Hubungan F Mempelajari Pengaruh Pemanasan Terhadap Mutu Keju Olahan

Untuk mendapatkan kekerasan yang memadai, maka nilai F total yang dipilih cenderung yang lebih tinggi. Hal tersebut bisa didapatkan dengan melakukan pendinginan secara lambat sehingga F total diharapkan lebih tinggi. Hasil ini sesuai dengan saran Berger et al. 2002, yang menyebutkan untuk keju blok lebih baik didinginkan secara lambat untuk mendapatkan keju yang lebih keras. Secara umum, hubungan F total terhadap kekerasan, baik dengan penetrometer maupun organoleptis, menunjukkan nilai R 2 yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan hubungan F heating terhadap kekerasan. Hal ini menunjukkan bahwa total perlakuan panas perlu diperhitungkan, bukan hanya perlakuan suhu saja.

E. Hubungan F

cooling dengan Kekerasan Perhitungan nilai F pada saat pendinginan diberi simbol F cooling , yaitu nilai F yang dihitung dari selisih nilai F total dan F heating pada tiap-tiap pengamatan suhu. Hasil F cooling ini dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran 10, 11, dan 12. Hasil perhitungan F cooling perhitungan F pada saat pendinginan minimal dan maksimal serta hubungannya dengan kekerasan yang diukur dengan menggunakan penetrometer obyektif maupun organoleptis subyektif dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil perhitungan F cooling minimal dan maksimal pada masing-masing perlakuan suhu pemanasan dan tingkat kekerasannya Suhu F cooling menit Kekerasan Penetrometer cm Kekerasan Organoleptikskor o C Min Maks Rata- rata Min Maks Rata- rata Min Maks Rata- rata 80 4,55 9,73 6,30 11,1 21,1 16,80 1,0 2,6 1,13 85 13,74 27,12 16,57 8,4 16,2 12,00 2,2 8,2 5,25 90 42,61 71,80 47,52 9,0 14,1 11,10 4,2 9,0 7,40 Hubungan F cooling terhadap kekerasan penetrometer menunjukkan nilai R 2 = 0,43, sedangkan hubungan F cooling terhadap kekerasan organoleptik memberikan nilai R 2 = 0,69. Keduanya menunjukkan bahwa semakin besar nilai F cooling , maka akan menunjukkan tingkat kekerasan yang semakin tinggi. Seperti yang terjadi pada hubungan F total terhadap kekerasan keju, hubungan F cooling terhadap kekerasan menunjukkan nilai R 2 yang sama, baik terhadap kekerasan penetrometer maupun kekerasan organoleptik. Hal ini dapat terjadi karena nilai F heating cukup kecil sehingga nilai F cooling memberikan kecenderungan yang sama dengan F total . Analisis ragam dari setiap perlakuan suhu terhadap hasil perhitungan F cooling dan kekerasan dapat dilihat pada Tabel 8. Dari hasil tersebut, ternyata pengaruh perbedaan suhu pemasakan terhadap nilai F cooling , nilai kekerasan dengan penetrometer, maupun skor kekerasan organoleptik menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini juga terjadi pada analisis hasil perhitungan F total , sehingga pemilihan suhu tertentu akan berpengaruh nyata terhadap kekerasan keju olahan yang dihasilkan. Tabel 8. Analisis ragam perlakuan suhu terhadap hasil perhitungan F cooling dan kekerasan keju. Suhu o C Jumlah sampel Rerata F cooling menit Fhit Rerata Kekerasan Penetrometer cm Fhit Rerata Kekerasan Organoleptik skor Fhit 80 75 6,296 2173,62 16,80 217,08 1,13 704,15 85 75 16,570 12,00 5,25 90 75 47,522 11,10 7,40 Keterangan : = P 0,01 Pada Gambar 9 dapat dilihat grafik hubungan antara F cooling dengan kekerasan penetrometer. Data d ari masing-masing perlakuan suhu mengelompok dengan kecenderungan menurun angka kekerasannya pada saat F cooling meningkat, sedangkan pada Gambar 10 nilai skor kekerasan organoleptik meningkat pada saat nilai F cooling meningkat. 5 10 15 20 25 20 40 60 80 Fcooling menit K e ke ra sa n c m Gambar 9. Hubungan antara F cooling dengan kekerasan penetrometer. Untuk perlakuan pemanasan 80 o C nilai F cooling berkisar antara 4,55 – 9,73 menit, untuk perlakuan pemanasan 85 o C nilai F cooling berkisar antara 13,74 – 27,12 menit, dan untuk perlakuan pemanasan 90 o C nilai F cooling berkisar antara 42,61 – 71,8 menit. Tingkat kekerasan penetrometer pada perlakuan pemanasan 80 o C berkisar pada 11,1 - 21,1 cm, pada perlakuan pemanasan 85 o C berkisar antara 8,4 – 16,2 cm, dan pada perlakuan pemanasan 90 o C berkisar antara 9,0 – 14,1 cm. Skor kekerasan secara organoleptik pada pemanasan 80 o C berkisar antara 1,0 – 2,6, pada pemanasan 85 o C berkisar antara 2,2 – 8,2, dan pada pemanasan 90 o C berkisar antara 4,2 – 9,0. Mengingat kecenderungan yang sama dengan perhitungan F total , maka perhitungan F cooling ini dapat digunakan untuk mengendalikan tingkat kekerasan keju dengan memilih nilai F cooling yang lebih tinggi bila pemanasan yang digunakan hanya satu perlakuan seperti yang terjadi pada proses yang digunakan di industri. 2 4 6 8 10 12 20 40 60 80 Fcooling menit Sk o r K e k e ra s a n Gambar 10. Hubungan antara F cooling dengan kekerasan organoleptik

F. Hubungan Kekerasan Penetrometer dengan Kekerasan Organoleptik