5.4. Rancangan Skenario Model Adaptasi
Proyeksi perubahan nilai resiliensi dan kelas resiliensi secara spasial- dinamik seperti yang telah di uraikan pada sub bab sebelumnya, memberi alasan
yang jelas bahwa langkah-langkah pengelolaan mutlak dilakukan guna mencegah penurunan daya resilient daya lenting terumbu karang.
Penerapan sebuah strategi pengelolaan disamping dapat mengeliminir laju penurunan daya resilient
juga harus
dapat menjamin
keberlanjutan baik
ekosistemnya maupun
keberlanjutan aktifitas ekonomi masyarakat yang setiap saat melakukan aktifitas di ekosistem terumbu karang. Menurut Etienne M. et al. 2011 bahwa metode
pengelolaan apapun yang diterapkan dalam pengelolaan sumberdaya alam yang kompleks dan memiliki peluang terjadinya konflik maka pendekatan yang
dilakukan harus bersifat pelibatan masyarakataktor, sumberdaya, dinamika, dan interaksi. Aktivitas pengelolaan ekosistem dan sistem sosial yang baik memiliki
potensi untuk menciptakan sebuah dividen ganda yang dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan sekaligus berguna bagi pembangunan yang
berkelanjutan karena keduanya bergantung pada hasil akhir yang penting dari pengelolaan ekosistem yang kompleks Bunch M.J., K.E. Morrison, M.W. Parkes,
and H.D. Venema 2011. Untuk itu rancangan metode pengelolaan skenario adaptasi yang dilakukan
dalam penelitian ini terdiri atas skenario adaptasi partisipatif dan skenario adaptasi prospektif
5.4.1. Skenario Adaptasi Partisipatif
Partisipasi masyarakat dalam menentukan pilihan pengelolaan ekosistem terumbu karang mutlak diperlukan. Untuk itu, skenario pengelolaan yang bersifat
adaptif-partisipatif sangat dibutuhkan. Skenario ini berdasarkan pilihan nelayan terhadap mata pencaharian alternatif yang berhubungan dengan aktifitas sehari-
hari guna mengurangi tekanan terhadap ekosistem terumbu karang. Hasil analisis menunjukan terdapat 5 jenis mata pencaharian yang dapat dijadikan sebagai mata
pencaharian alternatif yaitu kerambah jaring apung, budidaya rumput laut, budidaya kepiting bakau, kerambah jaring tancap, pertanian dan berdagang. Dari
ke lima jenis mata pencaharian tersebut terdapat 3 jenis mata pencaharian berbasis perikanan yang dapat dijadikan alternatif mata pencaharian guna mengurangi
tekanan terhadap terumbu karang. Penilaian terhadap tiga mata pencaharian
alternatif berbasis perikanan budidaya kepiting bakau, kerambah jaring tancap, dan budidaya rumput laut pada setiap kriteria, seperti terlihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Penilaian alternatif mata pencaharian potensial
Kriteria Bobot
Nilai Alternatif Mata Pencaharian Kepiting
Bakau KJT
Rumput Laut
Ketersediaan bibit di alam 8
8,099 8,102
8,123 Potensi pasar
7 8,241
8,315 8,212
Alokasi waktu 6
7,787 7,131
7,421 Teknologi yang sudah dipakai
7 7,468
6,218 8,151
Dampak ke terumbu karang 9
6,755 8,401
7,817 Daya serap tenaga kerja
5 7,411
7,103 7,432
Nilai tambah produk 5
6,603 7,212
7,112 Biodiversity
8 5,512
8,011 7,077
Potensi konflik 4
5,519 7,121
6,187
Penilaian alternatif mata pencaharian seperti yang ditampilkan pada Tabel diatas, setelah di analisis dengan menggunakan teknik MPE maka terlihat jelas
prioritas mata pencaharian yang dapat dijadikan sebagai mata pencaharian alternatif yang berpotensi mengurangi tekanan terhadap ekosistem terumbu
karang. Hasil analisis MPE terhadap pilihan mata pencaharian ditampilkan pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil perhitungan signifikansi nilai mata pencaharian alternatif
No Jenis Mata Pencaharian
Nilai MPE Prioritas
Persentasi 1.
Kepiting bakau 52.783.520,39
Potensial 3 9,851 = 10
2. Kerambah jaring tancap
247.247.592,7 Potensial 1
46,143 = 46 3.
Budidaya rumput laut 139.349.268,5
Potensial 2 26,006 = 26
Dari Tabel 8, terlihat jelas bahwa sebagian besar masyarakat nelayan di Teluk Kotania yang beraktifitas di areal terumbu karang lebih menghendaki
kerambah jaring tancap sebagai mata pencaharian alternatif dengan nilai tertinggi yaitu sebesar 247.247.592,7 sedangkan budidaya rumput laut menempati urutan
kedua sebagai mata pencaharian alternatif yang juga potensial untuk diterapkan, diikuti dengan budidaya kepiting bakau yang menjadi prioritas ketiga. Kondisi ini
memberi gambaran bahwa sekitar 46 masyarakat nelayan lebih menghendaki
5 10
15 20
25 0.1
0.2 0.3
0.4 0.5
0.6 0.7
0.8
Tahun N
ila i
R e
s ile
n s
i st1
st2 st3
st4 st5
st6 st7
st8 st9
st10 st11
st12 st13
st14 st15
st16 st17
st18 st19
kerambah jaring tancap sebagai mata pencaharian alternatif yang dapat dilakukan sebagai prasyarat untuk mengurangi aktifitas yang selama ini mereka tekuni di
areal ekosistem terumbu karang, sedangkan terdapat 26 nelayan menghendaki budidaya rumput laut dan 10 menghendaki budidaya kepiting bakau.
Berdasarkan hasil analisis tersebut maka dikembangkan skenario adaptasi partisipasif menjadi tiga skenario yaitu skenario partisipatif 10, skenario
partisipatif 26, dan skenario partisipatif 46.
1. Skenario partisipatif 10