Aplikasi produk Rekayasa proses ekstraksi minyak biji Kamandrah dengan pengempaan dan pengembangannya sebagai larvasida nabati pencegah penyakit Demam Berdarah Dengue

4.1 Isolasi dan Karakteristik Larvasida dalam Minyak Biji Kamandrah

4.4.1 Penentuan Kandungan Proksimat Biji Kamandrah

Penentuan kandungan proksimat biji kamandrah yang digunakan dalam penelitian ini merupakan tahap penelitian pendahuluan untuk mengidentifikasi kandungan bahan yang terdapat dalam biji kamandrah yang dipanen pada umur 42 HSP kulit buah coklat penuh, meliputi kadar air dan kandungan proksimat bahan. Hasil analisis proksimat biji kamandrah disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil analisis proksimat biji kamandrah Pengamatan Kandungan Kadar air persen wb 6,29 Kadar abu persen db 3,60 Kadar lemak persen db 53,73 Kadar protein persen db 11,98 Kadar serat kasar persen db 8,25 Kadar karbohidrat by difference 16,15 Penentuan kadar air berhubungan dengan kualitas hasil ekstrak yang diperoleh dari proses ekstraksi biji kamandrah dengan pengempaan dan senyawa aktif yang dipergunakan dalam penelitian ini. Penentuan kadar air biji kamandrah berhubungan dengan kerusakan biji yang digunakan sebagai simplisia. Dari hasil penelitian berdasarkan berat basah, menunjukkan bahwa kadar air biji kamandrah yang baru dipanen rata-rata 52, sedang setelah menjadi simplisia berdasarkan berat basah menunjukkan kadar air pada biji kamandrah yang digunakan berada pada grade dibawah 10 yaitu 6,29 Tabel 9. Simplisia yang disimpan dengan kadar air di atas 10 akan cepat rusak, karena berpeluang sebagai tempat hidup dan perkembangan mikroorganisme yang menyebabkan kerusakan selama penyimpanan. Suatu bahan relatif stabil dari serangan mikroba jika kandungan air bahan tersebut kurang dari 10. Dengan demikian sampel biji kamandrah yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi syarat sebagai simplesia karena memiliki kandungan air yang hanya 6,29 . Menurut Badan POM 2005 salah satu prasyrat kadar air yang digunakan pada simplisia bagian tanaman kadar airnya tidak lebih dari 10. Hasil analisis kandungan proksimat biji kamandrah menunjukkan bahwa serbuk biji kamandrah yang digunakan dalam penelitian ini mengandung lemak 53,72, protein 11,98, serat kasar 8,25, abu 3,6, dan karbohidrat 16,15. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa serbuk biji kamandrah banyak mengandung lemak, diikuti protein, serat kasar, karbohidrat dan kadar abu. Kadar lemak diperoleh pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya yang mendapatkan nilai 55 Hilditch 1945 dalam Ketaren 1989, 53-56 Quisumbing 1951, 50-60 Eckey 1954, 58,6 Mulyani 2007, 53,99 Hamidi 2008 dan 40,01 Saputera 2008. Kadar minyak dalam daging biji kamandrah dipengaruhi oleh varietras, ukuran biji, iklim, kelembaban, keadaan tanah tempat tumbuh, dan penanganan pasca panen. Penentuan kadar protein menunjukkan nilai sebesar 11,98. Kadar protein biji kamandrah tersebut cukup tinggi, sehingga dalam ekstraksi minyak, penguraian protein akan menghasilkan senyawa-senyawa yang larut dalam minyak dan cenderung mengotori minyak. Keadaan ini dapat menyebabkan warna yang gelap pada minyak yang dihasilkan. Analisis proksimat simplisia serbuk biji kamandrah ini merupakan informasi penting untuk menentukan metode ekstraksi yang digunakan dalam mengekstrak senyawa aktif yang terkandung pada biji kamandrah. Menurut Hui 1996 minyak dapat diekstrak dengan cara rendering, mekanis, atau menggunakan pelarut. Pada penelitian ini ekstraksi simplisia serbuk biji kamandrah dilakukan secara mekanis dengan menggunakan pengempaan hidrolik. Dengan pertimbangan hasil penelitian Iswantini et al. 2007 bahwa bagian tanaman kamandrah yaitu daun, batang, dan biji dalam bentuk serbuk yang diekstrak dengan air dan etanol, serta minyak yang di ekstrak dengan pengempaan menunjukkan bahwa bagian dari biji yaitu minyak yang di peroleh dengan proses ekstraksi dengan pengempaan paling berpotensi sebagai insektisidalarvasida terhadap larva nyamuk A. aegypti instar 3. Pengempaan mekanis ini sesuai untuk memisahkan minyak dari bahan yang kadar minyak tinggi 30-70 Ketaren 1986, yang mana kamandrah mempunyai minyak yang cukup tinggi yaitu 53,72. 4.1.2 Pengaruh Berbagai Tingkat Kematangan Buah Terhadap Aktivitas Larvasida Dan Sifat Fisiko-Kimia Minyak Kamandrah Karakteristik minyak kamandrah sangat dipengaruhi oleh tingkat kematangan buah kamandrah dan proses penanganannya. Pemetikan buah didasarkan atas umur buah, dihitung dari hari setelah pembungaan HSP atau warna kulit luar buah kamandrah yaitu W1 = umur buah 24 HSP warna kulit buah hijau kecoklatan; W2 = umur buah 33 HSP warna kulit buah coklat kehijauan; dan W3 = umur buah 42 HSP warna kulit buah coklat penuh Gambar 10. Keterangan : W1 = umur buah 24 HSP warna kulit buah hijau kecoklatan; W2 = umur buah 33 HSP warna kulit buah coklat kehijauan; W3 = umur buah 42 HSP warna kulit buah coklat penuh Gambar 10. Buah tanaman kamandrah berbagai tingkat kematangan Sumber : Koleksi AWWI-Balittri Sukabumi Peningkatan taraf umur petik buah kamandrah yang ditunjukkan dengan semakin coklat warna kulit buah berdampak kepada peningkatan rendemen minyak kamandrah dan kandungan senyawa aktifnya. Semakin tua umur buah kamandrah menunjukkan senyawa aktif yang terdapat dalam biji kamandrah akan semakin tinggi pula. Hal ini ditunjukkan dengan semakin menurunnya nilai LC 50 dan LC 90 pada pengamatan 24 jam dan 48 jam, yaitu berturut-turut dari 385,480 ppm menjadi 132,669 dan dari 189,18 ppm menjadi 70,08 ppm Tabel 9. W1 W2 W3