bercabang CB dengan karang Acropora bercabang ACB dan Acropora digitate ACD. Keanekaragaman fungsi ekologis dan keselingkupan antar fungsi
keduanya meningkatkan resiliensi ekosistem. Pada komunitas ikan-ikan terumbu karang, keanekaragaman kelompok
fungsional tersebut pada dasarnya mencerminkan lima fungsi ekologi yaitu: piscivori pemangsa ikan, invertivori pemangsa invertebrate, planktivori
pemangsa plankton, koralivori pemgnsa karang, dan herbivor pemakan algae. Fungsi ekologis piscivori diperankan oleh ikan-ikan Lutjanidae, Serranidae,
Synodontidae dan Fistulariidae. Ikan-ikan yang melakukan invertivori meliputi family Mullidae, Pomacenthridae, Labridae, Balistidae, Plesiopidae dan
Lethrinidae. Ikan-ikan planktivora meliputi family Apogonidae, Syngnathidae, dan Blenniidae. Fungsi ekologi koralivori pemakan karang dilakukan oleh
Chaetodontidae dan Scraridae. Fungsi herbivore pemakan algae diperankan oleh
ikan-ikan Pomacenthridae,
Acanthuridae, Scaridae,
dan Siganidae.
Pembagian fungsi ekologis dari famili-famili ikan tersebut tidak bersifat mutlak. Semakin banyak fungsi ekologis yang dapat diidentifikasi semakin mudah
penjelasan mekanisme ekologisnya, walaupun semakin sulit penanganan datanya. Walaupun keanekaragaman fungsi ekologis lebih penting dalam resiliensi,
keanekaragaman spesies juga dapat digunakan sebagai garansi atau petunjuk singkat
tentang resiliensi suatu
ekosistem Bengtsson 2002.
Tingginya keanekaragaman spesies merupakan suatu jaminan bahwa fungsi-fungsi ekologis
masih akan berjalan ketika gangguan yang mendadak terjadi di masa mendatang, yaitu gangguan yang skala dan intensitasnya belum pernah terjadi sepanjang
sejarah ekosistem. Belum diketahui spesies mana yang akan berperan penting menjalankan fungsi ekologis jika terjadi gangguan tersebut, sehingga jalan terbaik
untuk menjaga resiliensi adalah menjaga keseluruhan spesies yang ada. Tingginya kekayaan spesies secara umum masih dapat digunakan sebagai indikasi resiliensi
ekosistem.
2. Skala dan Redundansi
Resiliensi ekologis dihasilkan oleh keanekaragaman fungsi ekologis yang berselingkupan dalam suatu skala dan redudansi spesies antar skala Peterson et al
1998, sehingga yang lebih penting bukan jumlah spesies melainkan jumlah fungsi
ekologis pada komunitas tersebut. Keselingkupan di dalam intra skala
ditunjukan oleh banyaknya spesies yang menjalankan fungsi ekologis yang sama, misalnya karang berbentuk massif. Koloni karang massif menyediakan habitat
yang dapat dihuni oleh ikan-ikan Serranidae dan Lutjanidae yang berukuran besar, karang massif tersebut dapat berasal dari Faviidae, Poritidae, atau yang
lainnya, sedangkan masing-masing karang famili karang tersebut terdiri atas banyak spesies. Redudansi antar skala ditunjukan oleh adanya sejumlah spesies
dengan ukuran koloni yang berbeda tetapi menjalankan fungsi yang hampir sama. Karang masif kecil dan karang massif besar berfungsi sama sebagai tempat
sembunyi ikan-ikan dari pemangsanya dengan skala yang berbeda. Redudansi merupakan faktor penting dari resiliensi ekosistem. Redudansi
dapat terjadi pada skala yang sama dan dapat pula terjadi antar skala. Redudansi di dalam skala yang sama terjadi ketika fungsi ekologis dijalankan oleh dua atau
lebih spesies yang berbeda tetapi mempunyai skala ukuran hampir sama. Redudansi antar skala terjadi jika fungsi ekologis dari suatu spesies digantikan
oleh spesies lain yang berbeda ukuran skalanya dari kelompok fungsional yang sama, misalnya antara penyu dan ikan herbivori dengan bulu babi Diadema
antillarum Jackson 1997.
3. Memori Ekologis
Memori ekologi merupakan komposisi dan distribusi organisma serta interaksinya dalam ruang dan waktu, termasuk pengalaman life history dengan
fluktuasi lingkungan Nystrom and Folke 2001. Memori ekologis tersebut terdiri atas tiga komponen, yaitu komponen biologis dan struktur yang selamat dari
gangguan biological and structural legacy, organisme penghubung bergerak mobile link, dan daerah pendukung support area. Komponen pertama
berfungsi sebagai memori internal, sedangkan komponen kedua dan ketiga berfungsi sebagai memori eksternal di dalam proses reorganisasi dan rekonstruksi
ekosistem tersebut setelah gangguan. Di dalam ekosistem terumbu karang, organism penghubung dapat berupa
larva biota penghuni terumbu karang yang tersebar sebagai plankton atau juvenile ikan. Di dalam ekosistem yang bersifat terbuka seperti terumbu karang, peranan
organism penghbung sangatlah besar. Hanya sebagian kecil larva karang yang
diproduksi di suatu terumbu karang akan hidup menetap di habitat induknya. Terumbu karang terdekat yang masih baik kondisinya merupakan daerah
pendukung yang menyuplai larva dan hewan ruaya. Peran serta organism penghubung ini membuat connectivity terumbu karang sangat penting di dalam
pengukuran resiliensi. Terumbu karang yang dekat satu sama lainnya lebih tinggi resiliensinya daripada yang terisolasi jauh dari terumbu karang lainnya. Terumbu
karang yang mengalami gangguan akan cepat pulih jika terumbu terdekatnya masih dalam kondisi baik, atau tidak ikut mengalami gangguan yang sama.
Karena itu, jarak antar terumbu karang berpengaruh terhadap tingkat resiliensinya.
4. Herbivori