Skenario partisipatif 10 Rancang bangun model pengelolaan terumbu karang berbasis resiliensi eko sosio system (kasus di Teluk Kotania Provinsi Maluku)

5 10 15 20 25 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 Tahun N ila i R e s ile n s i st1 st2 st3 st4 st5 st6 st7 st8 st9 st10 st11 st12 st13 st14 st15 st16 st17 st18 st19 kerambah jaring tancap sebagai mata pencaharian alternatif yang dapat dilakukan sebagai prasyarat untuk mengurangi aktifitas yang selama ini mereka tekuni di areal ekosistem terumbu karang, sedangkan terdapat 26 nelayan menghendaki budidaya rumput laut dan 10 menghendaki budidaya kepiting bakau. Berdasarkan hasil analisis tersebut maka dikembangkan skenario adaptasi partisipasif menjadi tiga skenario yaitu skenario partisipatif 10, skenario partisipatif 26, dan skenario partisipatif 46.

1. Skenario partisipatif 10

Skenario ini didasarkan pada kenyataan bahwa terdapat 10 masyarakat nelayan memilih budidaya kepiting bakau sebagai pilihan mata pencaharian alternatif, yang dapat diartikan juga bahwa terjadi pengurangan tekanan masyarakat terhadap ekosistem terumbu karang sebesar 10. Dari kenyataan ini maka dilakukan analisis spasial-dinamik terhadap perubahan kondisi resiliensi terumbu karang untuk beberapa tahun kedepan. Hasil analisis perubahan nilai resiliensi setiap stasiun ditampilkan pada Gambar 26. Gambar 26. Perubahan nilai resiliensi dengan skenario partisipatif 10. Grafik diatas menjelaskan bahwa skenario partisipastif 10 yang menekankan pada kondisi dimana terjadi pengurangan aktifitas perikanan di ekosistem terumbu karang sebesar 10, telah menyebabkan terjadinya perubahan nilai resiliensi yang berimplikasi pada melambatnya laju penurunan resiliensi dari kondisi awal tanpa skenario, namun skenario ini belum mampu memicu peningkatan nilai resiliensi terumbu karang. Laju penurunan resiliensi terumbu karang tetap berlangsung tapi tidak secepat pada kondisi tanpa skenario. Pada skenario ini beberapa stasiun penelitian di perairan Pulau Marsegu di prediksi memiliki laju penurunan nilai resiliensi beragam. Stasiun 1 St.1, stasiun 2 St.2, stasiun 3 St.3, stasiun 4 St.4, stasiun 5 St.5 dan stasiun 6 St.6, mulai mengalami laju penurunan masing-masing di tahun 2013, 2012, 2011, 2012, 2011, dan tahun 2012, bila tanpa skenario maka seluruh stasiun di Pulau Marsegu mulai mengalami penurunan nilai resiliensi di tahun 2011. Selain itu, beberapa stasiun penelitian yang berada di perairan gugus pulau Osi, dengan skenario ini diprediksi mulai mengalami penurunan nilai resiliensi masing-masing untuk stasiun 10 St.10 dan stasiun 11 St.11 di tahun 2011, dan untuk stasiun 12 St.12 dan stasiun 13 St.13 di tahun 2015 dan tahun 2012. sedangkan bila tanpa seknario penurunan nilai resiliensi ke empat stasiun sudah terjadi di tahun 2011. Stasiun 7 St.7 yang berada di Tanjung Kawa, dengan tanpa skenario partisipatif 1 diprediksi mengalami penurunan di tahun 2011, sedangkan bila diterapkan skenario partisipatif 1 maka laju penurunan resiliensi terjadi di tahun 2012. Sementara itu, nilai resiliensi stasiun 8 St.8 yang berada di pesisir Pelita Jaya, dengan skenario ini akan mengalami penurunan resiliensi di tahun 2014 dan stasiun 9 St.9 di tahun 2011, sedangkan tanpa skenario resiliensi terendah kedua stasiun ini dicapai di tahun 2011. Selain itu, stasiun 14 St.14 dan stasiun 15 St.15 yang berada di perairan Pulau Burung memiliki nilai berbeda. Kedua stasiun ini mengalami penurunan resiliensi masing-masing di tahun 2014 dan tahun 2015, sedangkan bila tanpa skenario penurunan resiliensi kedua stasiun ini terjadi di tahun 2011. Nilai resiliensi stasiun 16 St.16 dan stasiun 17 St.17 yang terdapat di perairan Pulau Tatumbu, penurunan nilai resiliensi terjadi masing-masing di tahun 2014 dan tahun 2012, jika tanpa skenario penurunan nilai resiliensi kedua stasiun ini terjadi di tahun 2011. Disamping itu, dua stasiun yang terletak di perairan Pulau Buntal yaitu stasiun 18 St.18 dan stasiun 19 St.19 dengan skenario ini akan mengalami penurunan resiliensi masing-masing di tahun 2013 dan tahun 2011, jika tanpa skenario kedua stasiun ini mengalami penuruan nilai resiliensi di tahun 2011. Kenyataan ini menunjukan bahwa skenario partisipatif 1 berdampak pada melambatnya laju penurunan resiliensi, dengan kata lain skenario partsipatif 1 mampu memperlambat laju penurunan resiliensi 1 sampai 4 tahun. Kondisi ini menunjukan bahwa jika tekanan lingkungan terhadap ekosistem terumbu karang dikurangi sebesar 10 maka akan menyebabkan waktu penurunan resiliensi terumbu karang melambat dengan jangka waktu 1 sampai 4 tahun dibandingkan dengan kondisi tanpa skenario. Dinamika perubahan nilai resiliensi dengan menggunakan skenario partisipatif 1 seperti yang telah dijelaskan, bila lakukan analisis spasial dengan jangka waktu prediksi di tahun 2015, 2020, dan tahun 2025, maka akan terlihat perubahan kelas resiliensi eko-sosio terumbu karang secara berkala. Gambaran perubahan kelas resiliensi eko-sosio terumbu karang dapat dilihat pada Gambar 27, 28 dan 29. Kondisi resiliensi eko-sosio terumbu karang dengan penerapan skenario partisipatif ini menggambarkan besarnya peluang yang dapat dimanfaatkan terumbu karang bila terjadi pengurangan tekanan terhadap ekosistem terumbu karang. Laju resiliensi eko-sosio terumbu karang semakin melambat setiap periode jika dibandingkan dengan nilai resiliensi eko-sosio awal. Bila usaha perbaikan ekosistem terumbu karang dilakukan dengan penerapan mata pencaharian alternatif budidaya kepiting bakau, budidaya rumput laut, dan kerambah jarring tancap, maka respon ekosistem terumbu karang akan memicu daya resilient untuk melakukan proses-proses pemulihan dan reorganisasi diri sebesar respon yang diberikan. Penerapan skenario partisipatif merupakan gambaran adanya konektivitas antara faktor ekologi dan faktor sosial sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari usaha pengelolaan ekosistem terumbu karang yang lestari dan berkelanjutan. Hal ini disebabkan karena terumbu karang merupakan ekosistem yang kompleks yang keberadaanya bersinggungan dengan setiap aktifitas masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil. Gambar 27. Perubahan kelas resiliensi skenario partisipatif 10 tahun 2015 Gambar 28. Perubahan kelas resiliensi skenario partisipatif 10 tahun 2020 Gambar 29. Perubahan kelas resiliensi skenario partisipatif 10 tahun 2025 Bila skenario partisipatif ini diterapkan maka kelas resiliensi eko-sosio terumbu karang diprediksi pada tahun 2015 akan terjadi perubahan kelas resiliensi pada 2 stasiun yaitu stasiun 11 St.11 di perairan Pulau Osi dan stasiun 14 St.14 di perairan Pulau Burung. Stasiun 11 St.11 awalnya masuk dalam kategori high resilient resiliensi tinggi berubah menjadi kategori midle resilient resiliensi sedang dan stasiun 14 St.14 yang awalnya memiliki kategori midle resilient berubah menjadi low resilient. Stasiun-stasiun yang lain walaupun tidak mengalami perubahan kategori kelas resiliensi namun penurunan nilai resiliensi eko-sosio terumbu karang tetap terjadi. Di tahun 2020 diprediksi terjadi perubahan kelas resiliensi pada 4 stasiun penelitian. Di perairan Pulau Marsegu, Stasiun 6 St.6 yang awalnya memiliki kategori kelas midle resilient berubah menjadi low resilient, hal yang sama juga terjadi pada stasiun 10 St.10 dan stasiun 11 St.11 yang awalnya memiliki kategori high resilient bergeser menjadi midle resilient, demikian juga yang terjadi pada stasiun 14 St.14 yang awalnya masuk dalam kategori midle resilient berubah menjadi low resilient. Prediksi di 2025 akan terjadi perubahan kelas resiliensi eko-sosio terumbu karang di 6 stasiun penelitian. Stasiun 2 St.2 yang awalnya memiliki kategori low resilient mengalami perubahan menjadi very low resilient, stasiun 6 St.6 dengan kategori awal midle resilient berubah menjadi low resilient, stasiun 7 St.7, stasiun 10 St.10 dan stasiun 11 St.11 yang awalnya memiliki kategori high resilient berubah menjadi midle resilient, serta stasiun 14 St.14 dengan kategori midle resilient berubah menjadi low resilient.

2. Skenario Partisipatif 26