Tujuan Pemberdayaan Strategi Pemberdayaan

20 memilik kakuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial, seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas hidupnya, selanjutnya menurut Sumodiningrat, 2009:7, pemberdayaan adalah suatu proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki yang tersedia di lingkungan skitarnya untuk meningkatkan kesejahteraan. Bertolak belakang dengan definisi-definisi tersebut peneliti juga memberi definisi, Pemberdayaan Masyarakat adalah Serangkaian proses secara bertahap masyarakat dalam pengelolaan sumber daya yang tersedia, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia di lingkungan skitarnya, dengan cara pemberian motivasi, energy, pengetahuan dan keterampilan agar masyarakat menjadi lebih mandiri dan mampu untuk mengelola potensi tersebut, sehingga dapat mensejahterakan hidup masyarakat itu sendiri.

2.1.2. Tujuan Pemberdayaan

Menurut Suharto 2010:60 tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuatan masyarakat, khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal maupun eksternal, sedangkan pendapat yang sama dalam Sulistiyani 2004:80 dan Fakhrudin dkk: 2010:1 menjelaskan bahwa tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk membentuk individu dan 21 masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Lebih lanjut perlu ditelusuri apa yang sesungguhnya dimaknai sebagai suatu masyarakat yang mandiri. Kemandirian masyarakat adalah merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampua untuk memikirkan , memutuskan serta melakukan suatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya kemampuan yang terdiri atas kemampuan kognitif, psikomotorik, konatif, afektif, dengan pengerahan sumber daya yang dimiliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut. Dengan demikian untuk menjadi mandiri perlu dukungn kemampuan berup sumber daya manusia yang utuh dengan kondisi kognitif, konatif, psikomotorik dan afektif, dan sumber daaya lainnya yang bersifat fiik-mterial. Suryana,2010:19

2.1.3. Strategi Pemberdayaan

Menurut Suharto 2010:66, konteks pekerjaan pemberdayan dapat dilakukan melalui tiga cara, Aras Mikro, Aras Mezzo dan Aras Makro. 1. Aras Mikro, yaitu pemberdayaan dilakukan kepada klien secara individu melalui bimbingan konseling, stress managemen, crisis intervention. Tujuan utama adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. 2. Aras Mezzo, yaitu pemberdayaan yang dilakukan terhadap kelompok klien dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan, pelatihan, dinamika kelompok biasanya dilakukan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi. 3. Aras Makro, yaitu disebut juga pendekatan sebagai strategi system besar, karena sasaran perubahan diarahkan pada system lingkungan yang lebih 22 luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, dengan tujuan memandang klien yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak. Hal ini sependapat dengan Guiterrez dalam jurnal internasional mengatakan bahwa : ―Guitterez 2001 argues that there are three perspectives on empowerment. First, a macro level perspectives defines empowerment as the process of increasing collective political power. Second, a micro level perspektive defines empowerment as the development of an individual feeling of increased power or control without an actual change in structural arrangements. Third, an approach combining the first and second perspectives: how individual empowerment can contribute to group empowerment and how the increase in a group’ power and enhance the fuctioning of this individual member‖ Gutierrez, 2001: 210‖. Dapat diartikan sebagai berikut : Guiterrezz 2001:210 berpendapat bahwa ada tiga perspektif pemberdayaan. Pertama, perspektif tingkat makro mendefisinikan pemberdayaan sebagai proses peningkatan kekuatan politik kolektif. Kedua, perspektif tingkat mikro mendefinisikan pemberdayaan sebagai pengembangan perasaan individu daya yang meningkat atau control tanpa perubahan yang sebenarnya dalam pengaturan structural. Ketiga, pendekatan yang menggabungkan perspektif pertama dan kedua, : “bagaimana pemberdayaan individu dapat berkontribusi untuk pemberdayaan kelompok dan bagaimana peningkatan kekuatan kelompok dapat meningkatkan fungsi anggota individu http: wordpress.com20061120empowerment-and-urban-poverty alleviation-in- indonesia diunduh, selasa, 1542014 pukul 29:20. 23 Selanjutnya adalah pemberdayaan masyarakat berbasis masyarakat, menurut Fakhrudin dkk, 2010 : 6 memiliki banyak komponen yaitu, 1 pengorgasisir dari luar 2 pemimpin local, 3 koalisi organisasi warga masyarakat, 4 prosedur demokrasi, 5 struktur yang dapat diterima oleh semua pihak, 6 taktik yang didasarkan pada konfrontasi dan kepentingan diri.

2.1.4. Pendekatan Pemberdayaan