3.5.2 Realibilitas Instrumen
Suatu instrumen dikatakan reliabel jika tes tersebut dapat dipercaya atau stabil dan produktif. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan
yang tinggi jika tes yang memberikan hasil tetap, maka dengan kata lain reabilitas berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Seandainya
hasilnya berubah-ubah, perubahan yang terjadi dikatakan tidak berarti. Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik Arikunto, 2006: 178. Pengujian reliabilitas instrumen dalam penelitian ini
digunakan rumus Alpha. Rumus Alpha digunakan karena skornya 1-5, rumusnya adalah sebagai berikut :
Keterangan : r
i
= Koefisien reliabilitas
2 b
= mean kuadrat kesalahan k
= mean kuadrat antara subyek
2 t
= Varians skor total Sugiyono, 2006: 282 Dari
hasil perhitungan
reliabilitas kemudian
hasil tersebut
dikonsultasikan dengan nilai r tabel apabila r
hitung
≥ r
tabel
maka butir soal dikatakan reliabel.
3.6 Metode Analisa Data
Metode analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk mengolah hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan.
Dalam penelitian ini, peneliti akan mengemukakan hasil pengukuran data penelitian berupa data kuantitatif yang akan dihitung dengan teknik deskriptif
persentase. Teknik analisis data deskriptif persentase dimaksudkan untuk mengetahui status variabel, yaitu mendiskripsikan penerapan kompetensi
profesional konselor yang disajikan melalui persentase. Langkah-langkah dalam analisis deskriptif persentase adalah sebagai
berikut, 1.
Membuat tabel distribusi jawaban 2.
Menentukan skor jawaban responden dengan skor yang telah ditetapkan 3.
Menjumlahkan skor jawaban yang diperoleh dari setiap responden 4.
Memasukkan skor tersebut ke dalam rumus: Prosentase
= X 100
Keterangan: n= nilai yang diperoleh
N= nilai total = tingkat keberhasilan yang dicapai
5. Hasil perhitungan selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel kriteria. Di
bawah ini akan di jelaskan cara menentukan besarnya tabel kriteria yang digunakan pada penelitian yaitu sebagai berikut,
a. Menentukan persentase maksimal
skor maksimal kriteria x 100 5 5 x 100 = 100
b. Menentukan persentase minimal
skor minimal kriteria x 100
1 5 x 100 = 20 c.
Menghitung rentang persentase tertinggi - terendah
Yaitu 100 -20 = 80 d.
Kriteria = sangat tinggi ST, tinggi T, sedang S, rendah R, sangat rendah R.
e. Menentukan kelas interval persentase
rentang persentase banyak kelas Yaitu 80 5 = 16
Dengan demikian kriteria untuk mendeskripsikan tingkat kinerja Konselor dalam melaksanakan layanan konseling perorangan dapat dilihat
pada tabel berikut ini,
Tabel 3.5 Kriteria Penentuan Tingkatan Kompetensi Profesional Guru BK
Interval Kriteria
84-100 Sangat Tinggi
68-83,9 Tinggi
52-67,9 Sedang
36-51,9 Rendah
20-35,9 Sangat Rendah
3.7 Hasil Uji Instrumen
3.1.1 Hasil Uji Validitas Instrumen
Dalam penelitian ini uji validitas dikenakan pada angket yang akan digunakan untuk mengumpulkan data tentang studi deskriptif pemahaman
konselor tentang kompetensi kepribadian dalam pelaksanaan pelayanan
bimbingan dan konseling. Sebelum uji validitas dilakukan, terlebih dulu instrumen diberikan kepada 20 responden.
Hasil dari data –data tersebut kemudian diberi skor sesuai dengan
kriteria. Berdasarkan hasil uji validitas dengan menggunakan rumus Product Moment dengan taraf signifikansi 5 dan N = 20 pada angket terdapat 25 butir
item yang tidak valid dikarenakan r
hitung
r
tabel
, yaitu lebih kecil dari 0,444 sedangkan sisanya 77 butir item dinyatakan valid dengan r
hitung
r
tabel
yaitu lebih besar dari 0,444. Adapun hasil dari uji validitas secara lengkap dapat
dilihat pada lampiran.
3.1.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas digunakan untuk menilai ketepatan dari instrumen yang akan digunakan dalam penelitian, sehingga instrumen tersebut benar
–benar dapat mengukur apa yang hendak diukur. Untuk mengukur dan memperoleh
reliabilitas angket, maka digunakan rumus Alpha dalam menghitunya. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan pada uji reliabilitas angket dengan
taraf signifikan 5 dan N= 20 serta r
tabel
0,195 diperoleh hasil r
hitung
= 0,972. Dan dari hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa r
hitung
r
tabel
, sehingga dapat dinyatakan bahwa instrumen tersebut reliabel. Adapun hasil dari uji reliabilitas
secara lengkap dapat dilihat dalam lampiran.
94
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini diuraikan tentang penjelasan hasil penelitian yang telah dilaksanakan disertai dengan analisis data secata deskriptif persentase dan
pembahasannya tentang penerapan kompetensi profesional guru BK pasca
sertifikasi dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri Se-Kabupaten Rembang.
4.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini disajikan berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk memperoleh data empiris tentang
penerapan kompetensi profesional oleh guru BK
yang telah mendapatkan sertifikat pendidik dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri Se Kabupaten Rembang
. Deskripsi hasil penelitian ini akan dijelaskan melalui hasil analisis deskripsi persentase secara
keseluruhan dan setiap sub variable. Adapun kriteria persentase
penerapan kompetensi profesional oleh guru
BK pasca sertifikasi dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling
sebagai berikut : Persentase skor maksimal : 55 x 100 =100
Persentase skor minimal : 15 x 100 = 20 Rentang persentase
: 100 - 20 = 80 Kriteria yang ada dalam hasil penelitian ini terdiri dari lima 5 tingkatan
kriteria yaitu “sangat tinggi”, “tinggi”, “sedang”, “rendah”, dan “sangat rendah”.
Dengan perhitungan sebagai berikut :
Lebar interval =
= = 16
Tabel 4.1 Kriteria Persentase
No. Interval Skor
Kriteria
1. 84-100
Sangat Tinggi 2.
68-83,9 Tinggi
3. 52-67,9
Sedang 4.
36-51,9 Rendah
5. 20-35,9
Sangat Rendah Keterangan :
1. Kategori sangat tinggi berarti guru BK
menerapkan kompetensi profesional dalam pelaksanaan pelayanan BK di sekolah dengan sangat
baik. 2.
Kategori tinggi berarti guru BK menerapkan kompetensi profesional dalam pelaksanaan pelayanan BK di sekolah dengan baik.
3. Kategori sedang berarti guru BK menerapkan kompetensi profesional
dalam pelaksanaan pelayanan BK di sekolah dengan cukup baik. 4.
Kategori rendah berarti guru BK menerapkan kompetensi profesional dalam pelaksanaan pelayanan BK di sekolah dengan kurang baik.
5. Kategori sangat rendah berarti guru BK menerapkan kompetensi
profesional dalam pelaksanaan pelayanan BK di sekolah tidak sesuai dengan prosedur yang baik.
Rentang persentase Banyak kriteria
80 5
4.1.1 Hasil Analisis Kuantitatif 1.
Deskripsi Persentase Penerapan Kompetensi Profesional Guru BK Pasca Sertifikasi Dalam Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan
Konseling di SMP Negeri Se-Kabupaten Rembang.
Penerapan kompetensi profesional konselor sekolah pasca sertifikasi yang dimaksud disini adalah bagaimana
guru BK yang sudah
mendapatkan sertifikat pendidik mengaplikasikan serta mewujudkan kompetensi profesional yang terdapat dalam Standar Kualifikasi
Akademik Dan Kompetensi Konselor SKAKK dalam pelaksanaan
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu memperoleh data empiris
tentang penerapan kompetensi profesional oleh
guru BK yang telah
mendapatkan sertifikat pendidik, maka
di bawah ini akan ditampilkan hasil analisis deskriptif persentase dalam bentuk tabel dan diagram sebagai
berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Penerapan Kompetensi Profesional Guru BK Pasca
Sertifikasi Dalam Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Secara Keseluruhan
No Interval
Kriteria Frekuensi
Persentase
1. 84-100
Sangat Tinggi 3
11,11
2. 68-83,9
Tinggi 20
74,07
3. 52-67,9
Sedang
4 14,81
4. 36-51,9
Rendah 5.
20-35,9 Sangat Rendah
Rata - rata 76,24
Diagram 4.1 Penerapan Kompetensi Profesional Guru BK Pasca Sertifikasi Dalam
Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Secara Keseluruhan
Dari tabel 4.2 dan diagram 4.1 dapat diuraikan bahwa penerapan kompetensi profesional oleh guru BK yang telah mendapatkan sertifikat
pendidik di SMP Negeri Se-Kabupaten Rembang secara keseluruhan tergolong dalam kriteria
“tinggi” dengan persentase 76,24. Frekuensi jawaban responden yang memiliki
kriteria “sangat tinggi” berjumlah 3 orang responden dengan persentase 11,11, yang memiliki kriteria
“tinggi” berjumlah 20 orang responden dengan persentase 74,07 dan yang memi
liki kriteria “sedang” berjumlah 4 orang responden dengan persentase 14,81. Hal ini menunjukkan bahwa guru BK di SMP Negeri
Se-Kabupaten Rembang yang sudah mendapatkan sertifikat pendidik telah menerapkan dengan secara baik kompetensi profesional dalam
pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Series1; Sangat Tinggi ; 11,11
Series1; Tinggi; 74,07
Series1; Sedang; 14,81
Series1; Rendah; 0,00
Series1; Sangat Rendah; 0,00
Untuk lebih jelasnya, gambaran tiap sub variabel penerapan kompetensi profesional konselor sekolah pasca sertifikasi dalam
pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling dipaparkan dalam bentuk tabel dan diagram berikut:
Tabel 4.3 Hasil Persentase Penerapan Kompetensi Profesional Guru BK Pasca
Sertifikasi Dalam Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Secara Keseluruhan Per Sub Variabel
No Sub Variabel
Persentase Kriteria
1 Menguasai kerangka teoritik dan
praksis bimbingan dan konseling 80,77
Tinggi 2
Merancang program bimbingan dan konseling
79,10 Tinggi
3 Mengimplementasikan program
bimbingan dan konseling yang komprehensif
71,11 Tinggi
4. Menilai proses dan hasil kegiatan
bimbingan dan konseling 68,00
Sedang
Rata-rata
76,24 Tinggi
Diagram 4.2 Hasil Persentase Penerapan Kompetensi Profesional Guru BK Pasca
Sertifikasi Dalam Pelaksanaan Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Secara Keseluruhan Per Sub Variabel
Dari tabel 4.3 dan diagram 4.2 dapat diuraikan bahwa dari tiap sub variabel yang menjadi komponen dari kompetensi profesional konselor. Pada sub
variabel pertama, menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling memperoleh hasil persentase sebesar 80,77 termasuk dalam kriteria
tinggi. Hal ini berarti guru BK dengan secara baik mengaplikasikan arah profesi bimbingan dan konseling, mengaplikasikan dasar-dasar pelayanan bimbingan dan
konseling, mengaplikasikan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai kondisi dan tuntutan wilayah kerja, dan mengaplikasikan pendekatan modeljenis
pelayanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.
0,00 10,00
20,00 30,00
40,00 50,00
60,00 70,00
80,00 90,00
80,77 79,10
71,11 68,00
S
ub variabel kedua adalah merancang program bimbingan dan konseling memperoleh hasil persentase sebesar 79,10 termasuk dalam
kriteria tinggi. Hal ini berarti guru BK dengan secara baik menganalisis kebutuhan konseli, menyusun program bimbingan dan konseling yang
berkelanjutan berdasar kebutuhan peserta didik secara komprehensif dengan pendekatan perkembangan, menyusun rencana pelaksanaan
program bimbingan dan konseling, dan merencanakan sarana dan biaya penyelenggaraan program bimbingan dan konseling.
Sub variabel ketiga adalah mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif memperoleh hasil persentase sebesar 71,11
termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini berarti guru BK dengan secara baik melaksanakan pendekatan kolaboratif dalam pelayanan bimbingan dan konseling,
memfasilitasi perkembangan akademik, karier, personal, dan sosial konseli, serta mengelola sarana dan biaya program bimbingan dan konseling dengan baik.
S
ub variabel yang keempat adalah menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling memperoleh hasil persentase sebesar
68,00 termasuk dalam kriteria sedang. Hal ini berarti guru BK dengan cukup baik melakukan evaluasi hasil, proses, dan program bimbingan dan
konseling, menginformasikan hasil pelaksanaan evaluasi pelayanan bimbingan dan konseling kepada pihak terkait, dan menggunakan hasil
pelaksanaan evaluasi untuk merevisi dan mengembangkan program bimbingan dan konseling dengan baik.
2. Deskriptif Persentase Sub Variabel
Variabel penerapan kompetensi profesional konselor oleh guru BK yang telah mendapatkan sertifikat pendidik dalam pelayanan bimbingan
dan konseling di sekolah memiliki empat sub variabel yaitu 1 menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling, 2 merancang
program bimbingan dan konseling, 3 mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif, dan 4 menilai proses dan
hasil kegiatan bimbingan dan konseling. Tiap –tiap sub variabel memiliki
indikator dengan persentase yang berbeda –beda.
1 Sub variabel menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan
dan konseling.
Hasil persentase penerapan kompetensi profesional konselor sekolah yang telah mendapatkan sertifikat pendidik dalam pelaksanaan
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah sub variabel menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling akan ditampilkan
dalam tabel dibawah ini:
Tabel 4.4 Hasil persentase sub variabel menguasai kerangka teoritik dan
praksis bimbingan dan konseling No.
Indikator Kriteria
1. Menguasai kerangka teoritik dan praksis
bimbingan dan konseling 1.1
Mengaplikasikan arah profesi bimbingan dan konseling
1.2 Mengaplikasikan dasar-dasar
pelayanan bimbingan dan konseling 1.3
Mengaplikasikan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai
kondisi dan tuntutan wilayah kerja.
1.4
Mengaplikasikan pendekatan modeljenis pelayanan dan kegiatan
pendukung bimbingan dan konseling. 86,35
76,54 78,22
80,68 Sangat
Tinggi
Tinggi Tinggi
Tinggi
Tabel 4.5 Hasil frekuensi jawaban responden sub variabel menguasai kerangka
teoritik dan praksis bimbingan dan konseling
No. Indikator
Kriteria Sangat
tinggi Tinggi Sedang Rendah
Sangat rendah
1. Mengaplikasikan arah profesi
bimbingan dan konseling 16
9 2
2. Mengaplikasikan dasar-dasar
pelayanan bimbingan dan konseling
6 16
5 3.
Mengaplikasikan pelayanan bimbingan dan konseling
sesuai kondisi dan tuntutan wilayah kerja.
6 14
7 4.
Mengaplikasikan pendekatan modeljenis pelayanan dan
kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.
9 15
3
Dari tabel 4.4 dan 4.5 dapat dipaparkan bahwa dalam sub variabel ini terdapat empat indikator, indikator pertama tergolong dalam kriteria
sangat tinggi dengan persentase 86,35 yaitu mengaplikasikan arah profesi bimbingan dan konseling. Hal ini berarti guru BK dengan sangat
baik menampilkan keutuhan pribadi konselor, berperilaku etik dan profesional, dan meningkatkan kemampuan profesionalnya. Dalam sub
variabel ini muncul 3 kriteria frekuensi jawaban responden. Frekuensi jawaban responden yang temasuk dalam kriteria sangat tinggi berjumlah
16 orang, termasuk dalam kriteria tinggi berjumlah 9 orang serta yang termasuk dalam kriteria sedang berjumlah 2 orang responden.
Indikator kedua tergolong dalam kriteria tinggi dengan persentase 76,54 yaitu mengaplikasikan dasar-dasar pelayanan bimbingan dan konseling.
Hal ini berarti guru BK dengan secara baik membantu peserta didik mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal
mungkin, menerapkan asas kerahasiaan dengan menyimpan informasi tentang permasalahan peserta didik, serta menerapkan fungsi dalam bimbingan dan
konseling. Dalam sub variabel ini muncul 3 kriteria frekuensi jawaban responden. Frekuensi jawaban responden yang temasuk dalam kriteria sangat tinggi
berjumlah 6 orang, termasuk dalam kriteria tinggi berjumlah 16 orang serta yang termasuk dalam kriteria sedang berjumlah 5 orang responden.
Indikator ketiga tergolong dalam kriteria tinggi dengan persentase 78,22 yaitu mengaplikasikan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai
kondisi dan tuntutan wilayah kerja. Hal ini berarti guru BK dengan secara baik memberikan pelayanan BK sesuai dengan tingkat perkembangan
peserta didik dan menyesuaikan kegiatan BK terhadap peraturan dan nilai- nilai yang ada di sekolah tanpa menyimpang dari asas-asas BK. Dalam sub
variabel ini muncul 3 kriteria frekuensi jawaban responden yaitu sangat tinggi, tinggi, dan sedang. Frekuensi jawaban responden yang temasuk
dalam kriteria sangat tinggi berjumlah 6 orang, termasuk dalam kriteria tinggi berjumlah 14 orang serta yang termasuk dalam kriteria sedang
berjumlah 7 orang responden.
Indikator keempat tergolong dalam kriteria tinggi dengan persentase 80,68 yaitu mengaplikasikan pendekatan modeljenis pelayanan dan kegiatan
pendukung bimbingan dan konseling. Hal ini berarti guru BK dengan secara baik menerapkan pendekatan konseling dalam konseling individu, menyelenggarakan
layanan BK, menyelenggarakan konseling dan bimbingan kelompok, himpunan data, konferensi kasus, dan kunjungan rumah. Dalam sub variabel ini muncul 3
kriteria frekuensi jawaban responden yaitu sangat tinggi, tinggi, dan sedang. Frekuensi jawaban responden yang temasuk dalam kriteria sangat tinggi
berjumlah 9 orang, termasuk dalam kriteria tinggi berjumlah 15 orang serta yang termasuk dalam kriteria sedang berjumlah 3 orang responden.
2
S
ub variabel merancang program bimbingan dan konseling.
Hasil persentase penerapan kompetensi profesional konselor oleh guru BK yang telah mendapatkan sertifikat pendidik dalam pelaksanaan pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah sub variabel merancang program bimbingan dan konseling akan ditampilkan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 4.6
Hasil persentase sub variabel merancang program bimbingan dan konseling
No. Indikator
Kriteria
1. Merancang program bimbingan dan
konseling 1.1
Menganalisis kebutuhan konseli 1.2
Menyusun program bimbingan dan konseling yang berkelanjutan berdasar
kebutuhan peserta didik secara komprehensif dengan pendekatan
perkembangan
1.3 Menyusun rencana pelaksanaan
program bimbingan dan konseling 1.4
Merencanakan sarana dan biaya penyelenggaraan program BK
72,89 86,46
80,00 73,33
Tinggi Sangat
Tinggi
Tinggi Tinggi
Tabel 4.7 Hasil frekuensi jawaban responden sub variabel merancang program
bimbingan dan konseling
No. Indikator
Kriteria Sangat
tinggi Tinggi Sedang Rendah
Sangat rendah
1. Menganalisis kebutuhan
konseli 4
11 10
2 2.
Menyusun program bimbingan dan konseling yang
berkelanjutan berdasar kebutuhan peserta didik secara
komprehensif dengan pendekatan perkembangan
16 11
3. Menyusun rencana
pelaksanaan program bimbingan dan konseling .
12 10
4 1
4. Merencanakan sarana dan
biaya penyelenggaraan program bimbingan dan
konseling 7
10 8
1 1
Dari tabel 4.6 dan 4.7 dapat dipaparkan bahwa dalam sub variabel
ini terdapat empat indikator, indikator pertama tergolong dalam kriteria tinggi dengan persentase 72,89 yaitu menganalisis kebutuhan konseli.
Hal ini berarti guru BK dengan secara baik menyusun daftar cek, angket, wawancara untuk keperluan observasi dan melakukan test intelegensi
untuk mengetahui kecerdasan konseli. Dalam sub variabel ini muncul 4 kriteria frekuensi jawaban responden. Frekuensi jawaban responden yang
temasuk dalam kriteria sangat tinggi berjumlah 4 orang, termasuk dalam kriteria tinggi berjumlah 11 orang, termasuk dalam kriteria sedang
berjumlah 10 orang serta yang termasuk dalam kriteria rendah berjumlah 2 orang responden.
Indikator kedua tergolong dalam kriteria sangat tinggi dengan persentase 86,46 yaitu menyusun program bimbingan dan konseling
yang berkelanjutan berdasar kebutuhan peserta didik secara komprehensif dengan pendekatan perkembangan. Hal ini guru BK sekolah dengan sangat
baik telah menentukan prioritas layanan, memperhatikan keadaan konselor sekolah, dan menyusun program menjadi program tahunan, semesteran,
bulanan, mingguan dan harian. Dalam sub variabel ini muncul 2 kriteria frekuensi jawaban responden. Frekuensi jawaban responden yang temasuk
dalam kriteria sangat tinggi berjumlah 16 orang dan yang termasuk dalam kriteria tinggi berjumlah 11 orang .
Indikator ketiga tergolong dalam kriteria sangat tinggi dengan persentase 80,00 yaitu menyusun rencana pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
Hal ini berarti guru BK dengan secara baik menelaah susunan kalender pelaksanaan program BK semesteran dan tahunan. Dalam sub variabel ini muncul
4 kriteria frekuensi jawaban responden. Frekuensi jawaban responden yang
temasuk dalam kriteria sangat tinggi berjumlah 12 orang, termasuk dalam kriteria tinggi berjumlah 10 orang, termasuk dalam kriteria sedang berjumlah 4 orang
serta yang termasuk dalam kriteria rendah berjumlah 1 orang responden. Indikator keempat tergolong dalam kriteria tinggi dengan persentase
73,33 yaitu merencanakan sarana dan biaya penyelenggaraan program bimbingan dan konseling. Hal ini berarti guru BK dengan secara baik
menyediakan fasilitas fisik untuk keperluan pelayanan BK dan menyediakan anggaran biaya yang memadahi untuk pengadaan alat-alat teknis, biaya
operasional dan penelitian atau riset dengan baik. Dalam sub variabel ini kriteria frekuensi jawaban responden yang muncul lebih bervariasi yaitu 5 kriteria.
Frekuensi jawaban responden yang temasuk dalam kriteria sangat tinggi berjumlah 7 orang, termasuk dalam kriteria tinggi berjumlah 10 orang, termasuk
dalam kriteria sedang berjumlah 8 orang, termasuk dalam kriteria rendah berjumlah 1 orang, serta yang termasuk dalam kriteria sangat rendah berjumlah 1
orang responden.
3
S
ub variabel mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif.
Hasil persentase penerapan kompetensi profesional konselor oleh guru BK yang telah mendapatkan sertifikat pendidik dalam pelaksanaan pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah sub variabel mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif akan ditampilkan dalam tabel dan
diagram dibawah ini:
Tabel 4.8
Hasil persentase sub variabel mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif
No. Indikator
Kriteria
1. Mengimplementasikan program bimbingan
dan konseling yang komprehensif 1.1
Melaksanakan pendekatan kolaboratif dalam pelayanan bimbingan dan
konseling 1.2
Memfasilitasi perkembangan akademik, karier, personal, dan sosial
konseli 1.3
Mengelola sarana dan biaya program bimbingan dan konseling
66,85
70,56
74,96 Sedang
Tinggi
Tinggi
Tabel 4.9 Hasil frekuensi jawaban responden sub variabel
mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif
No. Indikator
Kriteria Sangat
tinggi Tinggi Sedang Rendah
Sangat rendah
1. Melaksanakan pendekatan
kolaboratif dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
2 13
10 1
1 2.
Memfasilitasi perkembangan akademik, karier, personal,
dan sosial konseli 4
11 7
5 3.
Mengelola sarana dan biaya program bimbingan dan
konseling 5
13 5
4 Dari tabel 4.8 dan 4.9 dapat dipaparkan bahwa dalam sub variabel
ini terdapat tiga indikator, indikator pertama tergolong dalam kriteria sedang dengan persentase 66,85 yaitu melaksanakan pendekatan
kolaboratif dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Hal ini berarti dengan cukup baik guru BK membantu guru bidang studi dalam
mendiagnosis kesulitan belajar siswa dan membantu guru bidang studi
dalam penyelenggaraan, perbaikan dan program pengayaan. Dalam sub variabel ini muncul 5 kriteria frekuensi jawaban responden. Frekuensi
jawaban responden yang temasuk dalam kriteria sangat tinggi berjumlah 2 orang, termasuk dalam kriteria tinggi berjumlah 13 orang, termasuk dalam
kriteria sedang berjumlah 10 orang, termasuk dalam kriteria rendah berjumlah 1 orang serta yang termasuk dalam kriteria sangat rendah
berjumlah 1 orang responden Indikator kedua tergolong dalam kriteria tinggi dengan persentase
70,56 yaitu memfasilitasi perkembangan akademik, karier, personal, dan sosial konseli. Hal ini berarti guru BK dengan secara baik
menyelenggarakan bimbingan karier dan bimbingan kelompok belajar dengan baik. Dalam sub variabel ini muncul 4 kriteria frekuensi jawaban
responden. Frekuensi jawaban responden yang temasuk dalam kriteria sangat tinggi berjumlah 4 orang, termasuk dalam kriteria tinggi berjumlah
11 orang, termasuk dalam kriteria sedang berjumlah 7 orang, sedangkan yang termasuk kriteria rendah berjumlah 5 orang responden.
Indikator ketiga tergolong dalam kriteria tinggi dengan persentase 74,96 yaitu mengelola sarana dan biaya program bimbingan dan
konseling. Hal ini berarti guru BK dengan secara baik menggunakan dan memelihara fasilitas fisik untuk keperluan pelayanan BK dan
menggunakan anggaran biaya dengan penuh tanggung jawab untuk pengadaan alat-alat teknis, biaya operasional dan penelitian atau riset.
Dalam sub variabel ini muncul 4 kriteria frekuensi jawaban responden.
Frekuensi jawaban responden yang temasuk dalam kriteria sangat tinggi berjumlah 5 orang, termasuk dalam kriteria tinggi berjumlah 13 orang,
termasuk dalam kriteria sedang berjumlah 5 orang, sedangkan yang termasuk kriteria rendah berjumlah 4 orang responden.
Secara umum sub variabel mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif tergolong kategori tinggi
yaitu dengan persentase 71,11. Namun masih terdapat 5 responden 18,51 yang tergolong kategori rendah dalam menerapkan indikator
memfasilitasi perkembangan akademik, karier, personal, dan sosial konseli, dan 4 responden 14,81 juga tergolong kategori rendah dalam
menerapkan indikator mengelola sarana dan biaya program bimbingan dan konseling.
4 Sub variabel menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan
konseling.
Hasil persentase penerapan kompetensi profesional konselor oleh guru BK yang telah mendapatkan sertifikat pendidik dalam pelaksanaan pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah sub variabel menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling akan ditampilkan dalam tabel dan diagram
dibawah ini:
Tabel 4.10
Hasil persentase sub variabel menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling
No. Indikator
Kriteria
1. Menilai proses dan hasil kegiatan
bimbingan dan konseling 1.1
Melakukan evaluasi hasil, proses, dan program bimbingan dan konseling
1.2 Menginformasikan hasil pelaksanaan
evaluasi pelayanan bimbingan dan konseling kepada pihak terkait.
1.3 Menggunakan hasil pelaksanaan
evaluasi untuk merevisi dan mengembangkan program bimbingan
dan konseling 70,05
63,85
70,12 Tinggi
Sedang
Tinggi
Tabel 4.11 Hasil frekuensi jawaban responden sub variabel menilai proses dan
hasil kegiatan bimbingan dan konseling
No. Indikator
Kriteria Sangat
tinggi Tinggi Sedang Rendah
Sangat rendah
1. Melakukan evaluasi hasil,
proses, dan program bimbingan dan konseling
5 9
13 2.
Menginformasikan hasil pelaksanaan evaluasi
pelayanan bimbingan dan konseling kepada pihak terkait
1 9
10 5
2 3.
Menggunakan hasil pelaksanaan evaluasi untuk
merevisi dan mengembangkan program bimbingan dan
konseling 5
9 11
1 1
Dari tabel 4.10 dan 4.11 dapat dipaparkan bahwa dalam sub
variabel ini terdapat tiga indikator, indikator pertama tergolong dalam kriteria tinggi dengan persentase 70,05 yaitu melakukan evaluasi hasil,
proses, dan program bimbingan dan konseling. Hal ini berarti guru BK dengan secara baik melakukan penilaian segera, penilaian jangka pendek
dan evaluasi program BK. Dalam sub variabel ini muncul 3 kriteria frekuensi jawaban responden. Frekuensi jawaban responden yang temasuk
dalam kriteria sangat tinggi berjumlah 5 orang, termasuk dalam kriteria tinggi berjumlah 9 orang, serta yang termasuk dalam kriteria sedang
berjumlah 13 orang responden. Indikator kedua tergolong dalam kriteria sedang dengan persentase
63,85 yaitu menginformasikan hasil pelaksanaan evaluasi pelayanan bimbingan dan konseling kepada pihak terkait
. Hal ini berarti guru BK dengan cukup baik membuat grafik informasi hasil evaluasi bimbingan
dan konseling serta membuat laporan pelaksanaan program lapelprog. Dalam sub variabel ini muncul 5 kriteria frekuensi jawaban responden.
Frekuensi jawaban responden yang temasuk dalam kriteria sangat tinggi berjumlah 1 orang, termasuk dalam kriteria tinggi berjumlah 9 orang,
termasuk dalam kriteria sedang berjumlah 10 orang, termasuk dalam kriteria rendah berjumlah 5 orang serta yang termasuk dalam kriteria
sangat rendah berjumlah 2 orang responden Indikator ketiga tergolong dalam kriteria tinggi dengan persentase
70,12 yaitu menggunakan hasil pelaksanaan evaluasi untuk merevisi dan mengembangkan program bimbingan dan konseling
. Hal ini berarti guru BK dengan secara baik menindaklanjuti hasil evaluasi dengan menyusun
program baru yang berkesinambungan. Dalam sub variabel ini muncul 5 kriteria frekuensi jawaban responden. Frekuensi jawaban responden yang
temasuk dalam kriteria sangat tinggi berjumlah 5 orang, termasuk dalam
kriteria tinggi berjumlah 9 orang, termasuk dalam kriteria sedang berjumlah 11 orang, termasuk dalam kriteria rendah berjumlah 1 orang
serta yang termasuk dalam kriteria sangat rendah berjumlah 1 orang responden.
Secara umum sub variabel menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling tergolong kategori sedang yaitu dengan
persentase 68,00. Masih terdapat 5 responden 18,51 yang tergolong kategori rendah dalam menerapkan indikator menginformasikan hasil
pelaksanaan evaluasi pelayanan bimbingan dan konseling kepada pihak terkait.
4.2 Pembahasan
Kompetensi profesional konselor merupakan salah satu kompetensi yang terdapat dalam Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor
SKAKK di dalam permendiknas no 27 tahun 2008. Kompetensi profesional konselor mencerminkan penguasaan kiat penyelenggaraan pelayanan bimbingan
dan konseling yang memandirikan, yang ditumbuhkan serta diasah melalui latihan secara sistematis dan sungguh-sungguh dalam menerapkan perangkat kompetensi
yang diperoleh melalui pendidian akademik yang telah diperoleh itu. Sehingga nampak bahwa kompetensi profesional merupakan kompetensi yang harus
dikuasai konselor dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas utamanya yaitu dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
Untuk meningkatkan profesionalisme guru termasuk guru bimbingan dan konseling di Indonesia pemerintah mengadakan program sertifikasi guru.
Sertifikasi guru merupakan pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi profesional. Oleh karena itu, proses sertifikasi dipandang sebagai
bagian esensial dalam upaya memperoleh sertifikat kompetensi sesuai standar yang telah ditetapkan.
Dalam Dinas Pendidikan 2008: 277 menyebutkan sertifikasi konselor guru BK adalah pengakuan terhadap seseorang yang telah memiliki kompetensi
untuk melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling, setelah yang bersangkutan dinyatakan lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh LPTK
program studi Bimbingan dan Konseling yang terakreditasi. Kompetensi yang diakses adalah penguasaan kemampuan akademik sebagai landasan keilmuan dari
segi penyelenggaraan layananan ahli di bidang BK. Sertifikasi erat kaitannya dengan kompetensi yang dimiliki guru pada
umumnya. Dalam Dinas Pendidikan 2008: 278 disebutkan bahwa
penyelenggaraan program sertifikasi konselor dalam jabatan mengacu kepada Standar Kompetensi Konselor Indonesia sekarang direvisi menjadi SKAKK. Hal
ini sejalan seperti yang dikemukakan oleh Muslick 2009: 33-34 menyebutkan
bahwa “Rujukan dasar yang digunakan dalam penyelenggaraan sertifikasi guru adalah sosok utuh kompetensi profesional guru tersebut”. Sehingga, guru BK
yang telah mendapatkan sertifikat pendidik diharapkan bisa menerapkan aspek –
aspek kompetensi profesional sesuai Standar yang ditetapkan oleh pemerintah, untuk guru BK standar yang digunakan yaitu Standar Kualifikasi Akademik Dan
Kompetensi Konselor SKAKK. Dengan menerapkan aspek-aspek yang terdapat
dalam SKAKK tersebut telah menguasai tingkat kompetensi minimal sesuai
dengan SKAKK sehingga yang bersangkutan dapat diakui telah melakukan tugasnya secara profesional.
Di Kabupaten Rembang terdapat 58 orang guru BK yang sudah mendapatkan sertifikat pendidik, yang bertugas di sekolah negeri maupun swasta.
Terdiri dari 28 orang guru BK yang bertugas di SMP, 4 orang guru BK yang bertugas di MTs, 18 orang guru BK yang bertugas di SMA, 4 orang guru BK yang
bertugas di MA dan 4 orang guru BK yang bertugas di SMK. Untuk guru BK yang telah mendapatkan sertifikat pendidik yang bertugas di SMP Negeri
berjumlah 27 orang. Data diperoleh dari Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang terhitung pada bulan Februari 2012.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif persentase penerapan kompetensi profesional guru BK pasca sertifikasi di SMP Negeri Se Kabupaten Rembang
Tahun Ajaran 20122013, secara keseluruhan tergolong dalam kriter ia “tinggi”
dengan persentase 76,24. Penerapan sub variabel menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling memperoleh persentase 80,77, sub
variabel merancang program bimbingan dan konseling memperoleh persentase 79,10, sub variabel mengimplementasikan program bimbingan dan konseling
yang komprehensif memperoleh persentase 71,11, dan sub variabel menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling memperoleh persentase
sebesar 68,00. Hasil analisis deskriptif persentase menunjukkan bahwa secara umum guru
BK di SMP Negeri Pada Tahun Ajaran 20122013 se-Kabupaten Rembang yang sudah mendapatkan sertifikat pendidik telah menerapkan dengan secara baik
kompetensi profesional dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling. Hal ini berarti guru BK yang telah mendapatkan sertifikat pendidik di SMP negeri
se-Kabupaten Rembang sudah professional dalam menjalankan tugas-tugasnya. Hal ini tidak sesuai dengan fenomena awal, Hasil kajian Hartono 2011
menyebutkan bahwa program sertifikasi guru dalam jabatan yang telah diselenggarakan sejak tahun 2006 sampai tahun 2010 melalui penilaian
portofolio, bagi yang tidak lulus harus mengikuti PLPG termasuk guru Bimbingan dan Konseling, belum mampu menunjukkan hasil yang maksimal
sebagaimana yang diharapkan. Hasil kajian Hartoyo dan Baedhowi dalam Hartono, 2011 menunjukkan bahwa motivasi guru dalam program sertifikasi guru
dalam jabatan
,
didorong oleh motivasi finansial, bukan motivasi mengembangkan kompetensi.
Berdasarkan analisa penulis ada beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan hasil penelitian ini dengan kajian terdahulu. Faktor pertama adalah
waktu penelitian, hasil kajian hartono berdasarkan hasil analisis dari guru yang tersertifikasi pada tahun 2006-2010. Pada tahun tersebut sertifikasi masih
merupakan hal baru, sehingga sosialisasi tentang pelaksanaan sertifikasi tersebut masih dirasa belum merata. Sehingga hasil yang didapatkan dari sertifikasi guru
tahun 2006-2010 masih belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Sedangkan hasil analisis penelitian ini dilaksanakan 6 tahun lebih muda yaitu pada tahun
20122013. Penulis berpendapat bahwa pada saat pengambilan data penelitian tepatnya tahun 2012 para guru BK yang telah bersertifikat sebagai obyek
penelitian sudah mendapat sosialisasi yang cukup sehingga lebih meningkatkan
kompetensi dan kinerja yang dimiliki dalam melaksanakan program sertifikasi guru.
Faktor kedua adalah ketersediaan infomasi pendukung, pada tahun 2006- 2010 sedikit sekali buku-buku atau artikel yang membahas tentang sertifikasi
guru. Sedangkan pada tahun 2012 sudah cukup banyak buku-buku dan artikel yang membahas tentang sertifikasi guru. Hal ini berpengaruh terhadap kesiapan
para guru dalam menghadapi uji kompetensi serta pelaksanaan sertikasi itu sendiri. Penulis menyimpulkan bahwa tujuan program sertifikasi tidak bisa
dicapai hasilnya secara instan. Perlu adanya suatu proses yang harus ditempuh dengan selalu mengadakan perbaikan pada hal-hal yang dirasa kurang untuk
mendapatkan hasil yang diharapkan. Sertifikasi guru ini menuntut guru BK untuk meningkatkan kualitas
profesionalisme yang dimilikinya, menurut Sanaky 2005 hal-hal yang bisa dilakukan adalah: Pertama, memahami tuntutan standar profesi yang ada, yaitu
guru BK berupaya memahami tuntutan standar profesi yang ada dan ditempatkan sebagai prioritas utama jika ingin meningkatkan profesionalismenya. Hal ini
didasarkan kepada beberapa alasan, yaitu 1 sebagai profesional seorang guru BK harus mengikuti tuntutan perkembangan profesi secara global, dan tuntutan
masyarakat yang menghendaki pelayanan vang lebih baik, 2 untuk memenuhi standar profesi ini, guru BK harus belaiar secara terus menerus sepanjang hayat,
3 guru BK harus membuka diri, mau mendengar dan melihat perkembangan baru di bidangnya.
Kedua mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan, artinya upaya untuk mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan bagi guru
BK. Maka, dengan dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang memadai, guru memiliki posisi tawar yang kuat dan memenuhi syarat yang dibutuhkan.
Ketiga, membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat organisasi profesi. Upaya membangun hubungan kesejawatan yang baik dan
luas dapat dilakukan guru BK dengan membina jaringan kerja atau networking. Guru harus berusaha mengetahui apa yang telah dilakukan oleh sejawatnya yang
sukses. Sehingga bisa belajar untuk mencapai sukses yang sama atau bahkan bisa lebih baik lagi. Melalui networking inilah guru BK memperoleh akses terhadap
inovasi-inovasi di bidang profesinya dan akses sosial yang lainnya. Keempat, mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang
mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada pengguna pendidikan, merupakan suatu keharusan di era reformasi pendidikan sekarang ini. Artinya,
semua sektor dan bidang dituntut memberikan pelayanan prima kepada kastemer atau pengguna. Maka, Guru BK pun harus memberikan pelayanan prima kepada
pengguna yaitu siswa, orangtua dan sekolah sebagai stakeholder. Terlebih lagi pelayanan pendidikan adalah termasuk pelayanan publik vang didanai, diadakan,
dikontrol oleh dan untuk kepentingan publik. Dengan demikian, guru harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada publik.
Kelima, mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar guru senantiasa
tidak ketinggalan tidak “gaptek” gagap teknologi dalam kemampuannya
mengelola pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan media dan ide-ide baru bidang teknologi pendidikan seperti media presentasi dengan menggunakan LCD
dan komputer dan juga pendekatan-pendekatan baru bidang teknologi pendidikan, menggunakan internet sebagai media pembelajaran. Sebab, perkembangan
teknologi “informasi dan internet” merupakan faktor pendukung utama percepatan yang memungkinkan tembusanya batas-batas dimensi ruang dan waktu yang tentu
juga akan berpengaruh pada paradigma pendidikan termasuk profesi guru dalam menjalankan tugasnya.
Dalam rangka peningkatan kemampuan profesional guru pada umumnya dan guru BK pada khususnya, perlu dilakukan sertifikasi dan diuji kompetensi
secara berkala agar kinerjanya terus meningkat dan tetap memenuhi syarat profesional. Peningkatan profesionalisme guru merupakan upaya untuk membantu
guru yang belum memiliki kualifikasi profesional menjadi profesional. Dengan demikian peningkatan kemampuan profesional guru merupakan bantuan atau
memberikan kesempatan kepada guru tersebut melalui program dan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah. Namun demikian, bantuan profesionalisme hanya
sekedar bantuan, sehingga yang harus lebih berperan aktif adalah guru itu sendiri. Artinya, perlu dikemukakan disini bahwa gurulah yang seharusnya meminta
bantuan kepada yang berwewenang untuk mendapatkan pembinaan. Bantuan yang diberikan juga merupakan bantuan profesional, yang tujuan akhirnya adalah
menumbuhkembangkan profesionalisme guru. Peningkatan kemampuan professional guru bukan sekedar diarahkan
kepada pembinaan yang bersifat aspek-aspek administratif kepegawaian tetapi
harus lebih kepada peningkatan kemampuan keprofesionalannya dan komitmen sebagai seorang pendidik. Menurut Glickman dalam Mulyasa 2009: 13 guru
profesional memiliki dua cirri yaitu tingkat kemampuan yang tinggi dan komitmen yang tinggi. Oleh sebab itu, pembinaan profesionalisme guru harus
diarahkan pada hal tersebut.
4.3 Keterbatasan Penelitian