Optimasi Proses Ekstraksi Minyak Biji Kamandrah Dengan Pengempaan

Gambar 20. Plot residual uji kenormalan respon rendemen minyak kamandrah terhadap suhu pemanasan, lama pemanasan dan tekanan pengempaan. a b c Gambar 21. Respon permukaan rendemen minyak kamandrah pada lama pemanasan a 15 menit, b 30 menit, dan c 45 menit Pengaruh suhu pemanasan terhadap respon dapat diamati dengan mengikuti garis horizonal putus-putus sejajar sumbu X Gambar 22. a b c Gambar 22. Plot kontur respon rendemen minyak kamandrah pada lama pemanasan a 15 menit, b 30 menit, dan c 45 menit Respon rendemen minyak akan terus meningkat dengan meningkatnya suhu pemanasan hingga diperoleh respon tertinggi. Pemanasan biji kamandrah sampai suhu 70 o C menghasilkan peningkatan rendemen minyak yang cukup tinggi. Hal ini terjadi karena pada biji yang dipanaskan sampai suhu 70 o C selama 15 menit telah terjadi pengumpalan protein pada dinding sel dan telah terjadinya kerusakan pada dinding sel, sehingga dinding sel akan mudah dipecah. Dengan demikian, dinding sel tersebut mudah ditembus oleh minyak atau lemak sehingga minyak akan mudah keluar. Rendemen minyak kamandrah meningkat 19-29 dengan peningkatan suhu pemanasan sampai suhu 85 o C, sedangkan peningkatan tekanan pengempaan sampai 10,54 MPa dan lama waktu pemanasan akan meningkatan rendemen 7- 18. Hasil yang diperoleh sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Akinosa et al. 2006 bahwa peningkatan suhu dan lama pemanggangan akan meningkatkan rendemen minyak kelapa sawit. Penelitian lain menunjukkan bahwa rendemen minyak kacang tanah meningkat pada suhu pemanasan 40-80 o C, pada akhirnya terjadi penurunan ketika suhu meningkat dari 80-100 o C, selanjutnya rendemen meningkat secara progresif dengan meningkatnya lama waktu pengempaan dari 5-30 menit pada semua level suhu Aloge et al. 2003. Banghoye et al. 2011 menyatakan bahwa rendemen minyak biji rosella meningkat dari 5-6 dengan peningkatan tekanan sampai 30 MPa dan suhu sampai 100 o C, selanjutnya mengalami penurunan. Letak titik optimum dapat diprediksi dari grafik respon. Nilai titik optimum sebenarnya diperoleh dari hasil analisis kanonik yaitu suhu pemanasan 85 o C, tekanan pengempaan 10,54 MPa dan lama pemanasan 15 menit. Respon pada kondisi optimum ini sebesar 29,0075. Kondisi optimum tersebut tepat sama dengan salah satu kondisi perlakuan percobaan yang ada pada nilai desirability D 0,971.

4.2.2 Model Yang Sesuai Untuk Respon LC

50 dan LC 90 RSM digunakan juga untuk menentukan model yang sesuai terhadap respon LC 50 dan LC 90. Pemilihan model didasarkan dari rekomendasi sekuen model yang memberikan hasil yang signifikan P0,05 terhadap masing-masing model. Hasil analisis menunjukkan bahwa model linier merupakan model yang disarankan oleh program untuk respon LC 50 dan LC 90 Lampiran 23 dan 26. Uji simpang model lack of fit test dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan noise yang berpengaruh secara signifikan terhadap model yang dipilih. Hasil uji simpang model menunjukkan tidak ada pengaruh gangguan yang nyata terhadap model linier yang dipilih sebelumnya Lampiran 25 dan 28. Dengan demikian gangguan bukan merupakan faktor yang mempengaruhi akurasi model yang dipilih. Selanjutnya dilakukan analisis pemilihan model berikutnya berdasarkan ringkasan model secara statistik. Parameter yang digunakan untuk menentukan model yang tepat adalah standar deviasi terendah, R-Square tertinggi, Adjusted R-Square tertinggi, dan Predicted R-Square tertinggi. Diantara model yang memenuhi kriteria yang disarankan oleh program adalah model linier untuk respon LC 50 dan LC 90 Lampiran 24 dan 27. Berdasarkan ringkasan statistik, model linier untuk respon LC 50 memiliki standar deviasi terkecil dibandingkan model lain dengan nilai Adj R 2 tertinggi sebesar 0,8876. Berarti peubah suhu pemanasan, lama pemanasan dan tekanan kempa berpengaruh terhadap keragaman respon sebesar 90,87 sedangkan sisanya 9,13 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijadikan variabel yang diteliti. Berdasarkan proses pemilihan model tersebut, model yang sesuai untuk LC 50 minyak kamandrah hasil optimasi ekstraksi dengan pengempaan adalah model linier. Hasil analisis ragam dari permukaan respon LC 50 menunjukkan model kuadratik dan perubah suhu pemanasan mempunyai pengaruh yang nyata terhadap respon Lampiran 25. Hasil uji asumsi risidual menunjukkan bahwa gambar sisa menyebar acak disekitar nol. Pemeriksaan asumsi kenormalan juga menunjukkan gambar sisa mendekati garis lurus sehingga dapat disimpulkan bahwa sisa telah terdistribusi normal dan memenui asumsi identik seperti terlihat pada Gambar 23. Gambar 23. Plot residual uji kenormalan respon LC 50 minyak kamandrah terhadap suhu pemanasan, lama pemanasan dan tekanan pengempaan. Persamaan linier digunakan untuk memprediksi respon LC 50 adalah Y = 48.56 – 6,79X 1 – 0,82X 2 – 0,73X 3 dengan X 1 = suhu pemanasan, X 2 = tekanan pengempaan dan X 3 = lama pemanasan Gambar 24. a b c Gambar 24. Respon permukaan nilai LC 50 minyak kamandrah pada tekanan pengempaan a 7,9 MPa, b 9,22 MPa, dan c 10,54 MPa Pengaruh suhu pemanasan terhadap respon dapat diamati dengan mengikuti garis horizonal putus-putus sejajar sumbu X Gambar 25. Respon terus menurun dengan meningkatnya suhu pemanasan, tekanan pengempaan dan lama pemanasan sehingga diperoleh respon terendah. Letak titik optimum dapat diprediksi dari grafik respon. Nilai titik optimum yang diperoleh dari program DX 7.1.5 sebenarnya diperoleh dari hasil analisis kanonik yaitu suhu pemanasan 85 o C, tekanan pengempaan 10,54 MPa dan lama pemanasan 15 menit. Respon pada kondisi optimum ini sebesar 41,85 ppm. a b Gambar 25. Plot kontur respon LC 50 minyak kamandrah pada tekanan pengempaan a 7,9 MPa, b 9,22 MPa, dan c 10,54 MPa Berdasarkan rekomendasi sekuen model yang memberikan hasil yang signifikan P0,05, maka model linier merupakan model yang disarankan oleh program untuk respon LC 90 . Uji simpang model lack of fit test dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan noise yang berpengaruh secara signifikan terhadap model yang dipilih. Hasil uji simpang model menunjukkan tidak ada pengaruh gangguan yang nyata terhadap model linier yang dipilih sebelumnya Lampiran 28. Dengan demikian gangguan bukan merupakan faktor yang mempengaruhi akurasi model yang dipilih. Berdasarkan ringkasan statistik, model linier untuk respon LC 90 memiliki standar deviasi terkecil dibandingkan model lain dengan nilai Adj R 2 tertinggi sebesar 0,5680. Berarti peubah suhu pemanasan, lama pemanasan dan tekanan kempa berpengaruh terhadap keragaman respon sebesar 64,90 sedangkan sisanya 35,1 dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijadikan variabel yang diteliti. Berdasarkan proses pemilihan model tersebut, model yang sesuai untuk LC 90 minyak kamandrah hasil optimasi ekstraksi dengan pengempaan adalah model linier. Hasil analisis ragam dari permukaan respon LC 90 menunjukkan model linier dan perubah suhu pemanasan, mempunyai pengaruh yang nyata terhadap respon Lampiran 28. Hasil uji asumsi risidual menunjukkan bahwa gambar sisa menyebar acak disekitar nol. Pemeriksaan asumsi kenormalan juga menunjukkan gambar sisa mendekati garis lurus sehingga dapat disimpulkan bahwa sisa telah terdistribusi normal dan memenui asumsi identik seperti terlihat pada Gambar 26 . Persamaan linier digunakan untuk memprediksi respon LC 90 berbagai taraf suhu pemanasan, lama pemanasan dan tekanan pengempaan adalah Y = 136,75 – 26,62X 1 + 1,46X 2 – 21,15X 3 dengan X 1 = suhu pemanasan, X 2 = tekanan pengempaan dan X 3 = lama pemanasan Gambar 27. Gambar 26. Plot residual uji kenormalan respon LC 90 minyak kamandrah terhadap suhu pemanasan, lama pemanasan dan tekanan pengempaan. a a b Gambar 27. Respon permukaan nilai LC 90 minyak kamandrah pada tekanan pengempaan a 7,9 MPa, b 9,22 MPa, dan c 10,54 MPa Pengaruh suhu pemanasan terhadap respon dapat diamati dengan mengikuti garis horizonal putus-putus sejajar sumbu X Gambar 28. Respon terus menurun dengan meningkatnya suhu pemanasan, tekanan pengempaan dan lama pemanasan sehingga diperoleh respon terendah. Letak titik optimum dapat diprediksi dari grafik respon. Nilai titik optimum yang diperoleh dari program DX 7.1.5 sebenarnya diperoleh dari hasil analisis kanonik yaitu suhu pemanasan 85 o C, tekanan pengempaan 10,54 MPa dan lama pemanasan 15 menit. Respon pada kondisi optimum ini sebesar 87,51 ppm. a b c Gambar 28. Kontur respon LC 90 minyak kamandrah pada tekanan pengempaan a 7,9 MPa, b 9,22 MPa, dan c 10,54 MPa Peningkatan suhu pemanasan berpengaruh terhadap peningkatan respon rendemen dan penurunan nilai LC 50 dan LC 90. Pemanasan yang semakin tinggi akan menyebabkan pengumpalan protein pada dinding sel dan terjadinya kerusakan pada dinding sel, sehingga senyawa aktif yang terdapat di dinding sel akan mudah dipecah dan mudah ditembus oleh partikel-partikel minyaklemak yang melewati dinding sel yang mengakibatkan senyawa aktif mudah terikut didalam minyak dan mengalir keluar dari dinding sel dengan adanya tekanan. Semakin banyak minyak yang terekstrak akan meningkatkan senyawa aktif didalam minyak. Hal ini ditunjukkan dengan semakin kecilnya respon pada nilai LC 50 dan LC 90. Semakin kecil nilai LC menunjukkan semakin beracun insetisida tersebut. Bahan yang beracun dapat digolongkan dalam nilai LC 50 terhadap hewan coba, dimana nilai LC 50 antara 1 – 50 ppm dikatagorikan sangat beracun Tarumingkeng 1992. Mortalitas larva uji disebabkan adanya kandungan senyawa aktif kompleks yang terdapat dalam minyak biji kamandrah berupa alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin. Senyawa-senyawa tersebut mampu bekerja sebagai racun pada larva baik sebagai racun kontak maupun racun perut. Senyawa alkaloid berkerja di sistem saraf dan juga dapat menyebabkan gangguan sistem pencernaan karena alkaloid bertindak sebagai racun perut yang masuk melalui mulut larva Anonim 2011b. Menurut Yulianto 2005 flavonoid dapat masuk melalui kutikula yang melapisi tubuh larva yang dapat merusak memberan sel sehingga dapat digunakan sebagai larvasida. Senyawa saponin merupakan senyawa bioaktif sebagai zat toksik termasuk dalam golongan racun kontak karena dapat masuk melalui dinding tubuh larva dan racun perut melalui mulut karena larva biasanya mengambil makanan dari tempat hidupnya. Senyawa saponin dapat mengiritasi mukosa saluran pencernaan dan juga memiliki rasa pahit sehingga menurunkan nafsu makan larva kemudian larva aka mati karena kelaparan Novizan 2002. Senyawa tanin dapat menekan nafsu makan, tingkat pertumbuhan dan kemampuan bertahan Hopkins and Huner 2004. 4.3 Perancangan Teknologi Proses Produksi Larvasida Nabati Perancangan teknologi proses produksi larvasida nabati dari biji kamandrah didasari atas : a. Belum diketahui senyawa aktif apa saja yang terdapat dalam biji kamandrah yang selama ini digunakan sebagai larvasida; b. Pemanfaatan biji kamandrah selama ini oleh masyarakt hanya menggunakan biji sebagai larvasida; dan c. Belum ditemukan patent dan literatur yang mengekstrak biji kamandrah sebagai larvasida. Pengunaan biji kamandrah sebagai bahan larvasida telah digunakan masyarakat berdasarkan pengalaman turun temurun. Dengan demikian pengembangan teknologi proses dalam lingkup penelitian ini adalah suatu upaya untuk merancang teknologi proses untuk memperoleh ekstrak minyak biji kamandrah dalam formula granula yang pada akhirnya dapat meningkatkan nilai tambah dari produk yang dibuat. Metode yang digunakan dalam mengekstrak biji kamandrah adalah metode pengempaan, kemudian dibandingkan dengan metode ekstraksi lain dengan menggunakan pelarut. Menurut Mangunwidjaja dan Suryani 2004 bahwa teknologi proses untuk agroindustri adalah penerapan teknologi proses pengubahan secara kimiabiokimia danatau fisik hasil pertanian menjadi produk dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi. Tahapan proses untuk peningkatan nilai tambah hasil pertanian disajikan pada Gambar 29. Gambar 29. Teknologi proses untuk peningkatan nilai tambah hasil pertanian Sumber : Mangunwidaja dan Suryani 2002 Dalam lingkup pengembangan teknologi proses ekstraksi dilakukan dalam beberapa tahapan yang meliputi : a. Proses ekstraksi senyawa aktif dari biji kamandrah; b. Penentuan produk akhir ekstrak; c. Perancangan proses; dan d. Analisis kelayakan teknis dan ekonomis perancangan proses. Dengan demikian diperlukan suatu perancangan proses untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Bila ditinjau dari segi output dari perancangan teknologi proses dituntut dua kriteria yaitu secara teknis rancangan tersebut dapat diterapkan dan dioperasionalkan dalam wahana pabrik pemproses dan secara ekonomi implementasi rancangan harus menguntungkan.

4.3.1 Proses Ekstraksi Senyawa Aktif dari Biji Kamandrah

Proses ekstraksi senyawa aktif dari biji kamandrah dilakukan dengan metode pengempaan, dengan pertimbangan senyawa bioaktif yang terdapat dalam biji tidak terdegradasi karena pengaruh panas yang tinggi. Tujuan ekstraksi dengan metode pengempaan ini agar diperoleh senyawa aktif dari biji kamandrah. Pemilihan metode ini didasarkan atas hasil penelitian Iswantini et al. 2007 bahwa bagian tanaman kamandrah yaitu daun, batang, dan biji dalam bentuk serbuk yang diekstrak dengan air dan etanol, serta minyak yang di ekstrak dengan pengempaan menunjukkan bahwa bagian dari biji yaitu minyak yang di peroleh Bahan-bahan mentah Penyiapan kondisi bahan mentah Pereaksian Pemisahan produk Produk Samping Penyempurnaan produk Produk utama Utilitas Daur ulang dengan proses ekstraksi dengan pengempaan paling berpotensi sebagai insektisidalarvasida terhadap larva nyamuk A. aegypti instar 3. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa ekstraksi dari biji C. tiglium L. dengan metode maserasi mempergunakan pelarut petrolium eter menghasilkan rendemen 11,2 Ying et al. 2002, sedangkan dengan etanol menghasilkan ekstrak 12,67 Wu et al. 2007; 8,77 Riyaldi 2008 dan 18,6 Saputera et al. 2008. Sedangkan menurut Iswantini et al. 2008 pengempaan mekanis biji kamandrah dengan tekanan 15 ton dengan berbagai perlakuan diperoleh rendemen minyak 16,00-21,22. Pengempaan mekanis ini sesuai untuk memisahkan minyak dari bahan yang kadar minyak tinggi 30-70 Ketaren 1986, yang mana kamandrah mempunyai minyak yang cukup tinggi yaitu 53-56 Quisumbing 1951; 50-60 Eckey 1954. Sebelum biji kamandrah di ekstrak senyawa aktifnya, terlebih dahulu dilakukan penyiapan bahan. Penyiapan bahan dilakukan sesuai dengan standar mutu simplisia yang meliputi pengumpulan bahan, penyortiran buah, pengeringan, pengupasan kulit, pengecilan ukuran Badan POM 2005 Gambar 35. Minyak kamandrah yang dihasilkan selanjutnya dilakukan pengujian dengan GC-MS, diperoleh senyawa aktif butacarboxim, 2,3,6-trichlorphenol, dnoc, propamocarb, 1,4-naphthoquinone dan piperidine, 1-1-oxo-3-phenyl-2-propynyl yang diprediksi sebagai insektisidalarvasida. Hasil ekstraksi biji kamandrah dengan pengempaan diperoleh minyak kamandrah sebesar 1,22 kg Gambar 30. Pengumpulan Bahan Bahan baku dikumpulkan dan diambil dari Agro widia wisata ilmiah Balittri Parung Kuda, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Sortasi Sortasi dilakukan untuk memilih dan memisahkan buah yang masih segar dari kotoran atau bahan-bahan asing lainnya yang melekat dikulit buah dapat berupa daun, batang, rimpang, akar, biji dan bunga, disamping untuk memisahkan buah yang baik dan tidak cacat. Dari 10 kg buah kamandrah yang dipetik menghasilkan buah yang baik 9,2 kg selebihnya buah abnormal rusak mencapai 0,8 kg. Gambar 30. Diagram alir proses ekstraksi senyawa aktif biji kamandrah dengan metode pengempaan Pengeringan Buah dikering-anginkan pada tempat yang teduh dan tidak terkena sinar matahari secara langsung. Penyinaran matahari secara langsung berdampak negatif terhadap kelangsungan hidup viability biji dan juga berpengaruh pada senyawa aktif yang terdapat di dalam biji. Dari 9,2 kg buah, menghasilkan biji kering sebanyak 6,43 kg dan 2,77 kg merupakan air yang teruapkan. Pengupasan Kulit Buah Buah yang sudah matang optimal dan telah dikeringkan kulit buahnya dengan sendirinya akan membuka, tetapi ada pula buah yang kulitnya tidak Pemilihan buah kamandrah Buah kamandrah 10 kg Buah tak normal 0,8 kg 7,97 Pengeringan buah kadar air 12 Pengupasan kulit buah Pengecilan ukuran 40 mesh Ekstraksi metode pengempaan Suhu pemanasan : 85 C Tekanan : 10,54 MPa Lama pemanasan : 15 menit Uap air 2,77 kg 30,1 Kulit buah 2,08 kg 32,41 Ampas 3,13 kg 72,03 Pengujian dan identifikasi senyawa aktif Ekstrak minyak kamandrah 1,22 kg 27,97 Senyawa aktif 9,2 kg 6,43 kg 4,35 kg 4,34 kg 0,01 kg hilang langsung membuka secara langsung sehingga perlu dilakukan secara manual untuk membuka kulit luar dari biji atau dapat dilakukan dengan mesin pengupas kulit biji. Dari 6,43 kg buah kering diperoleh biji sebanyak 4,35 kg dan 2,08 kg 32,41 kulit buah. Pengecilan Ukuran Bahan Pengecilan ukuran bertujuan menambah luas permukaan padatan sehingga memudahkan proses ekstraksi. Pengecilan ukuran bahan dilakukan dengan hammer hill pada skala laboratorium yang lolos 40 mesh. Proses Ekstraksi dengan Pengempaan Proses ekstraksi dilakukan dengan cara pengempaan pada suhu 85 o C, tekanan 10,54 MPa dan lama pemanasan 15 menit. Kriteia suhu pemanasan, lama dan tekanan pengempaan diambil berdasarkan kondisi optimum yang diperoleh dari penelitian terdahulu. Dari 4,34 kg biji kering diperoleh minyak kasar 1,22 kg dan 3,13 kg 72,03 ampas biji. Penyaringan Proses penyaringan dilakukan untuk memisahkan minyak kasar dari kotoran atau benda asing yang terbawa pada saat ekstraksi. Pengujian dan Karakterisasi Hasil pengujian yang dilakukan menggunakan GC-MS diperoleh enam senyawa aktif yang diprediksi sebagai insektisidalarvasida yaitu butacarboxim, 2,3,6-trichlorphenol, dnoc, propamocarb,1,4-naphthoquinone dan piperidine, 1-1-oxo-3-phenyl-2-propynyl. Bila dilihat dari hasil formulasi diperoleh formula dalam bentuk granula yang berpotensi sebagai larvasida nabati dan tidak bersifat iritasi pada mata dan kulit.

4.3.2 Penentuan Produk Akhir Ekstrak Minyak Biji Kamandrah

Setelah diperoleh ekstrak minyak biji kamandrah yang mengandung senyawa aktif yang berfungsi sebagai insektisidalarvasida, selanjutnya dilakukan penentuan produk akhir ekstrak yang akan digunakan. Menurut Marimin 2004 bahwa mengingat pentingnya penentuan produk akhir yang dihasilkan, maka dalam penentuannya diperlukan wawancara dengan pakar dan pengorganisasian pengetahuan dari berbagai buku tentang penggunaan produk yang dihasilkan. Produk yang dihasilkan berbentuk ekstrak minyak sebagai bahan larvasida dengan aplikasi cara pemberian secara umum dapat dilakukan dengan penaburan. Salah satu metode yang umum dipergunakan dalam menentukan produk akhir adalah Metode Perbandingan Eksponensial MPE. MPE merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang mengkuantifikasikan pendapat seseorang atau lebih dalam skala tertentu. Pada prinsipnya MPE adalah metode skoring terhadap pilihan yang ada. Dengan perhitungan secara eksponensial, perbedaan nilai antar kriteria dapat dibedakan tergantung kepada kemampuan orang yang menilai. Menurtu Marinin 2004 langkah-langkah yang diperlukan dalam pemilihan keputusan dengan MPE adalah : 1. Penentuan alternatif keputusan, 2. Penyusunan kriteria keputusan yang akan dikaji, 3. Penentuan derajat kepentingan relatif setiap kriteria keputusan dengan menggunakan skala konversi tertentu sesuai keinginan pengambil keputusan, 4. Penentuan derajat kepentingan relatif dari setiap alternatif keputusan, dan 5. Pemeringkatan nilai yang diperoleh dari setiap alternatif keputusan Penyusunan Calon Bentuk Produk Akhir Dalam penyusunan calon bentuk produk akhir ekstrak minyak biji kamandrah sebagai bahan larvasida, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain cara aplikasi dan bentuk sediaan. Beberapa metode aplikasi pestisida adalah penyemprotan, fogging, penaburan, penghembusan, fumigasi, injeksi, pengecetan dan pengocoran. Mengingat target yang akan dibasmi dalam bentuk larva nyamuk, maka bentuk sediaan formula yang dibuat dalam bentuk serbuk, dengan pertimbangan penggunaan larvasida yang lazim dilakukan dengan cara penaburan. Calon bentuk produk akhir dari ekstrak minyak biji kamandrah adalah wettable power WP, water dispersible granula WG, capsule suspension CS, dust D, dan granula GR. Penilaian terhadap produk akhir di dapat dari hasil wawancara dengan pakar dan pengorganisasian pengetahuan dari berbagai buku tertentu tentang bentuk sediaan larvasida. Penyusunan kriteria yang dikaji Penyusunan kriteria yang dikaji didasarkan pada faktor-faktor yang akan mempengaruhi variasi bentuk sediaan, cara pemberian dan kepentingan dari masing-masing kriteria, dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Kriteria keputusan untuk penentuan produk akhir larvasida No Kriteria Penilaian 1 Bentuk partikel dan sifat kristal 3 2 Ukuran partikel 3 3 Aliran 4 4 Kompresibilitas 5 5 pH dan larutan 2 6 Kelarutan 3 7 Kestabilan keadaan padat 4 8 Kemudahan dalam aplikasi 5 9 Kemudahan dalam membawa 4 10 Daya pelindung bahan aktif 5 11 Kepraktisan kemasan 5 12 Ketahanan terhadap lingkungan luar 4 Penentuan tingkat kerpentingan kriteria Penentuan penilaian dilakukan setelah mengetahui jenis-jenis kriteria yang dipilih dengan memberikan skala nilai berkisar 1-5. Penilaian kriteria 1 = sangat tidak penting, 2 = tidak penting, 3 = biasa, 4 = penting dan 5 = sangat penting Penentuan skor tiap calon produk akhir pada setiap kriteria Langkah berikutnya adalah menentukan nilai pada calon produk akhir dengan nilai berkisar antara 1-10. Nilai 1 = alternatif calon ditolak, 2 = tidak memenuhi kriteria, 3 = sangat amat kurang, 4 = sangat kurang, 5 = kurang, 6 = cukup, 7 = baik, 8 = baik sekali, 9 = agak sempurna, 10 = produk ideal. Adapun hasil perhitungan nilai berdasarkan penilaiannya disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Nilai calon produk akhir untuk setiap kriteria Bentuk produk akhir Kriteria WP WG CG D GR Penilaian 1 8 8 6 6 8 3 2 6 8 6 5 7 3 3 7 7 6 6 7 4 4 5 5 6 7 5 5 5 5 4 5 8 5 2 6 5 3 4 4 3 3 7 6 6 6 5 7 4 8 7 8 8 6 8 5 9 7 9 9 6 8 4 10 6 6 6 6 8 5 11 6 8 7 6 7 5 12 7 6 5 6 8 4 44.861 89.058 75.426 45.117 99.369 Keterangan : wettable power WP, water dispersible granula WG, capsule suspension CS, dust D, dan granula GR Perhitungan nilai total calon produk akhir Seleksi calon produk akhir berdasarkan MPE. Keuntungan metode ini adalah nilai menggambarkan urutan prioritas menjadi besar karena merupakan fungsi eksponential, sehingga urutan prioritas alternatif keputusan lebih nyata. Dari hasil perhitungan nilai total tertinggi merupakan produk akhir yang terpilih. Dari hasi perhitungan pada Tabel 18, didapatkan bentuk produk akhir yang cocok digunakan adalah granula, karena mempunyai nilai tertinggi yaitu 99.369. Aplikasi Produk Menurut Ansel 1989 bahwa hasil ekstrak yang diperoleh dari bahan alam dapat berupa 1 ekstrak setengah cair atau kental, 2 butir-butir atau ekstrak padat, dan 3 ekstrak kering serbuk. Ekstrak yang dihasilkan dari penelitian ini adalah ekstrak berbentuk kental minyak. Aplikasi produk dan formulasi didasarkan atas hasil ekstrak yang diperoleh dan telah dilakukan pengujian terhadap khasiat dan keamanan dari hasil akhir produk yang dihasilkan. Larvasida nabati yang dibuat mengacu dari hasil penelitian KKP3T lanjutan tahun 2008 yang telah mendapatkan satu formulasi larvasida nabati bentuk granula yang sustain released Iswantini 2008. Formula dibuat dengan metode granula basah atau aglomerasi, dilakukan dengan cara mengadukagitasi serbuk atau campuran serbuk dengan keberadaan cairan yang biasanya berupa larutan pengikat yang sudah dicampur dengan serbuk kering. Menurut Agoes 2006 pembentukan granula berlangsung karena efek ikatan mobil-liquid yang terbentuk antara partikel primer. Prosesnya meliputi tahap-tahap sebagai berikut : 1. Deaglomerasi bahan awal dengan penggilingan atau pengayakan, 2. Pencampuran kering bahan awal, 3. Penambahan cairan dan pembentukan masa basahlembab, 4. Pengayakan masa basah untuk menghilangkan bongkahan besar, 5. Pengeringan, dan 6. Penggilingan atau pengayakan granulasi kering untuk mencapai ukuran granuldistribusi ukuran granula yang sesuai. Menurut Iswantini 2008 bahwa aplikasi penggunaan formula larvasida nabati dari minyak biji kamandrah dalam bentuk granula dalam air tidak menunjukkan perubahan warna dari air dan formula langsung mengendap pada dasar wadah. Hasil uji iritasi dari formula yang dihasilkan dalam bentuk granula menunjukkan formula yang dihasilkan tidak bersifat iritasi pada kulit dan mata skala aplikasi. Larvasida nabati yang dihasilkan dalam bentuk formula merupakan insektisida yang digunakan untuk membunuh jentik nyamuk. Senyawa aktif yang ada dalam formula berkerja sangat spesifik dan secara perlahan-lahan, sehingga efektif membunuh larva dalam waktu dua sampai tiga bulan.

4.3.3 Perancangan Proses

Perancangan proses produk dalam hal ini minyak sebagai bahan larvasida dilakukan dengan mengikuti proses pembuatan produk hasil dari ekstraksi minyak biji kamandrah dengan pengempaan, kemudian dianalisis terhadap output yang dihasilkan. Untuk menduga kelayakan dari perancangan teknologi proses perlu diamati keseluruhan tahapan proses dari proses ekstraksi sampai menjadi produk akhir, sehingga dapat mengingkatkan nilai tambah dari produk yang dihasilkan. Prosedur untuk menentukan perancangan proses meliputi pemilihan metode ekstraksi yang dapat meningkatkan rendemen ektrak secara kuantitatif, penentuan produk akhir ekstrak minyak yang dihasilkan, aplikasi dan formulasi, dan analisis kelayakan finansial terhadap produk yang telah dihasilkan. Menurut Sieder et al. 1999 teknik heuristik untuk perancangan proses terdiri dari lima tahapan yaitu 1. Pengurangan perbedaan jenis molekul bahan atau pemilihan jalur reaksiproses, 2. Pembagian pereaksi atau bahan dengan cara mempertemukan sumber dan tujuan proses, 3. Pengurangan perbedaan komposisi, yang antara lain dilakukan dengan penerapan sistem pemisahan, 4. Pengurangan perbedaan suhu, tekanan dan fase, 5 Pemaduan tahap, yaitu menggabungkan kegiatan operasi ke dalam satuan satuan proses. Metode yang biasa digunakan dalam perancangan proses adalah metode sintesis proses dan simulasi proses. Dari kedua metode ini selanjutnya akan dianalisis kelayakan teknis dan ekonomis terhadap rancangan yang diperoleh. Pada penelitian ini metode rancangan proses yang digunakan adalah metode sintesis proses. Sintesis proses adalah suatu pola kegitan yang berurutan dan terpadu untuk memasok kesenjangan informasi, sehingga diperlukan beberapa asumsi yang berkaitan dengan jenis satuan proses yang digunakan dan rangkaian satuan-satuan, serta kondisi proses yang akan ditetapkan. Pola kegiatan yang berurutan dan terpadu inilah yang merupakan suatu sinteis Sieder et al. 1999. Adapun proses penyiapan bahan, ekstraksi menggunakan metode pengempaan dan formulasi disajikan pada Lampiran 47. Dari perancangan proses ini nantinya akan diperoleh rancangan proses yaitu : 1 secara teknis rancangan dapat diterapkan dan dioperasikan dalam wahana pabrik pemproses dan 2 secara ekonomis implementasi rancangan proses menguntungkan. Pemilihan teknologi proses yang digunakan dilakukan dengan membangingkan dengan metode ekstraksi lainnya. Pada kasus ekstraksi secara mekanis ini sebagai bahan aktif dilakukan pembandingan dengan proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut air dan etanol. Pembandingan Proses Proses ekstraksi biji kamandrah dapat dilakukan dengan beberapa cara, sehingga diperoleh ekstrak sebagai bahan larvasida. Tahapan heuristik merupakan hasil pilihan terbaik dari beberapa pilihan yang dicanangkan. Pemilihan proses dilakukan dengan membandingkan beberapa metode ekstraksi yang digunakan untuk mengekstrak biji kamandrah seperti terlihat pada Tabel 16. Tabel 16. Beberapa parameter proses ekstraksi sebagai bahan larvasida Parameter Proses I Proses II Proses III Metode Maserasi pelarut air Maserasi pelarut etanol Ekstraksi dengan pengempaan Suhu ekstraksi 27 o C 27 o C 65 o C Lama ekstraksi 6 hari 6 hari 15 menit Nisbah bahanpelarut 1:7 gml 1:7 gml - Rendemen 5,46 8,77 20,41 Uji potensi larvasida persen kematian larva A. aegypti : - Konsentrasi 0,5 2 - - - Konsentrasi 0,1 - 7 57,6 Sumber : Iswantini 2007 Data yang disampaikan merupakan hasil penelitian Kerjasama Kemitraan Penelitian Pertanian dengan Perguruan Tinggi KKP3T yang menunjukkan hasil ekstraksi biji kamandrah dengan pelarut dan mekanis dengan pengempaan diperoleh rendemen tertinggi yaitu 20,14 ekstraksi dengan pengempaan, bila dibandingkan dengan metode maserasi menggunakan pelarut air 5,46 dan pelarut etanol 8,77. Bila dilihat dari uji potensi larvasida terhadap larva nyamuk A. aegypti instar 3 menunjukkan ekstraksi dengan pengempaan lebih berpotensi dibandingkan dengan ekstraksi dengan metode maserasi Tabel 19 Menurut Hui 1996 Minyak dapat diekstrak dengan cara cara rendering, mekanis, atau menggunakan pelarut. Salah satu jenis ekstraksi yang umum digunakan adalah ekstraksi secara mekanis dengan menggunakan pengempaan hidrolik hydrolic pressing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraksi dari biji C. tiglium L. dengan metode maserasi mempergunakan pelarut petrolium eter menghasilkan rendemen 11,2 Ying et al. 2002, sedangkan dengan etanol menghasilkan ekstrak 12,67 Wu et al. 2007; 8,77 Riyaldi 2008 dan 18,6 Saputera et al. 2008. Sedangkan menurut Iswantini et al. 2008 pengempaan mekanis biji kamandrah dengan tekanan 15 ton dengan berbagai perlakuan diperoleh rendemen minyak 16,00-21,22. Pengempaan mekanis ini sesuai untuk memisahkan minyak dari bahan yang kadar minyak tinggi 30-70 Ketaren 1986, yang mana kamandrah mempunyai minyak yang cukup tinggi yaitu 53- 56 Quisumbing 1951; 50-60 Eckey 1954. Dua tahapan yang perlu dilakukan pada ekstraksi mekanis yaitu tahap perlakuan pendahuluan dan tahap pengempaan. Tahap pendahuluan terdiri atas pembersihan bahan, pengeringan, pengecilan ukuran, dan pemasakan. Tujuan dari pemasakan adalah untuk mengkoagulasi protein dalam bahan dan menurunkan viskositas minyak, sehingga minyak mudah keluar. Selain itu, dengan pemasakan dapat menyebabkan afinitas minyak dengan permukaan bahan menjadi berkurang sehingga pada saat pengempaan minyak dapat diperoleh semaksimum mungkin. Berdasarkan tahapan perancangan proses diperoleh rancangan proses ektraksi menggunakan pengempaan dan proses produksi larvasida nabati dalam bentuk granula, seperti pada Lampiran 48.

4.3.4 Analisis Kelayakan Finansial Terhadap Produk

Agar supaya rancangan proses untuk mengetahui kelayakan produk yang dihasilkan dapat dilakukan tingkat kelayakannya untuk dikembangkan dan diterapkan lebih jauh, diperlukan analisis evaluasi kelayakan finansial. Menurut Sutojo 1993 analisis finansial dapat memberikan gambaran tentang struktur permodalan bagi perusahaan yang mencakup seluruh kebutuhan modal untuk dapat melaksanakan aktivitas mulai dari perencanaan sampai pabrik beroperasi. Kemudian dilakukan penilaian aliran dana yang diperlukan dan kapan dana tersebut dapat dikembalikan sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan serta apakah proyek tersebut menguntungkan atau tidak. Analisis kelayakan finansial yang umumnya dilakukan terhadap pengembangan proses meliputi : Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR, Net Benefit Cost Ratio Net BC ratio dan Payback Periode PBP, serta analisis sensitivitas yang memberikan nilai tambah dari produk yang dikaji. Evaluasi kelayakan finansial dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sempai seberapa jauh industri pengolahan formulasi sebagai larvasida nabati yang berbahan baku minyak biji kamandrah mempunyai prospek dikembangkan berdasarkan aspek finansial. Menurut Sutedjo 1993 evaluasi aspek finansial dilakukan untuk memperkirakan jumlah dana yang diperlukan, baik untuk dana tetap maupun modal kerja awal. Selain itu aspek finansial mengkaji struktur pembiayaan serta sumber dana yang menguntungkan, sumber dana modal yang digunakan, beberapa bagian jumlah kebutuhan dana itu yang wajar untuk dibiayai dengan pinjaman dari pihak ke tiga serta dari mana sumbernya dan berapa besarnya. Data yang dipergunakan dalam kajian finansial mengacu dari hasil penelitian KKP3T lanjutan tahun 2008 yang telah mendapatkan satu formulasi larvasida nabati bentuk granula yang sustain released dari minyak biji kamandrah Iswantini 2008. Pengkajian finansial pembuatan larvasida nabati dari minyak biji kamandrah menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut : 1. Industri larvasida nabati dari minyak kamandrah diperkirakan berkapasitas olah sebesar 310.697.000 g tahun. 2. Pembelian bahan biologis biji kamandrah diperhitungkan sebesar Rp. 5.000,- kg. 3. Umur ekonomis proyek ditetapkan selama 10 tahun berdasarkan umur ekonomis investasi mesin dan peralatan. Dengan asumsi umur ekonomis bangunan selama 20 tahun, untuk mesin, peralatan dan fasilitas selama 10 tahun dan kendaraaan 5 tahun. 4. Tingkat produksi pada tahun pertama 80 pada tahun kedua 90 dari total produksi yang direncanakan. Pada tahun ketiga dan tahun berikutnya produksi mencapai 100 dari total yang direncanakan. 5. Biaya administrasi dalam menjalankan perusahaan dihitung 2 dari nilai investasi. 6. Besarnya residu proyek yang dikerjakan pada tahun ke-10 merupakan nilai buku pada tahun tersebut. 7. Modal investasi maupun modal kerja bersumber dari pinjaman bank dan equity dengan debt equity ratio sebesar 50:50. 8. Pinjaman bank dengan suku bunga per tahun sesuai dengan saat perhitungan yaitu 15 berlaku bai kredit investasi maupun kredit modal kerja yang berlaku pada saat itu. Bunga masa kontruksi dibebankan pada tahun-tahun berikutnya. 9. Perhitungan penyusutan mesin dan peralatan, bangunan dan fasilitas produksi menggunakan straight-line method, salvage value sebesar 10 nilai awal. 10. PPh pajak penghasilan disesuaikan dengan peraturan pemerintah tentang pajak pendapatan badan usaha dan perseroan. Besarnya pajak yang dibayarkan berdasarkan SK Menkue RI No. 598KMK.041994 Pasal 21 bahwa apabila pendapatan hasil industri mengalami kerugian maka tidak dikenakan pajak, namun apabila pendapatan per tahun kurang dari Rp. 25.000.000,- akan dikenakan pajaj 10. Apabila pendapatan berada pada kisaran Rp. 25.000.000,- sampai Rp 50.000.000,- akan dikenakan pajak 10 dari Rp 25.000.000,- yang pertama dan ditambah 15 dari pendapatan yang telah dikurangai Rp 25.000.000,-. Apabila pendapatan berada diatas Rp. 50.000.000,- maka dikenakan pajak 10 dari Rp 25.000.000,- ditambah 15 dari Rp 25.000.000,- dan ditambah lagi 30 dari pendapatan yang telah dikurangi Rp 50.000.000,-. 11. Waktu pembayaran kredit investasi dilakukan 1 tahun setelah akad kredit dengan besarnya cicilan diperhitungkan sama setiap tahunnya. 12. Perhitungan biaya pemiliharaan 2 dari nilai investasi peralatan yang digunakan untuk menghasilkan produk. 13. Biaya pemasaran dan promisi dipandang perlu untuk meningkatakn omzet penjualan, biaya yang dikeluarkan sebesar 35 dari harga jual produk. 14. Kenaikan upah kerja juga diperhitungkan sebanyak 4,5 setiap tiga tahun. 15. Harga bahan baku biji kamandrah, peralatan dan lainnya didasarkan pada harga saat dilakukan perhitungan yaitu pada akhir bulan Nopember – Desember 2011. Evaluasi kelayakan finansial yang dilakuan untuk mengkaji sampai seberapa jauh prospek produk yang dihasilkan berupa industri formula larvasida hayati yang berbasis minyak biji kamandrah, dalam periode waktu tertentu yang meliputi Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR, Net Benefit Cost Ratio Net BC ratio dan Payback Periode PBP, serta analisis sensitivitas yang memberikan nilai tambah dari produk yang dikaji. Hasil perhitungan dan evalusi kelayakan finansial yang dilakukan untuk mengkaji seberapa jauh prospek produk yang dihasilkan dapat dijelaskan sebagai berikut : Penentuan Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi HPP industri larvasida nabati ditentukan dengan metode Full costing sehingga diperoleh HPP dari produk larvasida nabati adalah Rp. 900,- dalam bentuk saset plastik yang berisi 10 g. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 56. Proyeksi Penjualan Produk Pendirian industri larvasida nabati dari minyak kamandrah direncanakan dengan kapasitas produksi 310.617.000 g per tahun. Tingkat produksi pada tahun pertama 80 252.936.000, pada tahun ke-2 90 284.553.000 dan tahun berikutnya berproduksi 100. Pada tahun 1 proyeksi penjualan mencapai Rp. 63.234.000,-, tahun ke-2 Rp. 50.587.200,- dan tahun berikutnya berturut-turut Rp. 63.234.000,-. Proyeksi penjualan produk dari tahun 1 sampai tahun ke-10 dapat dilihat pada Lampiran 57. Proyeksi Arus Kas Sumber dana dari proyeksi aliran kas disusun berdasarkan pertimbangna rugi laba dari penerimaan penjualan produk dan penyusutan. Aliran dana dapat berguna dalam pembiayaan operasional industri larvasida nabati dari minyak kamandrah, seperti pada Lampiran 58. Proyeksi Laba Rugi Penentuan proyeksi laba rugi digunakan untuk menentukan tingkat profitabilitas suatu proyek dalam hal ini industri larvasida. Secara umum industri larvasida nabati direncanakan memberikan proyeksi yang signifikan, hal ini terbukti dengan kenaikan laba yang positif. Pajak penghasilan dihitung berdasarkan UU No. 17 tahun 2000. laba besih dihitung dengan pengurangan PPh atas laba sebelum pajak. Proyeksi laba rugi dapat dilihat pada Lampiran 59. Penentuan Kelayakan Proyek Penentuan kelayakan rencana pendirian industri larvasida nabati dilakukan berdasarkan proyeksi neraca parameter kelayakan proyek antara lain IRR, PBP, NPV, Net BC dan BEP serta analisis sensitivitas terhadap proyek yang akan didirikan. Dari hasil proyeksi neraca pada beberapa parameter kelayakan proyek industri larvasida nabati dapat disimpulkan bahwa industri ini mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan lebih lanjut. Internal Rate of Return IRR Menurut Sutojo 1993 IRR adalah tingkat suku bunga discount rate modal yang mengakibatkan nilai sekarang NPV dari aliran uang suatu proyek sama dengan nol. Nilai IRR didasarkan atas kriteria layak jika nilai IRR lebih besar dari pada suhu bunga yang sedang berlaku. Dari hasil perhitungan menunjukkan nilai IRR 32,9, nilai tersebut lebih tinggi dari tingkat suku bunga pinjaman 15 per tahun. Hasil perhitungan nilai IRR dapat dilihat pada Lampiran 60. Payback Periode PBP Nilai PBP atau periode waktu pada saat akumulasi pendapatan besarnya sama dengan dana yang dikeluarkan, yang dihitung pada nilai sekarang present value , dimana nilai PBP industri larvasida nabati dari minyak biji kamandrah adalah selama 5,9 tahun. Nilai Net Present Value NPV Nilai NPV proyek pendirian industri formula larvasida hayati mempunyai nilai yang positif yaitu Rp. 25.509.663.712,- dengan tingkat suku bunga 15. Hal ini mengindenfikasikan bahwa proyek yang dibangun layak untuk dilanjutkan. Menurut Gray et al. 1992 bahwa kriteria kelayakan apabila nilai NPB 0. Net Benefit Cost Ratio Net BC ratio Nilai Net BC ratio merupakan rasio antara jumlah present value yang positif dengan jumlah present value yang negatif. Kriteria kelayakan proyek, jika nilai Net BC ratio 1 atau = 1 dan tidak layak jika nilai Net BC 1. Dari hasil perhitungan, Net BC ratio pada industri larvasida nabati dengan nilai 1,4 artinya industri ini layak untuk dikembangkan. Break Event Point BEP Perhitungan BEP, jika julah penjualan produk pada satu periode tertentu sama dengan jumlah biaya yang dibebankan, sehingga proyek tersebut tidak mengalami kerugian juga tidak memperoleh laba. Dari hasil perhitungan BEP, pendirian industri larvasida nabati dari minyak kamandrah pada kapasitas produksi adalah sebesar Rp. 1.148.694.000,-. Titik ini tercapai pada saat produksi sebesar 1.064.299 saset 10 g larvasida per tahun. Perhitungan BEP dapat dilihat pada Lampiran 61. Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan kriteria investasi pendirian industri larvasida nabati yang berbasis minyak kamandrah disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Kriteria kelayakan investasi pendirian industri larvasida nabati dari minyak kamandrah. No Kriteria investasi Nilai 1 NPV Rp 25.509.663.712 2 IRR 32,9 3 Net BC 1,4 4 PBP tahun 5,9 5 BEP Rp 1.148.694.000 Analisis sensitivitas Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat kepekaan proyek terhadap penurunan harga jual produk dan kenaikan biaya bahan baku, input dan utilitas. Sensitivitas di ukur berdasarkan perubahan nilai NPV, IRR, Net BC ratio dan PBP. Analisa dilakukan untuk melihat seberapa jauh proyek masih layak untuk dikembangkan bilamana terjadi perubahan faktor-faktor diatas. Menurut Gray 1992 analisis sensitivitas diperlukan untuk mengantisipasi kemungkinan kesalahan dalam menilai biaya atau manfaat serta untuk mengantisipasi kemungkinan terjadi perubahan suatu unsur harga pada saat proyek tersebut dilaksanakan. Perhitungan nilai kriteria pada berbagai perubahan penurunan harga jual dan kenaikan harga bahan baku, input dan utilitas disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Hasil analisis sensitivitas pendirian industri larvasida yang bersumber dari ekstrak biji kamandrah. No Kriteria investasi Penurunan harga jual 10 Kenaikan harga bahan baku, input dan utilitas 10 Kenaikan harga bahan baku, input dan utilitas 15 1 NPV Rp 11.995.300.439 3.203.645.841 2.642.883.930 2 IRR 12,3 22,1 17,9 3 Net BC 0,81 1,1 0,96 4 PBP tahun 13,4 9,2 10,7 Hasil analisis sensitivitas menunjukkan pada kondisi kenaikan harga bahan baku, input dan utiltas sebesar 10 Lampiran 61, akan menurunkan nilai NPV, IRR , Net BC ratio serta memperpanjang PBP, tetapi nilai IRR masih diatas tingkat bunga yang berlaku 15, Net BC ratio 1 dan nilai NPV positif, hal ini menunjukkan bahwa pendirian industri tersebut masih layak dikembangkan. Mengingat perhitungan yang digunakan pada analisis ini hanya menggunakan satu jenis produk dari satu bahan, maka industri ini akan lebih efektif bila menggunakan beberapa bahan dengan kombinasi beberapa produk yang dihasilkan. Dengan demikian efesiensi penggunaan tenaga kerja, proses produksi dan kapasitas mesin akan lebih optimal. Pada akhirnya akan berpengaruh terhadap jangka waktu pengembalian invesasi PBP tentunya akan lebih cepat sehingga keuntungan akan lebih cepat diperoleh. 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Efikasi larvasida minyak kamandrah terbaik diperoleh pada umur panen buah 42 HSP hari setelah pembungaan dengan warna kulit coklat penuh memiliki nilai LC 50 terhadap larva nyamuk A. aegypti instar III 132,67 ppm 24 jam dan 70,08 ppm 48 jam dan rendemen minyak 20,42. Minyak tersebut memiliki bilangan asam 8,76 mg KOHg minyak; kadar asam lemak bebas 4,36 mg KOHg minyak; bilangan peroksida 3,59 meq O100 g minyak; indeks bias 1,4783; berat jenis 0,9466 gml; dan warna meliputi nilai L 73,03, a 3,26 dan b 64,13. Dua komponen asam lemak tidak jenuh tertinggi adalah asam oleat 42,33 dan asam linolieat 2,03. Hasil identifikasi senyawa aktif dengan GC-MS yang diprediksi sebagai insektisidalarvasida adalah piperidine,1-1-oxo-3-phenyl-2-propynyl, 1,4-naphthoquinone, butacarboxim, 2,3,6-trichlorphenol, dnoc, dan propamocarb. 2. Hasil optimasi proses ekstraksi minyak biji kamandrah dengan pengempaan menunjukkan taraf faktor perlakuan berupa suhu pemanasan 85 o C, tekanan pengempaan 10,54 MPa dan lama pemanasan 15 menit memberikan respon yang paling optimum dengan nilai desirability D 0,971. Taraf faktor perlakuan ini memberikan nilai respon pada rendemen minyak 29, nilai LC 50 41,85 ppm dan LC 90 87,51 ppm. 3. Berdasarkan perancangan proses produk, bentuk aplikasi yang tepat untuk larvasida nabati adalah granula. Hasil analisis finansial terhadap produk akhir yang dihasilkan menunjukkan bahwa produk larvasida nabati dari ekstrak minyak biji kamandrah dinyatakan layak dikembangkan dengan nilai NPV Rp. 25.509.663.712,-, IRR 32,9, Net BC ratio 1,4 dan PBP selama 5,9 tahun.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh selama ini dapat disarankan beberapa hal : 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan rendemen minyak yang optimum dengan penggunaan pengepresan mekanis lain,. seperti pengepres berulit expeller pressing. 2. Apabila produk ini dikembangkan dalam bentuk industri larvasida nabati maka diperlukan teknologi budidaya tanaman kamandrah yang matang sehingga kebutuhan bahan baku dapat teratasi. DAFTAR PUSTAKA Adeeko, K.A., and O.O. Ajibola. 1990. Processing factors affecting yield and quality of mechanically expressed groudnur oil. J. Agric. Eng. Res. 452:31-43. Adekola, K.A. 1992. Processing factors as related to coconut oil expression. In; The 16 th Annual Conference of the Nigerian Society of Agricultural Engineers held at the Federal University of Technology. Minna. Niger State. Akinoso, R., J.C. Igbeka, T.M.A. Olayanju, and L.K. Bankole. 2006. Modelling of oil expression from palm kernel Elaeis guineensis Jacq. Agricultural Engineering International : the CIGR Ejournal. Manusscript FP 05 016. Vol. VIII. Alonge, A.F., A.M. Olaniyan, K. Oje, and C.O. Agbaje. 2003. Effects of dilution ratio, water temperatur and pressing time on oil yield from groundnut oil expression. J. Food. Sci. Technol 40 6 : 652-655. Anonim, 1986. Handbook of pharmaceutical excipients. American pharmaceutical association, USA and the pharmaceutical society of Gret Britain. England. Anonim. 2011a. Design expert 8 manual. http:www.statease.comdx8_man.html. [Diakses tanggal 29 Desember 2011]. Anonim. 2011b. Alkaloid. http:science.howstuffworks.comalkaloid-info.htm. [Diakses tanggal 29 Desember 2011]. Anonim. 2012a. Pesticide residues in food. http:www.inchem.orgdocuments jmprjmpmonov83pr08.htm. [Diakses tanggal 15 Januari 2012]. Anonim. 2012b. Butocarboxim. Pesticida Action Network North America PANNA Pesticides Database-Chemical. http:www.pesticideinfo.org Detail_Chemical.jsp?Rec_Id=PC36385. [Diakses tanggal 15 Januari 2012]. Anonim. 2012c. Butocarboxim Ref: Co 755. http:sitem.herts.ac.ukaeru footprintenReports102.htm. [Diakses tanggal 15 Januari 2012]. Anonim. 2012d. Demephion-S. http:www.chemicaldictionary.orgdicD Demephion-S_2391.html. [Diakses tanggal 15 Januari 2012]. Anonim. 2012e. 2,4,6-Trichlorophenol. http:en.wikipedia.orgwiki2,4,6- Trichlorophenol. [Diakses tanggal 15 Januari 2012]. Anonim. 1995. Medical Herb Index in Indonesia, 2 nd ed. PT. Eisia Indonesia. Jakarta. Ansel, H.C. 1989. Pengantar bentuk sediaan farmasi. Edisi keempat. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.