarnain 1989 melaporkan bahwa biji C. tiglium dari famili
Euphorbiaceae mengandung minyak yang sangat berbahaya, setetes minyak 0,05
gram dapat menyebabkan diare, sedangkan dosis lebih besar sedikit lagi fatal bagi manusia. Bijinya juga mengandung crotin yang merupakan suatu fitotoksin
protein, fraksi resinnya mengakibatkan radang kulit. Di sekitar Maluku dan Sulawesi Selatan, bahan ini pernah diberitakan digunakan sebagai obat KB, tetapi