Penggolongan berdasarkan sifat botani Penggolongan berdasarkan kesamaan respon terhadap herbisida

19 Contoh gulma ini adalah: Cyperus rotundus dan Cyperus irinaria. d.3. Golongan gulma berdaun lebar broad leaf weed Kelompok ini terdiri dari gulma yang berdaun lebar yang umumnya terdiri dari klas Dicotyledoneae, pertulangan daun umunya menyirip, misalnya: Ageratum conyzoides, Eupatorium odoratum, Melastoma malabathricum dan Phylanthus niruri.

e. Penggolongan berdasarkan sifat botani

Berdasarkan sifat-sifat botaninya maka gulma dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan yaitu: e.1 Golongan gulma Dicotyledoneae berkeping dua Dicotyledoneae adalah semua tumbuhan gulma yang berasal dari klas Dikotiledon, seperti: Crotalaria sp, Melastoma malabathricum, Phyllanthus niruri dan Lantana camara. e.2. Golongan gulma Monocotyledoneae berkeping satu Monocotyledoneae adalah semua tumbuhan gulma yang berasal dari klas Monokotil seperti: Imperata cylindrical, Panicum repens, Dactyloptenium sp., Eragrostis amabilis, Cynodon dactylon,dan cyperus rotundus. e.3. Golongan gulma Pteridophyta pakis-pakisan Pteridophyta yaitu semua gulma yang berasal dari kelompok pakis- pakisan, contoh : Neprolepsis bisserata.

f. Penggolongan berdasarkan kesamaan respon terhadap herbisida

Berdasarkan kesamaan respon terhadap herbisida, gulma dibedakan menjadi tiga golongan yaitu gulma rumput-rumputan grasses, gulma berdaun lebar broadleave, dan gulma teki sedges. Gulma rumputan atau disebut sebagai gulma berdaun pita merupakan gulma dari kelompok graminae yang memiliki ciri-ciri tulang daun sejajar tulang daun utama, panjang dan lebar daun jelas berbeda. Contoh gulma golongan rumput antara lain Cynodon dactylon, Axonopus compressus, Paspalum conjugatum, dan masih banyak lagi. Gulma golongan teki merupakan gulma dari famili Cyperaceae dengan ciri utama penampang batangnya 20 segitiga. Gulma berdaun lebar sebagian besar merupakan dikotil tetapi ada beberapa golongan monokotil, seperti eceng gondok dan lidah buaya. Pengendalian Gulma dengan Herbisida Pemberantasan gulma dapat dilakukan dengan cara memperhatikan beberapa faktor berikut : - jenis gulma - kepadatan serangan gulma - metode pemberantasan yang digunakan mekanis, biologis atau kimia. Keberhasilan pengendalian gulma merupakan salah satu faktor penentu tercapainya tingkat hasil budidaya tanaman. Gulma dapat dikendalikan melalui berbagai aturan dan karantina; secara biologi dengan menggunakan organisme hidup; secara fisik dengan membakar dan menggenangi, melalui budi daya dengan pergiliran tanaman, peningkatan daya saing dan penggunaan mulsa; secara mekanis dengan mencabut, membabat, menginjak, menyiang dengan tangan, dan mengolah tanah dengan alat mekanis bermesin dan nonmesin, secara kimiawi menggunakan herbisida. Herbisida memiliki efektivitas yang beragam dalam pemberantasan gulma. Berdasarkan cara kerjanya, herbisida kontak mematikan bagian tumbuhan yang terkena herbisida, dan herbisida sistemik mematikan setelah diserap dan ditranslokasikan ke seluruh bagian gulma. Menurut jenis gulma yang akan ditangani terdapat herbisida selektif yang mematikan gulma tertentu atau spektrum sempit, dan herbisida nonselektif yang mematikan banyak jenis gulma atau spektrum lebar. Bahan aktif herbisida yang penting untuk pertanaman jagung adalah glifosat, paraquat, 2,4-D, ametrin, dikamba, atrazin, pendimetalin, metolaklor, dan sianazin. Glifosat yang disemprotkan ke daun efektif mengendalikan gulma rumputan tahunan dan gulma berdaun lebar tahunan, gulma rumput setahun, dan gulma berdaun lebar. Senyawa glifosat sangat mobil, ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman ketika diaplikasi pada daun, dan cepat terurai dalam tanah. Gejala keracunan berkembang lambat dan terlihat 1-3 minggu setelah aplikasi. Herbisida pascatumbuh yang cukup luas 21 penggunaannya untuk mengendalikan gulma pada pertanaman jagung adalah paraquat 1,1- dimethyl-4,4 bypiridinium yang merupakan herbisida kontak nonselektif Fadhly, 2005. Populasi gulma mudah berubah karena perubahan tanaman yang diusahakan dan herbisida yang digunakan dari satu musim ke musim lainnya. Perubahan jenis gulma dapat berimplikasi pada perlunya perubahan herbisida yang digunakan untuk pengendalian. Pertimbangan utama pemilihan herbisida adalah kandungan bahan aktif untuk membunuh gulma yang tumbuh di areal pertanaman. Jenis bahan aktif dan takaran herbisida untuk mengendalikan gulma disajikan dalam Tabel 1. Sedangkan Tabel 2 menunjukkan selektivitas daya bunuh herbisida pada tanaman pokok jagung. Takaran herbisida meningkat jika kondisi penggunaannya kurang mendukung, misalnya hujan turun setelah aplikasi atau daun gulma berlapis lilin. Dalam hal ini perlu digunakan perekatperata surfactant dengan takaran 0,1-0,5 volumevolume Tasistro 1991 dalam Fadhly 2005. Tabel 3 dan 4 menunjukkan jenis gulma yang dapat dikendalikan oleh herbisida tertentu dan waktu penggunaannya. Glifosat efektif mengendalikan gulma rumputan, dan pencampuran glifosat dengan 2,4-D atau dengan dikamba diperlukan agar gulma berdaun lebar juga dapat dikendalikan. Kehadiran gulma tertentu pada pertanaman jagung mengharuskan pencampuran herbisida tertentu, misalnya 2,4-D + dikamba atau 2,4-D + paraquat. Tabel 1. Jenis dan takaran herbisida untuk pengendalian gulma. Herbisida Tunggal Campuran dalam tangki Bahan aktif Dosis kg baha Bahan aktif Dosis kg baha 2.4-D amin 0.70 – 1.20 2.4-D amin + Glifosat 0.7-1.2+0.36-0.63 2.4-D ester 0.40 – 0.80 2.4-D ester + Glifosat 0.4-0.8+0.36-0.63 Glifosat 0.54 – 0.90 Dikamba + Glifosat 0.24-0.36+0.36-0.63 Parakuat 0.20 – 0.40 2.4-D amin + Dikamba 0.7-1.2+0.24-0.36 Dikamba 0.24 – 0.36 Sumber : Violic 2000 dalam Fadhly 2005. 22 Tabel 2. Selektifitas beberapa herbisida penting Bahan aktif herbisida Gulma yang terkendali Gulma yang tidak terkendali 2.4-D Banyak gulma daun lebar setahun.Takaran tinggi dapat digunakan untuk Cyperus sp. Banyak gulma rumputan setahun dan tahunan Glifosat Kebanyakan gulma setahun dan tahunan termasuk teki dan alang- alang Gulma berumbi memerlukan perlakuan tambahan. Gulma hendaknya sedang dalam keadaan pertumbuhan ketika herbisida diaplikasikan Parakuat Kebanyakan gulma daun lebar dan rumput- rumputan Gulma tahunan Dikamba Gulma daun lebar setahun Kebanyakan gulma tahunan Pendimetalin Gulma daun lebar setahun Kebanyakan gulma tahunan Metolaktor Gulma daun lebar dan rumput-rumputan Kebanyakan gulma tahunan dan banyak gulma tahunan Sumber : Lafitte 1994 dalam dalam Fadhly 2005. Tabel 3. Pedoman pemilihan herbisida berdasarkan komposisi gulma dominan. Herbisida Gulma Dominan Setahun Tahunan Daun lebar Rumputan Campuran Daun lebar Rumputan Campuran 2.4-D amin + - - + - - 2.4-D ester + - - + - - Glifosat + + + + + + Parakuat + + + - - - Dikamba + - - + - - Keterangan : + = terkendali , - = tidak terkendali Sumber : Tasistro 1991 dalam Fadhly 2005. 23 Tabel 4. Herbisida yang dianjurkan untuk pengendalian gulma pada tanaman pokok jagung. Penggunaan Bahan aktif herbisida Gulma yang terkendali Sebelum berkecambah Atrazin Selektif untuk jagung Metolaktor Selektif untuk jagung Simazin Selektif untuk jagung 2.4-D Daun lebar Setelah berkecambah Atrazin Selektif untuk jagung Bentason Selektif untuk jagung Sianazin Selektif untuk jagung 2.4-D amin Selektif untuk jagung Penyemprotan langsung setelah berkecambah Ametrin Selektif untuk jagung 2.4-D amin Daun lebar Parakuat Kontak Tanpa olah tanam Parakuat Kontak Glifosat Tidak selektif 2.4-D Daun lebar Pendimetalin Selektif untuk jagung Atrazin Selektif untuk jagung Simazin Selektif untuk jagung Sumber : Violic 2000 dalam Fadhly 2005. Pengendalian gulma secara kimiawi berpotensi merusak lingkungan sehingga perlu dibatasi melalui pemaduan dengan cara pengendalian lainnya. Kesalahan dalam menentukan dosis dosis berlebih pada pemberantasan gulma dengan cara kimia akan mengakibatkan turunan gulma memiliki sifat ketahanan terhadap jenis herbisida tertentu, disamping efek samping yang tidak baik pada lingkungan akibat residu yang ditinggalkan pada tanah. Gambar 5 menunjukkan peningkatan jumlah resistensi gulma pada berbagai kelas herbisida sumber : Heap, I. M. 2007. Gambar 5. Peningkatan jumlah resistensi gulma pada berbagai kelas herbisida sumber : Heap, I. M. 2007. 24 Sistem Multi Agen Menurut Nwana Nwana, 1996. dalam Romi, 2003, konsep agen sudah dikenal lama dalam bidang AI Artificial Intelligence, tepatnya dikenalkan oleh seorang peneliti bernama Carl Hewitt Hewitt, 1977. dalam Romi, 2003 dengan concurrent actor modelnya pada tahun 1977. Dalam modelnya Hewitt mengemukakan teori tentang suatu obyek yang yang disebut actor, yang mempunyai karakteristik menguasai dirinya sendiri, interaktif, dan bisa merespon pesan yang datang dari lain obyek sejenis. Dari berbagai penelitian berhubungan dengan hal diatas, kemudian lahirlah cabang ilmu besar yang merupakan turunan dari AI yaitu Distributed Artificial Intelligence DAI, yang antara lain membawahi bidang penelitian, Distributed Problem Solving DPS, Parallel Artificial Intelligence PAI, dan Multi Agent System MAS. Di dalam kamus Webster’s New World Dictionary Guralnik, 1983. dalam Romi, 2003, agen didefinisikan sebagai: A person or thing that acts or is capable of acting or is empowered to act, for another. Caglayan mendefinisikan agen sebagai: Suatu entitas software komputer yang memungkinkan user pengguna untuk mendelegasikan tugas kepadanya secara mandiri autonomously. Kemudian beberapa peneliti lain menambahkan satu point lagi, yaitu bahwa agen harus bisa berjalan dalam kerangka lingkungan jaringan network environment Brenner et. al., 1998. dalam Romi, 2003. Definisi agen dari para peneliti lain pada hakekatnya adalah senada, meskipun ada yang menambahkan atribut dan karakteristik agen ke dalam definisinya. Secara lengkap definisi agen dan komparasinya, dirangkumkan oleh Franklin dalam makalahnya Franklin et. al., 1996. dalam Romi, 2003.

1. Interaksi Antar Agen dalam Sistem Multi Agen.