32 I = CvT ....................................................9
3. Post-processor
Seluruh hasil yang dilakukan pada tahap sebelumnya akan ditampilkan dalam post-processor yang meliputi:
• Tampilan geometri domain dan grid
• Plot vektor
• Plot permukaan 2D dan 3D
• Tracking partikel
• manipulasi pandangan
• output berwarna.
Kondisi awal didefinisikan sebagai berikut: 1 kecepatan udara awal pada dinding pada arah x,y,z adalah 0
2 suhu awal dinding diasumsikan sama dengan suhu lingkungan pada tiap- tiap simulasi, yaitu 27ºC, 32ºC, 31.3ºC dan 27.8ºC.
3 tekanan udara awal di dalam kandang sama dengan tekanan udara atmosfer 1 atm atau 101.325 Kpa.
B. Perhitungan RH
Pemanasan udara dapat terjadi di dalam kandang karena adanya peningkatan suhu di dalam kandang. Menurut Nugraha 2005, proses
pemanasan ini dapat digambarkan dengan kurva psikrometrik, suhu udara sebelum terjadi pemanasan dapat dinyatakan dalam t
A
, setelah mengalami pemanasan suhu udara menjadi t
B
, perubahan suhu selama pemanasan berlangsung pada garis horisontal pada kurva psikrometrik, pada kondisi
tekanan uap mutlak dan kelembaban mutlak tetap. Selama pemanasan tidak akan terjadi penambahan uap air, artinya jumlah udara kering yang masuk
sama dengan jumlah udara kering yang keluar. Pada kondisi tekanan atmosfer, bila suhu meningkat maka kelembaban relatif akan menurun seperti pada
kurva psikrometrik.
33 Menurut Brooker 1984 dalam Nugraha 2005, kelembaban relatif
merupakan perbandingan antara tekanan uap terhadap tekanan jenuh air pada suhu tersebut.
RH = Pv Ps .........................10 Dimana :
RH = Kelembaban Relatif Pv = Tekanan Uap
Ps = Tekanan jenuh air. Kelembaban mutlak H konstan selama pemanasan
H = 0.6219Pv P
atm
– Pv .........................11 dimana, 255.38 = T = 533.16 K dan Pv P
atm
.
H
RH
A
RH
B
T
A
T
B
Pemanasan Gambar 2. Diagram proses pemanasan pada kurva psikrometrik.
Maka tekanan uap P
v
juga konstan selama proses pemanasan, jika kelembaban udara lingkungan RH
a
dan kelembaban udara pengering RH
r
, maka :
sr sa
a r
P P
RH RH
=
........................12
2 4
3 2
ln GT
FT ET
DT CT
BT A
R P
s
− +
+ +
+ =
.........................13 273.16 = T = 533.16 K, dari Keenan dan Keyes, 1936. dalam ASAE
Standard 1994 R = 22105649.25
D = 0.12558 x 10
-3
34 A = -27405.526
E = -0.48502 x 10
-7
B = 97.5413 F = 4.34903
C = -0.146244 G = 0.39381 x 10
-2
C. Perhitungan Kecepatan Udara
Pengukuran kecepatan pada tiap rak dilakukan dengan model persamaan Kamarudin A, 2000. dalam Lesmana, 2001, yang dikaliberasi dengan
pengukuran Hot Wire Anemometer. Persamaan Bernoulli:
g v
Z P
g v
Z P
2 2
2 2
1 1
1
2 2
η γ
γ +
+ =
+ +
g v
P V
Z Z
2 ,
2 1
2 1
γ η
= ∆
= =
∑
= ma
angin
F mg
dt L
d m
+ =
θ θ
sin
2 2
Dari Bernoulli diperoleh :
2 2
2 2
π γ
η x
g v
F
angin
= Keadaan steady state :
2 2
= dt
L d
m θ
2 2
2 2
sin π
γ η
θ x
g v
mg +
− =
ρ π
η
2
r l
x mg
v
g
=
35
D. Analisis Teknik