63 Helai daun akan muncul berselang seling dari kedua sisi
batang pada setiap buku.Ciri lain dari kelompok ini adalah daunnya yang tidak mempunyai tangkai daun tapi hanya
memiliki pelepahupih dan helaian daun. 2.2. Gulma teki-tekian sedges
Kelompok ini mencakup semua famili Cyperaceae suku teki- tekian.
Ciri-ciri gulma teki-tekian adalah penampang lintang batang umumnya berbentuk segi tiga. Kadang-kadang bulat dan tidak
berongga, memiliki daun yang berurutan sepanjang batang dalam tiga baris, tidak memiliki lidah daun, dan titik tumbuh
tersembunyi. Sebagian besar sistem perakarannya terdiri dari akar rimpang rhizome dan umbi tuber
Gambar 21. Gulma teki-tekian Cyperus byllinga .
c. Data jenis herbisida
Herbisida dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kategori, yaitu cara kerja, waktu pemakaian, dan kombinasi bahan aktif.
1. Berdasarkan Cara Kerja. Berdasarkan cara kerjanya, herbisida di bedakan menjadi dua:
- Herbisida Kontak
64 Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan
jaringan-jaringan gulma yang terkena larutan herbisida, terutama bagian gulma yang berwarna hijau. Bereaksi sangat cepat dan
sangat efektif jika di gunakan pada pemberantasan gulma yang masih muda dan berwarna hijau serta gulma yang memiliki
sistem perakaran tidak meluas. Herbisida kontak memerlukan dosis dan air pelarut yang lebih besar agar bahan aktifnya merata
ke seluruh permukaan gulma dan di peroleh efek pengendalian yang lebih baik.
Contoh herbisida kontak : Gramoxone, Paracol. - Herbisida Sistemik.
Bahan aktif herbisida sistemik dapat di serap dan ditranslokasikan ke seluruh jaringan gulma, mulai dari daun
sampai di perakaran atau sebaliknya. Reaksi kematian gulma terjadi sangat lambat karena proses kerja bahan aktif herbisida
sistemik tidak langsung mematikan jaringan tanaman yang terkena, namun bekerja dengan cara mengganggu proses
fisiologis jaringan tersebut. Contoh herbisida sistemik adalah: Roundup, Ally 20 WDG.
2. Berdasarkan Waktu Pemakaian Berdasarkan waktu pemakaian herbisida dibedakan menjadi dua:
- Herbisida Pratumbuh Herbisida pratumbuh adalah herbisida yang digunakan pada saat
gulma belum tumbuh. Bekerja dengan cara mematikan biji-biji gulma yang akan berkecambah di dalam maupun di atas
permukaan tanah. Contoh herbisida pratumbuh : Bimaron 80 WP, Diuron 80 WP.
- Herbisida Purnatumbuh Herbisida Purnatumbuh adalah herbisida yang digunakan setelah
gulma tumbuh. Herbisida jenis ini biasanya diaplikasikan langsung dengan menyemprotkannya ke arah gulma sasaran,
65 terutama daun yang masih muda dan berwarna hijau. Selain
dengan semprot bisa digunakan dengan oles pada batang kayutunggul melalui kulit serta dengan pengusapan pada gulma
lalang. Contoh herbisida purnatumbuh adalah : Gramoxone, Garlon 480 AS.
Rule-rule pengambilan keputusan berdasarkan jenis gulma dan dosis penyemprotan Violic 2000 dalam Fadhly 2005 adalah:
Rule-rule untuk parameter gulma G adalah : - Bila
G=’daun lebar’, maka H=’2.4-D amin atau 2.4D ester’, dosis 2.4-D amin 0.70
– 1.20 kg ha bahan aktif dosis 2.4-D ester 0.40
– 0.80 kg ha bahan aktif -
Bila G=’rumput-rumputan’, maka H=’Parakuat atau Glifosat’, dosis Parakuat 0.20
– 0.40 kg ha bahan aktif dosis Glifosat
0.54 – 0.90
kg ha bahan aktif -
Bila G=’campuran’, maka H=’Parakuat atau Glifosat’ dosis Parakuat 0.20
– 0.40 kgha bahan aktif dosis Glifosat
0.54 – 0.90
kg ha bahan aktif Rule-rule untuk parameter waktu kegiatan WK adalah :
- Bila WK =’pratumbuh’, maka gunakan rule G
- Bila WK =’purnatumbuh’, maka H=’Atrazin atau Metolaktor
atau Simazin atau Bentason atau Ametrin atau 2.4- D’
Bentuk hubungan antar obyek dari sistem supervisori adalah sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 22.
66 Gambar 22. Bentuk hubungan antar obyek pada sistem supervisori
Berdasarkan hubungan antar obyek dalam sistem supervisori selanjutnya dibangun sistem basis yang mewakili hubungan antar obyek tersebut.
Gambar 23 menunjukkan hubungan relasi antar tabel pada basis data yang dapat ditampilkan menjadi bentuk konten pengetahuan melalui sebuah
kueri tertentu.
Gambar 23. Bentuk basis data relasional pembentuk basis pengetahuan
2. Basis sistem komputasi cerdas