BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perbankan merupakan badan usaha yang bertugas sebagai penghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali dalam
bentuk kredit. Bank menjual jasa keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat, baik kepada pemerintah, dunia usaha dan perorangan. Bank merupakan lembaga
intermediasi yang memiliki peran membiayai proyek-proyek pembangunan, yang bertujuan menggairahkan industri baru maupun yang sedang berkembang, dalam
wujud menyediakan dana atau pemberian kredit menjadikan bank atau lembaga keuangan memiliki struktur modal yang berbeda dengan perusahaan lainnya
Jumingan, 2009:239. Fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat, sedangkan fungsi pendukung bank adalah memberikan jasa-jasa bank lainnya. Dana yang dihimpun adalah berupa
giro, deposito maupun tabungan, kemudian disalurkan kembali berupa pinjaman kredit, surat berharga, penempatan pada bank lain dan lain sebagainya. Faktor
penting yang harus diperhatikan oleh bank adalah kepercayaan dari masyarakat, apabila bank bisa menjaga kepercayaan tersebut maka para nasabah akan
bersimpati dan akan menggunakan jasa bank tersebut Kasmir, 2000:3. Semakin pesatnya perkembangan perekonomian semakin menjadikan
persaingan yang sangat ketat serta semakin jauhnya spesialisasi dalam perusahaan, telah menjadikan dunia usaha semakin bersifat kompetitif. Maka
setiap perusahaan dituntut untuk dapat mempertahankan kelangsungan usahanya dalam menghadapi persaingan.Salah satu fungsi pokok dari manajemen adalah
manajemen keuangan yang mengatur bagaimana sumber-sumber yang dimiliki perusahaan modal dapat digunakan secara efektif dan efisien.
Struktur modal pada perusahaan sangat penting dalam rangka membiayai aktivitas operasional perusahaan. Menurut Riyanto 2001 : 22, struktur modal
merupakan suatu pembelanjaan permanen yang mencerminkan perimbangan antara kewajiban jangka panjang dengan modal sendiri. Semakin besar proporsi
kewajiban pada struktur modal suatu perusahaan, mengakibatkan semakin tinggi beban tetap dan komitmen pembayaran kembali yang ditimbulkan. Kemungkinan
perusahaan tidak mampu membayar bunga dan pokok pinjaman saat jatuh tempo dan kemungkinan kerugian kreditur juga meningkat. Hal ini tentunya akan
menghambat perkembangan perusahaan dan pada akhirnya membuat calon investor berpikir dua kali untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut.
Bagi suatu perusahaan, struktur modal yang optimal merupakan keputusan keuangan penting yang mempengaruhi kinerja dan nilai perusahaan.Bringham
Houston 2004: 6 menyatakan bahwa Dalam manajemen keuangan merupakan manajemen dana, baik yang
berkaitan dengan usaha pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan
investasi. Manajemen keuangan memegang peran yang sangat penting dalam sebuah perusahaan karena semua fungsi yang ada
dalam perusahaan baik pemasaran, sumber daya manusia, produksi dan fungsi-fungsi yang lain selalu mempunyai implikasi keuangan.
Oleh karena itu, semua perusahaan menjalankan manajemen secara benar.
Selama Tahun 2012, perbankan Indonesia cukup mampu mempertahankan kinerja positif meski menghadapi tantangan yang tidak mudah. Ditengah
tingginya volatilitas perekonomian global, perbankan berhasil memperkuat peranannya dalam sistem keuangan Indonesia. Dari sisi profitabilitas, penyaluran
kredit perbankan berkontribusi positif terhadap peningkatan laba, khususnya laba operasional. Selama tahun 2012, perbankan tercatat membukukan laba bersih
sebesar Rp. 92,83 Triliun atau meningkat sebesar 23,65 dibandingkan pada 2011 yang tercatat sebesar Rp. 75,08 Triliun.
Untuk dapat memberikan pelayanan dan mempertahankan kinerja positif di bidang jasa keuangan, bank tentu memerlukan dana modal yang baik.
Pendapatan modal bank ini bisa berasal dari dua sumber yaitu sumber internal dan sumber eksternal Puspita Kusumaningtias, 2010 : 1. Modal yang bersumber
dari internal adalah dana yang diperoleh dari dalam bank modal sendiri, antara lain setoran modal dari pemegang saham, cadangan laba, dan laba yang belum
dibagi. Sedangkan modal yang bersumber dari eksternal adalah dana yang diperoleh dari luar bank, bisa berasal dari masyarakat atau lembaga lainnya. Dana
bank yang berasal dari masyarakat luas diperoleh dari simpanan masyarakat yang berupa giro, tabungan dan deposito. Sedangkan dana yang bersumber dari
lembaga lain antara lain berupa Bantuan Likuiditas Bank Indonesia BLBI dan pinjaman antar bank.
Struktur modal institusi keuangan termasuk bank secara fundamental berbeda dengan perusahaan non-financial, karena karakteristik bisnis atau kegiatan
operasionalnya berbeda. Selain itu, bank harus memiliki buffer sesuai dengan
ketentuan atau regulasi penyediaan modal inti minimum yang ditentukan oleh otoritas moneter dalam hal ini bank sentral, agar mampu melindungi dana
deposannya Siringoringo,2012:62
. Struktur
permodalan yang
optimal merupakan target yang senantiasa dicapai oleh suatu perusahaan termasuk bank.
Teori tradeoff atau balancing-theory menjelaskan bahwa untuk mencapai struktur modal yang optimal tersebut maka perusahaan harus dapat memadukan suatu
keseimbangan atas trade off antara manfaat atau pengembalian return dan risiko atau biaya yang dihadapi sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan .Selain
itu bank juga dihadapkan pada permasalahan sumber pendanaan yang mana yang didahulukan penggunaannya sesuai dengan pecking order theory.
Berikut adalah nilai DER perusahaan Perbankan yang dijadikan sampel sesuai dengan kriteria dalam penelitian ini yang dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1 DER Perusahaan Perbankan Tahun 2010-2014
No.
Nama Perusahaan DER
2010 2011
2012 2013
2014
1 Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga Tbk
9.97 9.96
9.86 5.12
6.06 2
Bank Central Asia Tbk 8.14
7.90 7.11
6,73 6.06
3 Bank Negara Indonesia Persero Tbk
6.49 7.59
6.65 7.10
5.82 4
Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk 10.02 8.43
7.49 6.89
7.20 5
Bank Danamon Indonesia Tbk 5.63
4.63 4.22
4.83 4.92
6 Bank Mandiri Persero Tbk
9.93 7.81
7.50 6.72
6.64 7
Bank CIMB Niaga Tbk 9.43
9.11 7.74
7.45 7.19
8 Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk
5.47 5.35
4.93 6,03
5.03 9
Bank Mega Tbk 9.63
10.04 8.33 9.41
8.57 10 Bank NISP OCBC Tbk
7.59 8.07
7.84 6.22
5.91 11 Bank Pan Indonesia Tbk
7.07 6.85
7.43 7.22
6.42
Rata-rata 8.124 7.794 7.191 6.701 6.347
Sumber:
www.idx.co.id.
Dari tabel 1.1 menunjukkan bahwa rata-rata DER perusahaan berada diatas 1. Rata-rata DER untuk tahun 2010 sebesar 8.124, tahun 2011 sebesar 7.794, tahun
2012 sebesar 7.191, tahun 2013 sebesar 6.701 serta pada tahun 2014 sebesar 6.347. Hal ini menggambarkan perusahaan industri perbankan yang listing di BEI
mempunyai proporsi hutang yang lebih besar dibandingkan modal sendiri. Dengan adanya proporsi hutang yang lebih besar, maka perusahaan yang
mempunyai DER lebih dari satu akan memiliki risiko bisnis yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki DER kurang dari satu. Pada
perusahaan perbankan rata-rata mempunyai tingkat DER yang tinggi, hal ini dikarenakan karakteristik dari bank itu sendiri adalah mengumpulkan dana
sebanyak-banyaknya dari masyarakat dalam bentuk tabungan, giro, dan deposito maupun pinjaman dari pihak lain dan Bank Indonesia. Sementara ekuitas bank
tersebut diperoleh dari modal disetor dan laba bank itu sendiri. Dengan jumlah hutang yang tinggi harus didukung dengan modal sendiri dikarenakan bank harus
mengcover risiko ketidakpastian akan tingkat keuntungan yang didapat, karena sewaktu - waktu dapat terjadi penarikan dana yang besar dari nasabah.
Struktur modal yang kuat sangat penting bagi sebuah bank, karena dengan struktur modal yang kuat bank akan bisa menghadapi persaingan global dan krisis
ekonomi yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Bank bisa memiliki struktur modal yang optimal bila bisa menyeimbangakan antara risiko pemberian kredit yang
disalurkan terhadap manfaat yang diperoleh dari pemberian kredit tersebut. Bank akan bisa meningkatkan profitabilitasnya dan bisa memenuhi kebutuhan
operasionalnya dengan dana internalnya tersebut. Kemampuan bank dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya terhadap nasabah berkaitan erat dengan likuiditas bank. Semakin banyak pengajuan kredit yang akan dipenuhi oleh bank
semakin besar pula dana yang
dibutuhkan bank untuk memenuhinya. Sehingga, bank juga harus memperhatikan kelancaran likuiditasnya agar
kepercayaan nasabahnya tidak berkurang karena bank tidak bias menyediakan cukup dana atas penarikan dana yang dilakukan nasabah sewaktu waktu
berupa pemberian kredit, sehingga bank dihadapkan dengan risiko bisnis yaitu risi ko kredit. Dimana bila risiko kredit bank tinggi, nasabah akan enggan
menanamkan dananya pada bank tersebut dan menurunkan kepercayaan nasabah terhadapnya.
Struktur aset dijadikan variabel independen yang mempengaruhi struktur modal
.
Perusahaan yang struktur asetnya memiliki perbandingan aktiva tetap jangka panjang lebih besar akan menggunakan hutang jangka panjang lebih
banyak karena aset tetap yang ada dapat digunakan sebagai jaminan hutang Brigham Houston, 2011:188. Dengan demikian struktur aset dapat digunakan
untuk menentukan seberapa besar hutang jangka panjang yang dapat diambil dan hal ini akan berpengaruh juga terhadap penentuan besarnya struktur modal.
Perusahaan yang memiliki proporsi struktur aset yang lebih besar kemungkinan juga akan lebih mapan dalam industri, memiliki risiko lebih kecil, dan akan
menghasilkan tingkat leverage yang besar. Modal kerja dijadikan variabel independen yang mempengaruhi struktur
modal. Riyanto dalam Mertialin, 2014 : 4 berpendapat bahwa Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar di dalam
perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan
usaha. Periode perputaran modal kerja
working capital turnover period
dimulai pada saat kas diinvestasikan dalam komponen- komponen modal kerja sampai pada saat kembali lagi menjadi kas.
Semakin pendek periode tersebut berarti semakin cepat perputaran modal kerja dan efisiensi penggunaan modal kerja perusahaan tinggi.
Sebaliknya semakin panjang periode perputaran modal kerja berarti semakin lambat perputaran modal kerja dan efisiensi penggunaan
modal kerja perusahaan rendah. Lama periode perputaran modal kerja tergantung kepada berapa lama periode perputaran dari
masing-masing komponen dari modal kerja tersebut.
Pertumbuhan aktiva dijadikan variabel independen yang mempengaruhi struktur modal. Ang Ginting, 2014 : 5 menyatakan bahwa
Dalam perusahaan, struktur aktiva menunjukkan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Semakin besar
aktiva, diharapkan semakin besar juga hasil operasional yang dihasilkan perusahaan. Peningkatan aktiva yang diikuti peningkatan
hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar
kreditur terhadap perusahaan, maka proporsi hutang akan semakin lebih besar dari pada modal sendiri. Hal ini didasarkan pada
keyakinan kreditur atas dana yang ditanamkan ke dalam perusahaan dijamin oleh besarnya aktiva yang dimiliki perusahaan.
Risiko dijadikan variabel independen yang mempengaruhi struktur modal. Risiko bisnis menurut Weston
et.al
Rachmawardani, 2007 : 14 adalah ketidak pastian dalam proyeksi perusahaan atas tingkat pengembalian atau laba di masa
mendatang. Dijelaskan dalam
Trade
–
off theory
bahwa semakin banyak hutang, semakin tinggi beban atau risiko yang ditanggung perusahaan seperti
agencycost,
biaya kebangkrutan, keengganan kreditur untuk memberi pinjaman dalam jumlah besar Turnbull, 1979 dalam Rachmawardani, 2007 : 14. Sebagai implikasinya,
perusahaan dengan risiko bisnis besar harus menggunakan hutang lebih kecil dibanding perusahaan yang mempunyai risiko bisnis rendah, karena semakin
besar risiko bisnis, penggunaan hutang yang besar akan mempersulit perusahaan
dalam mengembalikan hutang mereka. Dalam penelitian ini, proksi risiko bisnis dihitung dengan standart deviasi dari rasio
EBIT
dibanding dengan total aset. Likuiditas dijadikan variabel independen yang mempengaruhi struktur modal.
Semakin besar nilai likuiditas perusahaan menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Karena jumlah
aset lancar perusahaan yang tersedia lebih besar dari jumlah utang lancarnya. Rasio likuiditas juga digunakan sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang
berkaitan dengan perencanaan kas dan utang serta membandingkan jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Oleh karena itu, rasio ini
sangat penting dianalisis untuk melihat pengaruhnya terhadap struktur modal. Selain itu, rasio ini memberikan cukup banyak informasi terhadap pihak-pihak
berkepentingan baik pemilik perusahaan dan manajemen perusahaan maupun pihak luar seperti pihak kreditor, investor atau pihak perbankan untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban kepada pihak ketiga secara tepat waktu. Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio
lancar
current ratio
dengan cara membandingkan antara total aset lancar dengan hutang lancar.
Ukuran perusahaan dijadikan variabel indepenen yang mempengaruhi struktur modal. Menurut Riyanto 2001 : 299 perusahaan yang lebih besar di
mana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualannya
dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Hal ini akan mempermudah perusahaan dengan ukuran lebih besar untuk memperoleh pinjaman atau dana
eksternal
.
Halim Kusumaningrum, 2011 : 19 menyatakan bahwa semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan menggunakan modal asing juga
semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar membutuhkan dana yang besar pula untuk menunjang operasionalnya, dan salah satu alternatif
pemenuhannya adalah dengan modal asing apabila modal sendiri tidak mencukupi. Dengan demikian ukuran perusahaan akan memiliki pengaruh
terhadap struktur modal. Profitabilitas dijadikan variabel independen yang mempengaruhi struktur
modal. Profitabilitas merupakan faktor yang dipertimbangkan dalam menetukan struktur modal perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki
profitabilitas tinggi cenderung menggunakan utang yang relatif kecil karena laba ditahan yang tinggi sudah memadai untuk membiayai sebagian besar kebutuhan
pendanaan. Menurut Weston dan Brigham dalam Kesumaningrum, 2011 :18 perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan
utang yang relatif kecil karena tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar pendanaan internal. Dengan laba
ditahan yang besar, perusahaan akan menggunakan laba ditahan sebelum memutuskan untuk menggunakan utang. Hal ini sesuai dengan Pecking Order
Theory yang menyarankan bahwa manajer lebih senang menggunakan pembiayaan yang pertama yaitu laba ditahan kemudian utang Sartono, 2001 :
282. Penelitian sebelumnya mengenai Struktur Modal pernah dilakukan oleh
Naibaho 2013 yang menganalisis mengenai pengaruh Profitabilitas, Likuiditas,
dan Modal Kerja terhadap Struktur Modal. Meidina 2007 yang menganalisis mengenai pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Aktiva, Risiko, dan
Profitabilitas terhadap Struktur Modal. Purba 2014 yang menganalisis mengenai pengaruh Struktur Aktiva, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, dan Likuiditas
terhadap Struktur Modal. Febriminanto 2012 yang menganalisis mengenai pengaruh
Firm Size, Return of Assets
, dan Pertumbuhan Aktiva terhadap Struktur Modal.
Penelitian yang dilakukan Naibaho 2013 menggunakan variabel Profitabilitas, Likuiditas, dan Modal Kerja sebagai variabel independen dan
Struktur Modal sebagai variabel dependen. Hasil Penelitiannya menunjukkan bahwa Profitabilitas, Likuiditas, dan Modal Kerja secara simultan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan secara parsial, variabel Profitabilitas dan Modal Kerja memiliki pengaruh signifikan negatif
terhadap struktur modal, sedangkan variabel likuiditas berpengaruh signifikan positif terhadap struktur modal.
Penelitian yang dilakukan Meidina 2007 menggunakan variabel Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Aktiva, Risiko, dan Profitabilitas sebagai variabel
independen dan Struktur Modal sebagai variabel dependen. Hasil Penelitian yang dilakukannya menunjukkan bahwa secara simultan variabel Ukuran Perusahaan,
Pertumbuhan Aktiva, Risiko, dan Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal. Secara parsial, Ukuran Perusahaan dan Pertumbuhan Aktiva
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal, sedangkan
variabel independen lainnya risiko dan profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen Struktur Modal.
Penelitian yang dilakukan Purba 2014 menggunakan variabel independen yang terdiri dari Struktur Aset, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan, dan
Likuiditas. Struktur Modal sebagai variabel dependennya. Hasil penelitian yang dilakukannya secara simultan menunjukkan bahwa Struktur Aset, Profitabilitas,
Pertumbuhan Penjualan, dan Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal. Secara parsial hanya variabel likuiditas yang berpengaruh signifikan
negatif terhadap struktur modal. Sedangkan variabel Struktur Aset, Profitabilitas dan Pertumbuhan Penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
Penelitian yang dilakukan Febriminanto 2012 menggunakan variabel
Firm Size, Return on Assets
, dan Pertumbuhan Aktiva sebagai variabel independen dan Struktur Modal sebagai variabel dependen. Hasil penelitiannya secara simultan
menunjukkan bahwa variabel
Firm Size, Return on Assets
, dan Pertumbuhan Aktiva berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan secara parsial,
hanya ada dua 2 variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen yaitu variabel
Return On Assets
ROA dan
Firm Size
. Dari beberapa penelitian terdahulu masih terjadi perbedaan hasil penelitian
mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap struktur modal. Peneliti tertarik untuk mencoba menguji faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap
struktur modal pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2010- 2014. Berdasarkan perbedaan hasil penelitian diatas, maka peneliti memilih
variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu struktur aset, modal kerja, pertumbuhan aktiva, risiko, likuiditas, ukuran perusahaan dan profitabilitas.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dan bertitik tolak pada uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul penelitian tentang
“ANALISIS PENGARUH STRUKTUR ASET, MODAL KERJA, PERTUMBUHAN
AKTIVA, RISIKO,
LIKUIDITAS, UKURAN
PERUSAHAAN, DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA
”.
1.2. Perumusan Masalah