Upaya–upaya guru bimbingan dan konseling meningkatkan kompetensi profesional (studi deskriptif analitis pada guru–guru bimbingan dan konseling Yayasan IPEKA Jakarta tahun ajaran 2015/2016).

(1)

viii ABSTRAK

UPAYA–UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL

(Studi Deskriptif Analitis Pada Guru–Guru Bimbingan Dan Konseling Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016)

Hikmat Kristian Jian Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitis yang menggunakan pen-dekatan kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya–upaya dan permasalahan para Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesional di Yayasan IPEKA Jakarta tahun ajaran 2015/2016.

Subjek penelitian ini adalah Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta sebanyak 32 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner upaya Guru BK meningkatkan kompetensi profesional dan pedoman wawancara. Nilai reliabilitas pada penelitian ini adalah 0,910. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kategorisasi distribusi norma.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat upaya Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta dalam meningkatkan kompetensi profesional dikategorikan tinggi (56,25%). Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan hasil analisis aspek kompe-tensi profesional yang paling dominan dilakukan oleh Guru BK adalah menilai proses dan hasil kegiatan BK (77,73%). Sedangkan aspek kompetensi profesional yang paling jarang dilakukan oleh Guru BK adalah menguasai kerangka teoritik dan praksis BK (58,13%).

Hasil penelitian ini juga menemukan 4 butir instrumen upaya Guru BK yang teridentifikasi rendah, yaitu: 1) jarang mengikuti studi banding BK ke sekolah lain dalam mempelajari konsep dan praksis asesmen BK, 2) malas mengunjungi per-pustakaan dalam melakukan studi literatur tentang kerangka teori dan praksis BK, 3) jarang mengikuti seminar BK di kampus–kampus dalam mempelajari penyusu-nan rancangan program BK, dan 4) melalukan setiap kesempatan seminar ke–BK

–an dan non ke–BK–an. Keempat hal ini membutuhkan tindak lanjut sebagai da-sar untuk mengadakan perbaikan, agar Guru BK mampu memperbaiki dan me-ningkatkan kompetensi profesionalnya. Namun demikian, dari setiap permasala-han yang dihadapi oleh Guru BK, pada intinya disebabkan oleh diri Guru BK ber-sangkutan, sehingga penekanan yang perlu dilakukan oleh Guru BK adalah mem-bangun komitmen, ketekunan, relasi, komunikasi, motivasi, dan kedisiplinan kerja yang baik dan penuh ketulusan hati.


(2)

ix ABSTRACT

GUIDANCE AND COUNSELING TEACHERS’ EFFORTS TO DEVELOP

THEIR PROFESSIONAL COMPETENCE

(An Analytical Descriptive Study on Guidance and Counseling Teachers in IPEKA Foundation Jakarta, Academic Year 2015/2016)

Hikmat Kristian Jian Sanata Dharma University

2015

This research is an analytical descriptive study using quantitative approach. It aims to describe efforts and obstacles among the Guidance and Counseling teachers in developing their professional competence in IPEKA Foundation Jakarta, Academic Year 2015/2016.

The subjects of the research were thirty-two (32) Guidance and Counseling teachers in IPEKA Foundation Jakarta. The research instrument employed in this

research was a Questionnaire of G&C Teachers’ Efforts to develop their

professional competence and a structured interview. The reliability value in this research was 0.910. The data analysis technique used in this research was normal distribution classification.

The research result shows that the degree of efforts made by the guidance and counseling teachers in IPEKA Foundation Jakarta to develop their professional competence was categorized as high (56.25%). In addition, the result shows that assessment of process and product of guidance and counseling activities was the most dominant aspect of professional competence done by the teachers (77.73%). In contrast, aspect of professional competence that the guidance and counseling teachers rarely did was mastering guidance and counseling theoretical framework and practices (58.13%).

The research results also found that four (4) items in the questionnaire of the

G&C teachers’ efforts were identified as low, namely: 1) they seldom participated in the guidance and counseling comparative study to other schools to learn concepts and practices of G&C assessments, 2) they were too lazy to visit the library to conduct research on the concepts and practices of guidance and counseling assessment, 3) they seldom participated in guidance and counseling seminars conducted by some universities to learn how to design guidance and counseling programs, and 4) they missed every opportunity to attend seminars on guidance counseling and non-guidance and counseling. Those four low items needed follow-up actions as basis for improvement, so that the G&C teachers improve and develop their professional competence. However, every problem lay on the G&C teachers themselves. Therefore, the emphasis must be given for the teachers to build commitment, diligence, relation, communication, motivation, and good and sincere work ethos.


(3)

i

UPAYA–UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL

(Studi Deskriptif Analitis Pada Guru–Guru Bimbingan dan Konseling Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Hikmat Kristian Jian NIM: 111114001

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN MOTTO

"Jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau akan memperoleh pengertian tentang

takut akan Tuhan" (Amsal 2: 4-5)

"Semua Firman ALLAH adalah murni. Ia adalah perisai bagi orang –orang yang berlindung pada-NYA"

(Amsal 30: 5)

"Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan injil damai sejahtera; dalam segala keadaan pergunakanlah perisai ima, sebab dengan

perisai itu kamu dapat memadamkan semua panah api dari si jahat" (Efesus 6: 14-16)

"Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut–sungut dan berbantah– bantahan"

(Filipi 2: 14)

"Bukan seolah–olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau–kalau aku dapat juga menangkapnya, karena

aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus" (Filipi 3: 12)


(7)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN Hasil karya ini Hikmat persembahkan bagi….

Sang Pemberi Hidup, Cinta, Harapan, dan Kebijaksanaan

Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa membawa pada titik kekuatan, kesabaran, kemurahan, dan pengetahuan, serta pengenalan diri yang bermakna atas kerja

keras, ketaatan, dan kesadaran dalam berbagai proses kehidupan

Bagi semua orang terdekat yang senantiasa memberikan dukungan, perhatian, semangat dari awal hingga akhir proses perjalanan pendidikan ini

Orang tua tercinta, Ayah JI. Aang Nasruddin, Ibu Betty Sukmawati Jian,

Adik –adik terkasih, Anugerah Kristian Jian, Gracia Natalia Kristina,

Kakek dan Nenek yang telah disisi Tuhan

Anggota keluarga besarku

Beserta para sahabat dan teman-teman dekatku dimanapun mereka berada yang mendoakan

dan mendukung perjalananku.


(8)

(9)

(10)

viii ABSTRAK

UPAYA–UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL

(Studi Deskriptif Analitis Pada Guru–Guru Bimbingan Dan Konseling Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016)

Hikmat Kristian Jian Universitas Sanata Dharma

2016

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitis yang menggunakan pen-dekatan kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya–upaya dan permasalahan para Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesional di Yayasan IPEKA Jakarta tahun ajaran 2015/2016.

Subjek penelitian ini adalah Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta sebanyak 32 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner upaya Guru BK meningkatkan kompetensi profesional dan pedoman wawancara. Nilai reliabilitas pada penelitian ini adalah 0,910. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kategorisasi distribusi norma.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat upaya Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta dalam meningkatkan kompetensi profesional dikategorikan tinggi (56,25%). Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan hasil analisis aspek kompe-tensi profesional yang paling dominan dilakukan oleh Guru BK adalah menilai proses dan hasil kegiatan BK (77,73%). Sedangkan aspek kompetensi profesional yang paling jarang dilakukan oleh Guru BK adalah menguasai kerangka teoritik dan praksis BK (58,13%).

Hasil penelitian ini juga menemukan 4 butir instrumen upaya Guru BK yang teridentifikasi rendah, yaitu: 1) jarang mengikuti studi banding BK ke sekolah lain dalam mempelajari konsep dan praksis asesmen BK, 2) malas mengunjungi per-pustakaan dalam melakukan studi literatur tentang kerangka teori dan praksis BK, 3) jarang mengikuti seminar BK di kampus–kampus dalam mempelajari penyusu-nan rancangan program BK, dan 4) melalukan setiap kesempatan seminar ke–BK –an dan non ke–BK–an. Keempat hal ini membutuhkan tindak lanjut sebagai da-sar untuk mengadakan perbaikan, agar Guru BK mampu memperbaiki dan me-ningkatkan kompetensi profesionalnya. Namun demikian, dari setiap permasala-han yang dihadapi oleh Guru BK, pada intinya disebabkan oleh diri Guru BK ber-sangkutan, sehingga penekanan yang perlu dilakukan oleh Guru BK adalah mem-bangun komitmen, ketekunan, relasi, komunikasi, motivasi, dan kedisiplinan kerja yang baik dan penuh ketulusan hati.


(11)

ix ABSTRACT

GUIDANCE AND COUNSELING TEACHER EFFORTS TO IMPROVE THE PROFESSIONAL COMPETENCE

(Descriptive Analysis Study for Guidance and Counseling Teacher's at IPEKA Educational Foundation in Jakarta Academic Year 2015/2016)

Hikmat Kristian Jian Sanata Dharma University

2016

This research is descriptive analysis research using quantitative approach. The purpose in this research is to describe guidance and counseling teacher's efforts and problems to improve professional competence at IPEKA Educational Foun-dation 2015/2016.

This research subject is guidance and counseling teacher's at IPEKA as many as 32 peoples. The instrument were used on this research were questionnaire gui-dance and counseling teacher effort and interview list. Value of reliability in this research was 0,910. The data analysis technique used in this research is the norm distribution categorization.

These research showed the level professional competence's guidance and coun-seling teacher's effort at IPEKA Educational Foundation in Jakarta categorize in high categorized (56,25%). Other than that, these results showed the results of analysis the most dominant aspects the professional competence was done by gui-dance and counseling teacher is assess the guigui-dance and counseling process and outcome activities (77,73%). While most aspects of professional competence is rarely done by guidance and counseling teacher is dominate of theoretical concept and practical guidance and counseling (58,13%).

These results also found four items guidance and counseling teacher effort that identified low, that is: 1) rarely follow a guidance and counseling comparative study to other schools to studying the guidance and counseling concept and praxis assessment, 2) lazy to visit the library in studying literature about the guidance and counseling theoretical concept and practical, 3) rarely follow the guidance and counseling seminars on college's in studying the draft of guidance and counseling program, and 4) use many opportunity to participate in seminar guidance and counseling and non guidance and counseling. Fourth it requires follow-up as a basic to hold upgrading, so that guidance and counseling teacher is able to repair and improve their professional competence. However, any problems faced by gui-dance and counseling teacher core caused by the self of guigui-dance and counseling teachers. So the emphasis needs to be done by guidance and counseling teacher is to build commitment, perseverance, build the relationship, communication, moti-vation, and good disciplined work and full sincerity.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih rahmatNYA yang luar biasa melimpah, penulis tugas akhir dengan judul "Upaya–Upaya Guru BK Meningkatkan Kompetensi Profesional (Studi Deskriptif Analitis Pada Guru– Guru Bimbingan Dan Konseling Di Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/ 2016)" dapat terselesaikan dengan baik.

Selama proses penulisan tugas akhir ini, penulis menyadari sungguh banyak pihak yang ikut terlibat guna membimbing, mendampingi, dan mendukung, serta mendoakan agar penulis dapat berproses dan menghayati seluruh pengalaman dan perjalanan hidup yang telah dilalui. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Bapak Gendon Barus, M.Si., selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan

Konseling.

3. Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Wakil Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling, sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi. 4. Segenap Bapak/Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling atas

bimbingan, pendampingan, dan perhatian selama penulis menempuh studi. 5. Bapak Moko selaku karyawan sekretariat Program Studi Bimbingan dan

Konseling yang telah memberikan pelayanan yang terbaik, selama penulis menempuh studi.

6. Bapak Aang Nasrudin, selaku ayah yang telah memberikan dukungan, doa, dan nasihat kepada penulis selama ini.

7. Ibu Betty Sukmawati, selaku ibu yang telah memberikan dukungan, doa, dan nasihat kepada penulis selama ini.

8. Anugerah Kristian Jian, selaku adik pertama yang telah menemani dan tinggal bersama dalam satu kontrakan, selama penulis menempuh studi.

9. Gracia Natalia Kristina, selaku adik kedua yang telah memberikan dan doa, serta menemani selama penulis menempuh studi.

10.Kakek dan nenek dari ayah dan ibu, yang telah memberikan semangat, motivasi, doa, dan nasihat pada waktu masih hidup, agar penulis menjadi


(13)

xi

pribadi yang taat, patuh, dan sayang terhadap orang tua, adik–adik, dan semua orang yang ada disekitarnya, serta menjadi pribadi yang takut akan Tuhan. 11.Semua sahabatku yang masih mengingatku, dan telah memberikan dukungan,

doa, saran, dan arahannya selama aku menyelesaikan skripsi ini.

12.Semua teman BK angkatan 2011, terimakasih atas kebersamaan kita selama proses perkuliahan.

13.Seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu dalam proses awal pembuatan hingga penyelesaian tugas akhir ini.


(14)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... ……. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN MOTTO...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...vi

PERSETUJUAN PUBLIKASI...vii

ABSTRAK...viii

ABSTRACT...ix

KATA PENGANTAR...x

DAFTAR ISI ...xii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Identifikasi Masalah ...6

C. Pembatasan Masalah...7

D. Rumusan Masalah...7

E. Tujuan Penelitian...8

F. Manfaat Penelitian...9

1. Manfaat Teoritis.………..……….9

2. Manfaat Praktis.………..………..9

G. Definisi Variabel...11

BAB II: LANDASAN TEORI A. Hakikat Guru Bimbingan dan Konseling...13

1. Pengertian Guru.………...…………...13

2. Pengertian Bimbingan dan Konseling.………....15

3. Pengertian Guru Bimbingan dan Konseling……..………...…..17


(15)

xiii

B. Hakikat Kompetensi Profesional………...………...21

1. Pengertian Kompetensi Profesional………..………..21

a. Pengertian Kompetensi…..………...21

b. Pengertian Profesional………...………...24

1) Pengertian Profesi………...24

2) Pengertian Profesional……..………...………...25

c. Pengertian Kompetensi Profesional……..………27

2. Aspek–Aspek Kompetensi Profesional Guru BK………...28

3. Indikator Upaya Guru BK dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional…....………...……..…...……...31

C. Permasalahan yang Dihadapi Guru BK…..………..33

D. Upaya Guru BK dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional di Lembaga Pendidikan………..………...34

1. Pengertian Upaya Peningkatan Kompetensi Profesional……..………..…………..34

2. Upaya–Upaya Guru BK Meningkatkan Kompetensi Profesional……..………...…………....….36

E. Profil Yayasan IPEKA………….………44

1. Profil Yayasan IPEKA……….………..44

2. Lokasi Yayasan IPEKA……….………46

3. Lembaga–Lembaga Pendidikan Yayasan IPEKA……….47

a. IPEKA Counseling Center………...48

b. IPEKA Learning and Development Center……….49

1) Modul Utama……….50

2) Modul Dasar dan Fungsional…….………50

4. Kegiatan Sosial Yayasan IPEKA…….………..55

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian………..56

B. Setting Penelitian………...……….………...57

C. Subjek Penelitian………...57


(16)

xiv

1. Wawancara………..58

2. Kuesioner………60

E. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner………...64

1. Validitas……..………64

2. Reliabilitas………...…...68

F. Teknik Analisis Data……..………...69

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengolahan Data Melalui Kuesioner...………...…………...73

1. Tingkat Upaya Guru BK Meningkatkan Kompetensi Profesional………...73

2. Analisis Aspek Upaya Guru BK….……...………..76

3. Identifikas Butir Item yang Masuk Kategori Rendah Sebagai Dasar Tindak Lanjut Upaya Guru BK Meningkatkan Kompetensi Profesional…….………..78

4. Permasalahan–Permasalahan Guru BK Yayasan IPEKA Meningkatkan Kompetensi Profesional…..……….81

B. Pembahasan………82

1. Tingkat Upaya Guru BK Meningkatkan Kompetensi Profesional di Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016……...………..……...82

2. Upaya Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta yang Paling Dominan dan yang Paling Jarang……….…………..………..………87

a. Upaya Guru BK yang Paling Dominan……....………...87

b. Upaya Guru BK yang Paling Jarang………..…………...93

3. Item–Item yang Masuk Kategori Rendah Sebagai Dasar Tindak Lanjut Upaya Guru BK Meningkatkan Kompetensi Profesional……..………...……..96

4. Permasalahan Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta Meningkatkan Kompetensi Profesional…….………....109


(17)

xv BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan…….……….112

1. Tingkat Upaya Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta

Meningkatkan Kompetensi Profesional….………....112

2. Upaya Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta yang Paling Dominan dan yang Paling Jarang…….………..113

a. Upaya Guru BK yang Paling Dominan…….………...…....113

b. Upaya Guru BK yang Paling Jarang…….…………..………...113

3. Item–Item yang Termasuk Kategori Rendah Sebagai Dasar Tindak Lanjut Upaya Guru BK Meningkatkan Kompetensi Profesional di Yayasan IPEKA Jakarta……….………....114

4. Permasalahan Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta Meningkatkan Kompetensi Profesional…….………....115

B. Saran……….………....115

1. Bagi Pemerintah…….………....115

2. Bagi Lembaga Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia…….………....116

3. Bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling…….………....116

4. Bagi Yayasan IPEKA………117

5. Bagi Kepala Sekolah.……….117

6. Bagi Guru.……….……….118

a. Guru Bidang Studi.………..118

b. Guru Bimbingan dan Konseling.………..119

7. Bagi Peneliti.………..119


(18)

xvi LAMPIRAN–LAMPIRAN

1. Lampiran 1: Tabel 16.

Pengolahan Data Hasil Wawancara Upaya Guru BK

dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Di Yayasan Ipeka Puri Indah, Jakarta Barat

Tahun Ajaran 2015/2016…….………...125 2. Lampiran 2: Tabel 5.

Kuesioner Upaya Guru BK

Meningkatkan Kompetensi Profesional…….………....135 3. Lampiran 2: Tabel 6.


(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembata-san masalah, rumupembata-san masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi ope-rasional variabel penelitian dan batasan–batasan istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Sepanjang sejarah pendidikan di Indonesia, tentu setiap orang mengenal sosok pendidik yang berjasa membangun, mendidik, mengayomi, melayani, dan membina generasi muda dalam mencapai pribadi yang baik, utuh, unggul, berkarakter, mandiri, dan berkualitas. Sosok pendidik hadir ketika masyarakat membutuhkan informasi penting di era globalisasi dan memodernisasi, se-hingga sosok pendidik diharapkan mampu mengembangkan keahliannya di bi-dang ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, sosok pendidik juga hadir ketika kehidupan masyarakat semakin majemuk dan penuh dengan keberaga-man suku, bahasa, ras, budaya, adat–istiadat, dan agama. Meskipun demikian, setiap orang tentu saja pernah menghina, membenci, merendahkan, meremeh-kan, dan bahkan ada juga beberapa pihak yang ingin mencelakakannya. Sosok pendidik yang dimaksud adalah Guru BK (Bimbingan dan Konseling), sosok pendidik yang dikenal peserta didik sebagai penolong kehidupan.

Kehadiran Guru BK sangat dibutuhkan oleh masyarakat ketika masalah kehidupan semakin kompleks, seperti kekerasan dalam rumah tangga, konflik antar suku, ras, dan agama, tawuran antar pelajar, seks bebas, narkoba, serta


(20)

terbatasnya lapangan pekerjaan. Kompleksitas masalah yang dialami masyara-kat, membuat Guru BK dituntut untuk memiliki kompetensi yang baik dalam mencapai tujuan profesional di dunia pendidikan. Kompetensi profesional Gu-ru BK sangat dibutuhkan dalam menangani berbagai permasalahan hidup yang ada disekitarnya, baik di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.

Beranjak dari pengalaman peneliti ketika mengikuti kegiatan PPL BK di SMP Negeri 15 Yogyakarta, peneliti menemukan beberapa kesulitan yang di-alami Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesional. Data yang diper-oleh peneliti setelah melakukan wawancara dan pengamatan secara langsung, ditemukanlah beberapa faktor yang menghambat Guru BK dalam meningkat-kan kompetensi profesional, diantaranya: 1) faktor usia; 2) faktor perekonomi-an; 3) faktor manajemen waktu; 4) faktor ilmu pengetahuan dan teknologi; dan 5) faktor penyesuaian diri terhadap kurikulum baru.

Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan 5 orang Guru BK di Yayasan IPEKA Puri Indah Jakarta Barat. Hasil wawancara ini berorientasi pa-da kemampuan pa-dan kedisiplinan setiap Guru BK. Orientasi masalah yang diha-dapi oleh Guru BK adalah sebagai berikut: 1) konflik dengan pimpinan yaya-san/sekolah, rekan guru mata pelajaran, rekan sesama Guru BK, maupun staff/ karyawan; 2) kebijakan pihak yayasan pusat yang dinilai tidak mendukung Guru BK dalam mengikuti berbagai kegiatan di luar IPEKA; 3) Guru BK mengalami kesulitan untuk mempelajari dan memahami filosofi, konsep dasar, tujuan, metode, teknik, dan praksis BK, serta tidak memiliki kemampuan da-lam hal manajemen kelas dengan baik, terkhususnya bagi Guru BK dari lulusan


(21)

S1/S2 Non BK; dan 4) Terjadi pro dan kontra antara Guru BK dengan pimpi-nan yayasan/sekolah, rekan guru mata pelajaran, rekan sesama Guru BK, dan staff/karyawan terkait dengan kinerja Guru BK dalam sistim pendidikan.

Terkait dengan permasalahan Guru BK di Yayasan IPEKA Puri Indah, Kepala SMA IPEKA Puri Indah mengungkapkan bahwa Guru BK perlu di-berikan pengarahan dan pemahaman tentang pentingnya mempelajari hal–hal yang berkaitan dengan bidangnya, seperti (1) bagaimana cara Guru BK komit-men dengan profesinya; (2) bagaimana cara Guru BK memahami dan melaksa-nakan kode etik profesinya; (3) bagaimana cara Guru BK bekerjasama dengan rekan sesama Guru BK, guru mata pelajaran, siswa, orang tua siswa, dan ma-syarakat; (4) bagaimana cara Guru BK membuat program pembelajaran atau layanan dengan baik dan tidak memihak; (5) bagaimana cara Guru BK membe-rikan layanan BK yang berasas-kan pada pendidikan ke–Tuhan–an Yang Maha Esa; (6) bagaimana cara Guru BK bersikap, bertindak, bertutur kata, berpikir, beradaptasi, berkarya, dan bereksperimen dalam berbagai hal; (7) bagaimana cara Guru BK menguasai, mengimplementasikan, dan merancang setiap pro-gram yang hendak dilaksanakan dalam bidang ke–BK–an; serta (8) bagaimana cara Guru BK mengaitkan bidangnya dengan kehidupan rohani.

Kedelapan hal ini merupakan tantangan bagi Guru BK dan juga bagi para guru mata pelajaran lainnya, agar setiap tenaga pendidikan perlu memperhati-kan hal–hal yang mengarah pada esensitas kinerja yang berdedikasi, bermutu, bermoral, berkarakter, dan ber-Tuhan. Hal ini dapat melengkapi makna kompe-tensi profesional dalam status setiap guru. Apabila seorang guru tidak memiliki


(22)

kelima esensitas tersebut dan tidak menyatukan makna kompetensi profesio-nalnya, maka akan menimbulkan keraguan, kesalahan, dan kegagalan, serta ke-ricuhan dalam kinerjanya di lembaga pendidikan.

Selain permasalahan–permasalahan yang telah dipaparkan di atas, pendidi-kan di Indonesia masih terbatas dengan jumlah sumber daya manusianya. Eddy Wibowo, Pengurus Besar Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (Kom-pas, 23 Januari 2013), menyebutkan bahwa jumlah Guru BK yang ada di Indo-nesia saat ini hanya mencapi 33.000 orang, artinya, perbandingan jumlah Guru BK dengan peserta didik belum mencapai 1:150, sehingga Guru BK perlu mengupayakan diri dalam meningkatkan kompetensinya sebagai tenaga ke– BK–an dan pendidik yang profesional.

Permasalahan–permasalahan yang dihadapi oleh Guru BK dapat disebab-kan juga oleh rendahnya hasil uji kompetensi guru. Muhammad Nuh (dalam Skripsi Pramesti Ayuningtyas, Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), meng-atakan bahwa nilai uji kompetensi yang diperoleh guru di Indonesia pada tahun 2012 di bawah rata–rata, yaitu 42,25. Artinya, nilai rata–rata uji kompetensi guru di Indonesia pada tahun 2012 masih rendah, dan hal tersebut dapat terjadi pada profesi Guru BK.

Hasil penilaian uji kompetensi guru yang diungkapkan oleh Muhammad Nuh (Ayuningtyas, 2012), dapat menurunkan semangat dan kinerja Guru BK dalam mengembangkan kompetensi profesional di sekolah. Berikut ini adalah penyebab–penyebab rendahnya kinerja Guru BK di Indonesia, yaitu:


(23)

1. Hasil PLPG Guru BK untuk jenjang SMP pada tahun 2010–2011 tingkat kelulusan Guru BK di Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yog-yakarta, masih di bawah 75%, sedangkan pada tahun 2011–2012 tingkat kelulusan Guru BK masih tidak memuaskan dan mengalami peningkatan sangat signifikan, yaitu 91,5%. (Ayuningtyas, 2012).

2. Hasil Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling wilayah Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, diketahui bahwa persentase Guru BK untuk jenjang SMP yang berpendidikan S1 non bimbingan dan konseling cukup tinggi, yaitu 25%. (Ayuningtyas, 2012)

3. Ilfiandra (2006), mengatakan bahwa hasil penelitian yang dilakukan di wi-layah Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, menunjukkan kinerja Guru BK masih tidak memuaskan. Persentase kinerja Guru BK yang dipandang tidak memuaskan masih cukup tinggi, yaitu 64,28%, sedangkan persentase kinerja Guru BK yang dipandang memuaskan hanya sekitar 35,71%. Be-rikut ini adalah urutan aspek yang dipandang tidak memuaskan, yaitu: a. Pengetahuan tentang keterampilan dalam memberikan layanan

bim-bingan dan konseling dengan persentase responden, yaitu 36,74%. b. Kepribadian Guru BK dengan persentase responden, yaitu 29,85%. c. Pengetahuan tentang layanan bimbingan dan konseling dengan

persen-tase responden, yaitu 21,28%. (Harjanti, 2010)

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk mengangkat tema penelitian, yaitu "Upaya–Upaya Guru Bimbingan dan Konseling Mening-katkan Kompetensi Profesional (Studi Deskriptif Analitis pada Guru–


(24)

Guru Bimbingan dan Konseling Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016)".

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah mengenai "Upaya–Upaya Guru Bimbingan dan Konseling Meningkatkan Kompetensi Profesional (Studi Deskriptif Analitis pada Guru–Guru Bimbingan dan Konseling Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016)", peneliti menemukan beberapa masalah yang teridentifikasi sebagai berikut:

1. Ada indikasi kompetensi profesional Guru BK masih sangat terbatas ka-rena kurang memahami landasan teori di bidang ke–BK–an, metode da-lam berpraktek konseling, asas–asas dalam memberikan layanan ke–BK– an yang sesuai dengan etika profesi BK, cara membuat media, cara mem-buat satuan layanan bimbingan, cara mengolah data, dan teknik–teknik dalam konseling.

2. Keterampilan Guru BK dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi masih sangat terbatas.

3. Keterbatasan jumlah tenaga guru yang berperan di bidang ke–BK–an, da-pat menjadi salah satu alasan pihak sekolah untuk menunjuk guru mata pelajaran sebagai Guru BK.

4. Ada indikasi Guru BK kurang mengikuti pelatihan dan pengembangan di bidang ke–BK–an yang diselenggarakan oleh lembaga–lembaga terkait, seperti perguruan tinggi, pemerintah, atau ABKIN.


(25)

5. Belum adanya penelitian yang menunjukkan hasil dari upaya Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya.

C. Pembatasan Masalah

Fokus kajian dari penelitian ini adalah menjawab permasalahan yang ter-identifikasi di atas terkait "Upaya–Upaya Guru Bimbingan dan Konseling Meningkatkan Kompetensi Profesional (Studi Deskriptif Analitis pada Guru–Guru Bimbingan dan Konseling Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016)".

D. Rumusan Masalah

Fokus dari penelitian ini adalah "Upaya–Upaya Guru Bimbingan dan Konseling Meningkatkan Kompetensi Profesional (Studi Deskriptif Ana-litis pada Guru–Guru Bimbingan dan Konseling Yayasan IPEKA Jakar-ta Tahun Ajaran 2015/2016)", sehingga rumusan masalah yang ingin diteliti oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana deskripsi tingkat upaya–upaya yang dilakukan oleh Guru BK Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016 dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya?

2. Aspek kompetensi profesional apa saja yang paling dominan ditingkatkan oleh Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016?


(26)

3. Butir instrumen mana saja yang teridentifikasi rendah sebagai dasar tindak lanjut program pelatihan pengembangan kompetensi profesional Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta?

4. Permasalahan–permasalahan apa saja yang dihadapi Guru BK Yayasan IPEKA Jakarta dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan tingkat upaya–upaya Guru BK Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016 dalam meningkatkan kompetensi profesional-nya.

2. Mengetahui aspek kompetensi profesional yang paling dominan diupaya-kan dan ditingkatdiupaya-kan oleh Guru BK Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Aja-ran 2015/2016.

3. Mengetahui butir–butir instrumen yang teridentifikasi rendah sebagai da-sar tindak lanjut program pelatihan dan pengembangan kompetensi profe-sional Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta.

4. Mengetahui permasalahan–permasalahan yang dihadapi oleh Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta dalam meningkatkan kompetensi profesional.


(27)

F. Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini. Manfaat pe-nelitian ini terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis yang memberikan penjelasan sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi perkem-bangan ilmu pengetahuan. Pembahasan dari penelitian ini terkait dengan berbagai upaya yang perlu ditempuh Guru BK dalam memperoleh kom-petensi profesionalnya di lembaga pendidikan, sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi cara pandang kepala sekolah, guru mata pelajaran, guru kelas, staff sekolah, dan peserta didik serta lembaga pendidikan dalam mendukung kinerjanya sebagai petugas layanan bimbingan.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Lembaga Penyelenggara Pendidikan Guru BK

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi lembaga pen-didikan Bimbingan dan Konseling Indonesia, terkhususnya bagi Pro-gram Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma. Pe-nelitian ini bertujuan agar lembaga pendidikan memberikan perhatian, motivasi, dan dukungan kepada setiap guru dan mahasiswa Bimbing-an dBimbing-an Konseling dalam meningkatkBimbing-an kompetensi profesional di lembaga pendidikan.


(28)

b. Bagi Pihak Sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat juga bagi pihak sekolah, terkhusus bagi kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah dan wakil dari penyelenggara pendidikan. Penelitian ini bertujuan agar ke-pala sekolah memberikan arahan, motivasi dan dukungan kepada Gu-ru BK dalam meningkatkan profesionalnya sebagai tenaga bimbingan di sekolah. Bentuk dukungan yang perlu dilakukan kepala sekolah a-dalah mengikutsertakan Guru BK dalam berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah, sehingga Guru BK memperoleh pengetahuan, keterampilan, kreativitas, dan keahlian baru yang dapat menunjang profesinya sebagai petugas layanan bim-bingan dan konseling.

c. Bagi Guru BK

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan motivasi bagi Guru BK agar terus meningkatkan kompetensi dengan mengembang-kan wawasan, keterampilan, dan pengetahuan yang lebih luas, sehing-ga Guru BK mampu menyesuaikan diri densehing-gan perkembansehing-gan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju.


(29)

d. Bagi Peneliti

Penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti dalam rangka untuk melatih diri menjadi seorang Guru BK yang profesional. Selain itu, peneliti dapat mengetahui langkah–langkah yang seharusnya dilaku-kan dalam mencapai gelar Guru BK yang profesional.

G. Definisi Variabel

Supaya tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran dari judul penelitian ini, maka peneliti perlu memberikan penegasan-penegasan melalui batasan istilah dalam judul "Upaya–Upaya Guru Bimbingan dan Konseling Meningkat-kan Kompetensi Profesional (Studi Deskriptif Analitis pada Guru–Guru Bimbingan dan Konseling di Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016)" adalah sebagai berikut:

1. Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling adalah upaya memberikan bantuan kepada kon-seli secara sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram, dan memfasilitasi konseli dengan berbagai aktivitas pengembangan diri yang sesuai prinsip, komponen, dan jenis layanan bimbingan dan kon-seling, sehingga konseli mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan memecahkan permasalahannya sendiri.


(30)

2. Guru BK

Guru BK adalah pendidik yang memiliki wewenang, keahlian, wawasan, pengetahuan, dan keterampilan dalam bidang ke–BK–an, serta memiliki kualifikasi akademik minimal Sarjana Pendidikan (S1) di bidang bim-bingan konseling, dan memiliki tanggung jawab serta kontribusi penting dalam mendukung keberhasilan peserta didik.

3. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam menguasai materi pembelajaran yang sesuai dengan konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, dan seni yang secara konseptual dapat menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan kelompok mata pelajaran yang akan diampunya, sehingga dapat memungkinkan guru da-pat memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan.

4. Upaya Peningkatan Kompetensi Profesional

Upaya peningkatan kompetensi profesional adalah upaya seorang tenaga profesional, terkhususnya Guru BK, dalam mentransformasi kemampuan diri di bidang kependidikan melalui penguasaan materi secara konseptual dan dapat menaungi, melengkapi, dan mempersatukan program–program kependidikan, sehingga dapat memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan.


(31)

13 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini memaparkan hakikat Guru Bimbingan dan Konseling, hakikat kom-petensi profesional, permasalahan yang dihadapi Guru BK, dan hakikat upaya gu-ru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya di lembaga pendidikan.

A. Hakikat Guru Bimbingan dan Konseling 1. Guru

Pada dasarnya, guru merupakan tenaga profesional yang mengabdi-kan dirinya di dunia pendidimengabdi-kan dengan tugas pokoknya sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing bagi peserta didik agar menjadi pribadi yang menanamkan nilai–nilai Pancasila. Dengan demikian, guru mempunyai kedudukan dan tanggung jawab dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu program pendidikan (dalam Rahman dan Amri: 2014: 18).

Selain itu, guru merupakan salah satu komponen dari perangkat sistim yang ada di sekolah, tenaga pendidik yang profesional, dan memiliki peran penting dalam pembentukan sumber daya manusia yang dianggap sangat potensial dalam membentuk dan membangun karakter, pola pikir, sikap, pola pandang, suara hati, dan komunikasi yang positif, sehingga guru perlu memiliki kemampuan untuk menempatkan diri yang berperan aktif sebagai tenaga yang profesional di bidang pendidikan (dalam Rahman dan Amri: 2014: 45). Mulyasa (2013: 5), berpandangan bahwa guru merupakan kom-ponen yang paling menentukan dalam sistim pendidikan secara


(32)

menyelu-ruh dan perlu mendapat perhatian sentral, pertama, dan utama, sehingga guru merupakan salah satu figur yang menjadi sorotan terkait masalah pendidikan. Guru mempunyai peran yang sangat strategis dalam mewujud-kan tujuan, cita–cita, dan harapan bangsa di bidang pendidikan, sehingga keahlian, keterampilan, dan kreativitas guru perlu dikembangkan dalam menghasilkan generasi yang cerdas, pandai, dan kreatif.

Sudarwan (2010: 17), memaparkan bahwa guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama, yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada jalur pendi-dikan formal. Undang–Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, menyebutkan bahwa kata guru dan pendidik adalah dua hal yang berbeda. Kata pendidik memiliki makna berbahasa Inggris, yaitu educator yang berarti educationist atau educationalist yang bermakna pendidik, spesialis di bidang pendidikan, atau ahli pendidikan. (Peraturan Pemerin-tah No. 74 Tahun 2008), menyebutkan bahwa guru dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu: (1) Guru itu sendiri yang dibagi menjadi guru kelas, guru bidang studi, dan guru bimbingan dan konseling, (2) Guru dalam jabatan sebagai kepala sekolah, (3) Guru dalam jabatan sebagai pengawas.

Hoetomo (2005: 175), mengatakan bahwa guru adalah seseorang yang bekerja sebagai pengajar, baik di sekolah maupun di perguruan tinggi, atau sekolah tinggi, dan/ atau universitas. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa guru adalah tenaga kependidikan yang me-miliki peran dan posisi sebagai pengajar, pendidik, pengarah, pelatih, dan


(33)

evaluator dalam membentuk dan membangun tugas perkembangan peserta didik, serta menanamkan nilai–nilai Pancasila kepada peserta didik sebagai pola dasar pembentukan dalam membangun karakter, pola pikir, sikap, po-la pandang, suara hati, dan komunikasi yang positif.

2. Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling memiliki pengertian yang luas. Winkel dan Hastuti (2010: 27), mengatakan bahwa istilah bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu "guidance and counse-ling". Namun demikian, ada beberapa pengertian yang perlu diketahui ter-lebih dahulu dari kata guidance dan counseling. Pertama, guidance (bim-bingan) memiliki pengertian sebagai usaha pemberian bantuan dalam ben-tuk perencanaan, pengetahuan, pengalaman, informasi, dan pelayanan ke-pada individu yang mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas per-kembangannya. Moegiadi (2010: 29), mengartikan bimbingan sebagai: (1) usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman, dan informasi tentang diri sendiri, (2) usaha memberikan bantuan kepada indi-vidu dalam menemukan, memahami, dan mengembangkan seluruh potensi yang ada di dalam dirinya secara efektif, (3) memberikan pelayanan ke-pada individu agar dapat menentukan pilihan, membuat perencanaan yang jelas, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Natawidjaja (2010: 29), mengartikan bimbingan sebagai proses pem-berian bantuan kepada individu secara berkesinambungan, agar individu dapat memahami dirinya sendiri, sehingga individu mampu mengarahkan


(34)

dirinya sendiri dan bertindak sewajarnya, sesuai dengan tuntutan dan ke-adaan keluarga serta masyarakat.

Kedua, Counseling (konseling), memiliki pengertian yang terkait dengan penyuluhan. Kata penyuluhan itu sendiri dianggap kurang sesuai, karena tidak selaras pengertian counseling. Smith (2010: 35), mengatakan bahwa konseling adalah suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh konselor (Guru BK) kepada konseli dalam membuat berbagai intepre-tasi. Hal–hal yang ingin diintepretasikan dalam proses konseling, yaitu tentang berbagai fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana, atau penyesuaian–penyesuaian yang perlu dilakukan.

Andi Mappiare (2010: 35), mengatakan bahwa konseling adalah se-rangkaian usaha yang dilakukan oleh konselor (Guru BK) dalam mem-bantu konseli secara tatap muka, dengan tujuan agar konseli dapat meng-ambil tanggung jawab pribadi dalam menghadapi berbagai permasalahan secara khusus. Prayitno dan Amti (Makmun, Psikologi Pendidikan, 2014: 8), mengatakan bahwa konseling adalah proses pemberian bantuan terha-dap konseli yang sedang mengalami permasalahan melalui wawancara. Palmer dan Mc Mahon (Makmun, 2014: 8), mengatakan bahwa konseling bukan hanya proses pembelajaran kepada konseli, melainkan merupakan suatu aktivitas yang memiliki makna sosial.

Secara yuridis, pengertian bimbingan dan konseling tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 111 Tahun 2014 tentang BK Pada Pendidikan Dasar dan Menengah, mengatakan bahwa bimbingan dan


(35)

konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang sesuai kebutuhan dan permasalahan konseli, dan mem-fasilitasi konseli dengan berbagai aktivitas pengembangan diri yang sesuai dengan prinsip, komponen, dan jenis bidang layanan bimbingan dan kon-seling.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang bimbingan dan konseling, dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling adalah upaya membe-rikan bantuan kepada peserta didik secara sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram, dan memfasilitasi peserta didik dengan berbagai aktivitas pengembangan diri yang sesuai prinsip, komponen, dan jenis layanan bimbingan dan konseling, sehingga peserta didik mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan memecahkan permasalahannya sendiri.

3. Guru Bimbingan dan Konseling

Guru BK memiliki kategori pengertian yang selaras dengan konselor pendidikan. Pengertian Guru BK, memiliki pemahaman bahwa profesi Gu-ru BK memiliki peran yang sangat penting di lembaga pendidikan. Secara Yuridis, Guru BK dikategorikan sebagai pendidik, seperti halnya yang ter-cantum dalam (Undang–Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6) tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi: pen-didik adalah ketenaga penpen-didikan yang memiliki kualifikasi sebagai guru, dosen, konselor atau Guru BK, pamong belajar, widyaiswara, tutor, dan


(36)

lain–lain dengan status profesi serta memiliki tugas utamanya dalam pro-ses pembelajaran di sekolah. Jadi, profesi Guru BK dianggap sebagai salah satu daftar pendidik yang ikut berkontribusi dalam keberhasilan peserta di-dik.

Pengertian Guru BK juga tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidi-kan Nasional Republik Indonesia No. 111 Tahun 2014, mengataPendidi-kan bahwa Guru BK adalah pendidik yang berkualifikasi akademik minimal Sarjana Pendidikan (S1) dalam bidang bimbingan dan konseling dan memiliki kompetensi di bidang bimbingan dan konseling. Makmun (2014: 12), mendefinisikan Guru BK sebagai pihak yang memiliki kewenangan dan keahlian dalam memberikan bantuan kepada konseli.

Hartono dan Soedarmadji (dalam Makmun, 2014: 13), mengatakan bahwa Guru BK sebagai pihak yang memiliki keahlian dalam bidang pe-layanan konseling dan dianggap sebagai tenaga yang profesional. Ber-dasarkan beberapa pengertian tentang Guru BK, dapat disimpulkan bahwa Guru BK adalah pendidik yang memiliki wewenang, keahlian, wawasan, pengetahuan, dan keterampilan dalam bidang ke–BK–an, serta memiliki kualifikasi akademik minimal Sarjana Pendidikan (S1) di bidang ke–BK– an, dan memiliki tanggung jawab serta kontribusi penting dalam men-dukung keberhasilan peserta didik.


(37)

4. Tugas Guru BK

Mengenai tugas–tugas Guru BK, telah tercantum pada (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 27 Tahun 2008) ten-tang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru BK yang menyatakan bahwa tugas Guru BK adalah untuk mendukung tugas per-kembangan pribadi, sosial, belajar, dan karier dari setiap siswa yang sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, dan kepribadian masing–masing. Konteks dari tugas guru BK, terdapat pada (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 111 Tahun 2014) tentang BK Pada Pendidikan Dasar dan Menengah, yang mengatakan bahwa tugas Guru BK adalah memberikan layanan bim-bingan dan konseling dengan tujuan membantu konseli mencapai perkem-bangan optimal dan kemandirian secara utuh dalam aspek pribadi, belajar, sosial, dan karier.

Djumhur dan Moh. Surya (dalam Rahman dan Amri: 2014: 116), ber-pendapat bahwa seorang Guru BK harus memiliki 5 peranan dalam men-jalankan tugas layanannya, yaitu:

a. Guru BK sebagai tokoh kunci dalam bimbingan karena memiliki relasi yang sangat baik dengan peserta didik, sehingga Guru BK memiliki kesempatan untuk "mempelajari", mencermati, mengamati, dan mem-perhatikan hal–hal yang berkaitan dengan kesehatan secara psikologis, tingkah laku, dan kegiatannya selama di sekolah.


(38)

b. Memahami peserta didik sebagai individu dengan mengetahui dan mengenal minat, kepribadian, kemampuan, sifat–sifat, kebutuhan, dan masalahnya.

c. Melakukan perbaikan tingkah laku peserta didik dengan mempelajari, mencermati, mengenal, dan memahami sebab–sebab timbulnya tingkah laku tertentu yang dapat menimbulkan sesuatu yang kurang baik, serta memperbaiki tingkah laku peserta didik yang kurang baik ke arah yang lebih baik.

d. Mengadakan pertemuan personal dengan peserta didik dalam menge-tahui kepribadiannya lebih dekat, sehingga Guru BK mampu memberi-kan bantuan yang memadai kepada peserta didik yang membutuhmemberi-kan. e. Mengadakan pertemuan dengan orang tua peserta didik dalam

menge-tahui lebih dalam tentang kepribadian, pola hidup, dan latar belakang keluarga peserta didik kesehariannya, sehingga dapat mempermudah Guru BK dalam mengajak orang tua untuk berkolaborasi mencari so-lusi dari permasalahan dan kebutuhan peserta didik.

Terkait dengan upaya Guru BK dalam meningkatkan kompetensi pro-fesionalnya, tugas Guru BK memiliki kinerja yang bersifat parsial dan se-tara dengan tugas guru bidang studi lainnya. Namun, konteks dari tugas Guru BK adalah memberikan layanan pendidikan formal melalui bim-bingan dan konseling, sehingga Guru BK sangat diharapkan mampu ber-kolaborasi dengan guru bidang studi dalam menangani permasalahan sis-wa.


(39)

B. Hakikat Kompetensi Profesional 1. Pengertian Kompetensi Profesional

a. Kompetensi

Pada dasarnya, kompetensi merupakan deskripsi tentang sesuatu yang dapat dilakukan oleh seseorang dalam bekerja, serta wujud peker-jaan yang dapat terlihat (Suyanto, 2013: 47). Selain itu, Rahman dan Amri (2014: 65), mendefinisikan kompetensi sebagai pengetahuan, ke-terampilan, dan nilai–nilai yang direfleksikan dalam bentuk kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi dapat diwujudkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perbuatan yang dilaksanakan secara pro-fesional dalam menjalankan tugas, kewajiban, dan tanggung jawab yang sesuai dengan profesinya.

Hoetomo (2005: 280), menyatakan bahwa kompetensi sebagai ben-tuk kewenangan atau kekuasaan dalam menenben-tukan suatu hal atau ke-putusan. Reber and Reber (2010: 181) menyatakan bahwa kompetensi berasal dari kata berbahasa Inggris, yaitu "competence" yang mengan-dung makna secara umum, yaitu kemampuan dalam mengerjakan tu-gas atau mencapai sesuatu.

Kompetensi sering disebut sebagai kemampuan seseorang dari segi daya fisik maupun pikiran. Namun demikian, dalam memahami makna dari pengertian kompetensi perlu mencakup berbagai aspek yang ter-kait dengan fisik, mental, dan spiritualitas. (Jejen, 2011: 27). Mulyasa (Jejen, 2011: 209–210), mengatakan bahwa kompetensi adalah


(40)

kesatu-an pengetahukesatu-an, keterampilkesatu-an, dkesatu-an sikap ykesatu-ang harus dikuasai oleh se-tiap guru, terkhususnya Guru BK, dalam menjalankan tugas, baik di dalam dan di luar kelas dengan memiliki 3 standar. Diantara lain se-bagai berikut:

1) Standar mental: guru harus memiliki mental yang sehat, mencintai, mengabdi, dan memiliki dedikasi yang tinggi pada pekerjaan, tu-gas, dan jabatannya.

2) Standar fisik: guru harus sehat jasmani, berbadan sehat, dan tidak memiliki penyakit menular yang membahayakan diri peserta didik dan lingkungannya.

3) Standar psikis: guru harus sehat rohani, artinya tidak mengalami gangguan pada kejiwaannya, dapat mengendalikan diri secara emosional, dan selalu mengandalkan Tuhan dalam pekerjaan dan hidupnya, sehingga dapat mendukung pelaksanaan tugas profesio-nalnya.

Finch dan Crunkilton (Mulyasa, 2014: 28) mengemukakan bahwa: "competencies are those tasks, skills, attitudes, values, and apprecia-tion that are deemed critical to successful employment." Makna dari kalimat yang dikemukakan oleh Finch dan Crunkilton, yaitu kompe-tensi terdiri atas tugas, keterampilan, sikap, nilai, dan apresiasi yang diungkapkan secara kritis untuk keberhasilan kerja. Secara yuridis, pengertian kompetensi terdapat pada (Undang–Undang Republik Indo-nesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 butir 10),


(41)

menjelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, kete-rampilan, dan perilaku yang perlu dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.

Departemen Pendidikan Nasional (2004) (dalam Skripsi Mugi Les-tari, Universitas Negeri Semarang), menjelaskan bahwa kompetensi bersifat personal, kompleks, dan merupakan satu kesatuan yang utuh yang menggambarkan potensi, pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang dimiliki oleh seseorang yang terkait dengan profesi tertentu, berkenaan dengan bagian–bagian yang dapat diaktualisasikan atau di-wujudkan, dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk menjalankan pro-fesi tersebut. Secara garis besar, pengertian kompetensi adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dilandasi oleh cara berpikir, berperilaku, dan ber-tindak dalam mengambil keputusan dengan penuh tanggung jawab, se-hingga dalam pengerjaan dan penyelesaian tugas atau pekerjaan mem-butuhkan suatu keterampilan, keahlian, kecakapan, pengetahuan, kete-litian, kemahiran, dan kedisiplinan yang berlangsung dalam jangka waktu yang relatif lama.


(42)

b. Profesional 1) Profesi

Reber and Reber (2010: 752), mengatakan bahwa profesi me-rupakan istilah yang cenderung memiliki kode etik sebagai bentuk dari pengendalian terhadap perilaku yang berdasarkan pada keahli-an dkeahli-an keterampilkeahli-an ykeahli-ang dimiliki oleh individu. Cully (Mulyasa, 2013: 25) mengartikan profesi sebagai: a vocation in which pro-fessionnal knowledge of some department a learning science is used in it's application to the other or in the practice of an art found it. Pernyataan ini mengandung makna bahwa suatu pekerja-an profesional menggunakpekerja-an teknik dpekerja-an prosedur ypekerja-ang bertumpu pada landasan intelektual, yang secara sengaja harus dipelajari dan secara langsung dapat diabadikan dan dibagikan kepada masyara-kat.

Rahman dan Amri (2014: 63) mengatakan bahwa profesi ada-lah suatu pekerjaan yang membutuhkan pendidikan lanjut, kete-rampilan, keahlian, komitmen pada profesi, tingkat pendidikan yang memadai, keselarasan dengan dinamika kehidupan, dan dedi-kasi yang tinggi. Howard, dkk (Sudarwan, 2010: 56) mengatakan bahwa profesi adalah sebuah jabatan yang membutuhkan kemam-puan intelektual khusus, yang diperoleh melalui kegiatan belajar dan pelatihan yang bertujuan untuk menguasai keterampilan atau


(43)

keahlian dalam melayani atau memberikan advis pada orang lain, dengan memperoleh gaji dalam jumlah tertentu.

Prayitno (2004: 338) menjelaskan bahwa profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari para petugas-nya. Artinya, pekerjaan yang disebut profesi itu tidak dapat di-lakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan. Hakikat pro-fesi adalah tanggapan bijaksana, layanan, dan pengabdian yang tandai oleh keahlian, teknik, dan prosedur yang matang yang di-sejajarkan dengan sikap dan kepribadian tertentu.

Pada hakikatnya, profesi merupakan suatu ikatan janji terbuka terhadap suatu pekerjaan, lembaga, atau organisasi tertentu, se-hingga individu merasa terpanggil di dalamnya. Secara garis besar, profesi adalah suatu pekerjaan yang memiliki lembaga, asosiasi, sertifikasi, kode etik, teknik, dan prosedur sebagai bentuk pengen-dalian terhadap perilaku, tanggapan bijaksana, layanan, dan peng-abdian dalam mengembangkan keahlian dan keterampilan individu melalui proses pendidikan.

2) Profesional

Makna profesional, mengacu pada seseorang yang memiliki ja-batan, gelar profesi dan mendapatkan pengakuan dari berbagai pi-hak, baik secara formal, yaitu pemerintah dan organisasi profesi, maupun secara informal, yaitu masyarakat dan para pengguna jasa


(44)

suatu profesi. Kata profesional berasal dari kata berbahasa Inggris, yaitu professionnal yang berarti orang yang memiliki keahlian (da-lam Rudi dan Antoni, 2005: 352).

Prayitno (2004: 338) menjelaskan bahwa profesional menunjuk pada dua hal, yaitu (1) orang yang menyandang profesi, seperti sebutan bagi seorang profesional; dan (2) penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. Na-mun demikian, istilah profesional sering dipertentangkan dengan istilah non–profesional atau amatiran.

Sedangkan dalam Undang–Undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 butir 4 yang menga-takan bahwa: profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang di-lakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidu-pan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakakehidu-pan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Secara garis besar, profesional adalah kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang yang telah terlatih, memiliki jabatan, dan memenuhi standar mutu, serta mendapatkan pengakuan dari pihak lain, sehingga hasil yang diperoleh menjadi sumber penghasilan hidup.


(45)

c. Kompetensi Profesional

Mulyasa (2013: 10), menyatakan bahwa kompetensi profesional di-nilai sebagai kemahiran dalam merancang, melaksanakan, dan medi-nilai tugas sebagai guru yang meliputi penguasaan IPTEK (Ilmu Pengetahu-an dPengetahu-an Teknologi). PengertiPengetahu-an kompetensi profesional juga tercPengetahu-antum dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir c, yaitu kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan mem-bimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang telah dite-tapkan (dalam Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, 2013: 135).

Dalam (Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 Pasal 3 butir 7 tentang Guru), menyebutkan bahwa kompetensi profesional merupa-kan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya yang mencakup penguasaan: (1) materi pembelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan stan-dar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan kelompok mata pelajaran yang akan diampunya, (2) konsep dan metode disiplin ke-ilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual me-naungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelaja-ran, dan kelompok mata pelajaran yang akan diampunya.

Suyanto (2013: 51), mengatakan bahwa kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam


(46)

yang harus dikuasai guru yang mencakup, penguasaan materi kuriku-lum mata pelajaran dan substansi keilmuannya, serta penguasaan ter-hadap struktur dan metodologi keilmuannya. Secara garis besar, kom-petensi profesional adalah kemampuan guru dalam menguasai materi pembelajaran yang sesuai dengan konsep dan metode disiplin keilmu-an, teknologi, dan seni yang secara konseptual dapat menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan ke-lompok mata pelajaran yang akan diampunya, sehingga dapat me-mungkinkan guru dapat memenuhi standar kompetensi yang telah di-tetapkan.

2. Aspek –Aspek Kompetensi Profesional Guru BK

Dalam meningkatkan kompetensi profesional Guru BK, diperlukan adanya aspek-aspek yang mendukung agar Guru BK dapat bekerja secara profesional. Prayitno (dalam tri darma profesi konselor) (2004: 350), ter-dapat 3 aspek yang perlu dimiliki oleh Guru BK yang profesional adalah sebagai berikut:

a. Pengembangan ilmu, yaitu Guru BK harus memiliki dasar keilmuan yang mengarah pada wawasan yang luas, pengetahuan, keterampilan, menjunjung nilai–nilai, dan sikap.

b. Pengembangan pelayanan, yaitu Guru BK harus memiliki komponen substansi profesi yang mengarah pada proses pembelajaran dalam bidang pengembangan diri melalui pelayanan konseling.


(47)

c. Penegakkan kode etik profesional, yaitu Guru BK harus mempunyai komponen praktik profesi yang mengarah pada kemampuan Guru BK dalam mematuhi, menaati, dan melaksanakan kode etik profesional pada saat menyelenggarakan proses pembelajaran dan pengembangan diri melalui proses pelayanan konseling.

Adams dan Decey (2009: 9), mengatakan bahwa ada beberapa pe-ranan dan kompetensi penting yang perlu diperhatikan Guru BK dalam proses layanan ke–BK–an yang mengarah pada profesional seorang Guru BK adalah sebagai berikut:

a. Guru BK sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar yang hendak-nya menguasai metode, teknik, teori, teknologi, dan struktur yang se-suai dengan kaidah–kaidah dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling.

b. Guru BK sebagai mediator, fasilitator, motivator, dan tutor yang hen-daknya menguasai pengetahuan dan pemahaman yang komunikatif serta relevan dengan kehidupan pada umumnya, sehingga konselor dituntut untuk meningkatkan berbagai kompetensi dan keahlian yang dibutuhkan dalam menghadapi segala bentuk permasalahan yang ada dan memiliki pengalaman dalam menemukan solusi yang terbaik dan tepat dari permasalahan tersebut.

c. Guru BK sebagai pengelola kelas yang hendaknya menguasai kelas dalam memberikan suasana belajar yang kondusif dan efektif serta


(48)

nyaman agar tujuan layanan ke–BK–an dapat tercapai dan sesuai dengan harapan.

d. Guru BK sebagai evaluator yang mampu mengadakan evaluasi dari kegiatan layanan ke–BK–an secara keseluruhan selama beberapa pe-riode tertentu agar dapat diketahui hal–hal apa saja yang sudah dapat atau tidak dapat dicapainya dalam proses layanan ke–BK–an, se-hingga dalam jangka waktu tertentu dapat dilakukan perbaikan. Secara yuridis, aspek-aspek yang perlu dimiliki oleh Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya di sekolah, terdapat pada Peratu-ran Pemerintah No. 19 Tahun 2005 dan PeratuPeratu-ran Menteri Pendidikan Na-sional Republik Indonesia No. 27 Tahun 2008 (dalam skripsi Restu Setyo-ningtyas, Universitas Negeri Semarang dan Handout), mencantumkan 7 (tujuh) kompetensi profesional yang perlu dimiliki oleh Guru BK. Diantara lain sebagai berikut:

a. Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli.

b. Menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling. c. Merancang program bimbingan dan konseling.

d. Mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang kom-prehensif.

e. Menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling. f. Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional.


(49)

g. Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam bimbingan dan kon-seling.

3. Indikator Upaya Guru BK dalam Meningkatkan Kompetensi Pro-fesional

Peningkatan kompetensi profesional dapat dicapai oleh Guru BK me-lalui upaya yang dilakukan. Berikut ini adalah indikator–indikator upaya Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya, yaitu:

a. Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, ke-butuhan, dan masalah siswa

1) Menguasai konsep dan praksis asesmen dengan belajar mandiri. 2) Menguasai konsep dan praksis asesmen dengan belajar dari pihak

lain.

3) Menguasai konsep dan praksis asesmen dengan mencari sumber buku yang relevan.

b. Menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling. 1) Menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling

dengan belajar mandiri.

2) Menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling dengan belajar dari pihak lain.

3) Menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling dengan mencari sumber buku yang relevan.


(50)

c. Merancang program bimbingan dan konseling.

1) Belajar merancang program bimbingan dan konseling secara man-diri.

2) Belajar merancang program bimbingan dan konseling dari pihak lain.

d. Mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang kom-prehensif.

1) Belajar mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif secara mandiri.

2) Belajar mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif dari pihak lain.

e. Menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling.

1) Menyadari adanya proses dan hasil kegiatan bimbingan dan kon-seling yang kurang efektif.

2) Mengadakan tindak lanjut terhadap proses dan hasil kegiatan bim-bingan dan konseling yang kurang efektif.

f. Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional. 1) Aktif dalam organisasi ke–BK–an dan non ke–BK–an. 2) Aktif dalam mengadakan penelitian BK.

3) Aktif dalam seminar ke–BK–an dan non ke–BK–an. 4) Aktif dalam kegiatan MGBK.


(51)

g. Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam bimbingan dan kon-seling.

1) Menguasai konsep dan praksis penelitian BK dengan belajar man-diri.

2) Menguasai konsep dan praksis penelitian BK dengan belajar dari pihak lain.

C. Permasalahan yang Dihadapi Guru BK

Permasalahan Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesional di dunia pendidikan, seringkali diidentikan dengan permasalahan pengembangan diri dan kompetensi Guru BK dalam memahami landasan teori bimbingan dan konseling. Namun, ada berbagai permasalahan Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya. Mulyasa (2013: 10), menyebutkan 4 permasala-han yang sedang dihadapi oleh Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya, yaitu:

a. Masih terdapat banyak guru, termasuk Guru BK yang tidak menekuni profesinya secara utuh,

b. Belum adanya standar profesional guru, termasuk Guru BK, sebagaimana tuntutan di negara–negara maju,

c. Ada kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi yang men-cetak guru asal jadi, atau setengah jadi, tanpa memperhitungkan output di lapangan, sehingga menyebabkan banyak guru, termasuk Guru BK yang tidak patuh terhadap etika profesinya, dan


(52)

d. Kurangnya motivasi guru, termasuk Guru BK, dalam meningkatkan kuali-tas diri karena guru (Guru BK) tidak dituntut untuk mengadakan

peneliti-an, sebagaimana yang telah diberlakukan pada dosen di perguruan tinggi. Selain itu, permasalahan Guru BK dalam meningkatkan kompetensi

profe-sionalnya dapat disebabkan oleh beberapa hal. Diantara lain: 1) kurangnya sa-rana dan prasasa-rana belajar, 2) kurangnya keahlian, kedisiplinan, motivasi, dan kemauan bekerja dalam tim dengan rekan sesama guru, 3) rendahnya kesejah-teraan guru, 4) masih rendahnya kualitas, kualifikasi, kompetensi guru, dan 5) rendahnya motivasi guru dalam meraih pendidikan yang lebih tinggi. (Jejen, 2011: 4–6).

D. Upaya Guru BK dalam Meningkatkan Kompetensi Profesionalnya Di Lembaga Pendidikan

1. Pengertian Upaya Peningkatan Kompetensi Profesional

Upaya peningkatan dapat diartikan sebagai usaha untuk meningkatkan perihal tertentu yang hendak ingin dicapai. Kata upaya dapat diartikan se-bagai usaha. Usaha itu sendiri memiliki pengertian suatu kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai suatu maksud, pekerjaan yang dapat menghasilkan sesuatu, dan perbuatan (Hoetomo, 2005: 580). Reber dan Reber (2010: 303), mengartikan upaya sebagai tin-dakan yang dilakukan secara sukarela atau atas inisiatif sendiri.

Kata peningkatan berasal dari suku kata "tingkat" yang diartikan seba-gai tinggi rendahnya suatu martabat, kedudukan, jabatan, kemajuan, taraf,


(53)

dan kelas (Hoetomo, 2005: 543). Reber dan Reber (2010: 528), kata ting-kat berasal dari bahasa inggris, yaitu level, yang artinya sebuah penguku-ran suatu performa. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2009: 615), memiliki dua pengertian peningkatan, yaitu 1) kenaikan, promosi; dan 2) eskalasi, pengembangan, serta penambahan. Salim dan Salim (1991: 1620 dan 2010: 737), kata peningkatan berasal dari bahasa Inggris, yaitu improvement yang artinya proses, cara, dan perbuatan untuk mening-katkan perihal tertentu.

Wardiman (Suyanto, 2013: 28), mengatakan bahwa upaya profesional adalah upaya guru untuk mentransformasikan kemampuan profesional yang dimilikinya dalam bentuk tindakan nyata dalam mendidik dan meng-ajar. Apabila dari beberapa pengertian di atas dikaitkan dengan upaya pe-ningkatan kompetensi profesional, maka dapat disimpulkan bahwa upaya peningkatan kompetensi profesional adalah upaya seorang tenaga profe-sional, terkhususnya Guru BK, dalam mentransformasi kemampuan diri di bidang kependidikan melalui penguasaan materi secara konseptual dan dapat menaungi, melengkapi, dan mempersatukan program–program ke-pendidikan, sehingga dapat memenuhi standar kompetensi yang telah di-tetapkan.


(54)

2. Upaya-Upaya Guru BK dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru BK dapat mengupayakan diri meningkatkan kompetensi profe-sionalnya dengan mengikuti serangkaian program pendidikan dan pelati-han. Pelatihan dan pendidikan Guru BK merupakan kegiatan terstruktur, terorganisir, dan terencana yang dirancang oleh pemerintah dan ABKIN untuk membantu Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesional-nya di sekolah. Program PPG–BK dapat membuka peluang bagi Guru BK dalam menunjukkan kinerjanya sebagai tenaga profesional.

Secara Yuridis, upaya–upaya yang dapat dilakukan oleh Guru BK da-lam meningkatkan kompetensi profesionalnya, tercantum dada-lam Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru BAB II Pasal 2, menyatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk me-wujudkan tujuan pendidikan nasional. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 62 Tahun 2013 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan dalam Rangka Penataan dan Pemerataan Guru BAB I Pasal I butir 4, menyatakan bahwa pendidikan dan pelatihan profesi guru adalah proses pelatihan guru bagi guru dalam jabatan untuk memperoleh sertifikat nasional sesuai dengan tugas atau yang diampu sebagai guru ma-ta pelajaran ama-tau guru kelas. Jadi, dengan kama-ta lain, Guru BK dapat meng-upayakan dirinya dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya dengan mengikuti berbagai program penyelenggaraan pendidikan, yaitu sertifikasi, uji kesetaraan guru, pendidikan, dan pelatihan.


(55)

Sesuai dengan kebijakan pemerintah, maka guru (terkhususnya Guru BK) berhak mengembangkan diri melalui pembinaan dan memiliki kesem-patan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan yang ada di sekolah. Penegasan tersebut terdapat dalam (Undang–Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional Pasal 40), menyatakan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh: 1) pembi-naan karier yang sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas; 2) ke-sempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas. (Jejen, 2011: 10).

Penjelasan di atas, dapat memperkuat data yang diperoleh melalui ha-sil wawancara. Data yang diperoleh dari haha-sil wawancara, ditemukanlah beberapa hal yang menjadi upaya yang dilakukan oleh Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya di sekolah. Diantara lain sebagai berikut:

a. Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Guru Bimbingan dan Kon-seling

Mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Guru Bimbingan dan Konse-ling (PPG–BK) adalah hal yang penting bagi Guru BK. Pendidikan dan pelatihan bimbingan dan konseling memiliki tujuan, yaitu agar setiap Guru BK dapat memperoleh keahlian dan keterampilan dalam bidang ke–BK–an, sehingga kegiatan tersebut dapat memberikan harapan,


(56)

mo-tivasi, dan cita–cita bagi Guru BK dalam menjalankan tugasnya di se-kolah.

b. Mengikuti Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling

Mengikuti Musyawarah Guru BK (MGBK) merupakan salah satu kegiatan yang perlu diikuti oleh setiap Guru BK. Kegiatan MGBK me-miliki tujuan, yaitu membahas, mengevaluasi, dan memperbaiki ber-bagai pengalaman buruk dari setiap pribadi Guru BK di berber-bagai seko-lah atau perguruan tinggi yang terkait dengan permasaseko-lahan, proses la-yanan, keterlaksanaan program BK, relasi dengan lembaga sekolah, lasi dengan lembaga lainnya, relasi dengan orang tua peserta didik, re-lasi dengan rekan guru, dan rere-lasi dengan masyarakat yang perlu dike-tahui dan diselesaikan secara saksama.

c. Mengikuti Seminar atau Workshop Bimbingan dan Konseling Mengikuti seminar atau workshop bimbingan dan konseling, meru-pakan salah satu upaya Guru BK dalam meningkatkan kompetensi pro-fesional di lembaga pendidikan. Kegiatan tersebut bertujuan agar Guru BK memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan, baik secara non ke–BK–an maupun ke–BK–an, sehingga kegiatan tersebut menjadi be-kal tambahan bagi Guru BK dalam menghadapi tantangan hidup di ma-sa yang akan datang.


(57)

d. Mengadakan Penelitian

Mengadakan penelitian, merupakan salah satu bentuk kegiatan yang berguna bagi Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profe-sionalnya di lembaga pendidikan. Kegiatan memiliki tujuan, yaitu agar Guru BK memperoleh wawasan dan pengetahuan yang lebih luas, se-hingga Guru BK diharapkan mampu melaksanakan penelitian tersebut sebagai salah satu kualifikasi memperoleh sertifikasi Guru BK profe-sional. Santrock (2009: 19), mengatakan bahwa kegiatan penelitian sangat penting dilaksanakan dalam mendapatkan wawasan, pengetahu-an dpengetahu-an keterampilpengetahu-an ypengetahu-ang lebih luas, sehingga hasil ypengetahu-ang diperoleh da-pat bermanfaat dan memberikan pemahaman yang baru bagi pendidi-kan di masa depan.

e. Membuat buku

Membuat buku adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesional di lembaga pendidi-kan. Hal ini berkaitan dengan pelaksanaan berbagai penelitian di la-pangan, sehingga hasil penelitiannya tersebut dapat dibukukan. Hal ini dapat menginspirasi bagi seluruh Guru BK, sehingga Guru BK dapat menciptakan mahakarya dan pengetahuan baru di bidang ke–BK–an.


(58)

f. Belajar mengembangkan diri secara pribadi dan mandiri

Mengembangkan diri secara pribadi dan mandiri merupakan salah satu upaya yang ditempuh Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya. Jody Capehart (2012: 67) mengatakan: "mengembang-kan diri, merupa"mengembang-kan suatu kekuatan dalam membangun sebuah jemba-tan dalam memaksimalkan satu pengalaman belajar bagi semua jenis pembelajaran". Jadi, pengembangan diri tidak hanya berasal dari infor-masi yang diperoleh dari orang lain, tetapi juga dari proses pribadi yang terus menerus belajar menjadi diri sendiri dengan penuh peneri-maan.

Terkadang, terdapat banyak paradigma yang salah tentang jati diri, sehingga banyak orang yang terperangkap pada paradigma yang ne-gatif, apabila dikaitkan dengan kompetensi profesional Guru BK, dapat dibentuk ke dalam beberapa pertanyaan antara lain: "Apa yang harus dibangun terlebih dahulu? Bagaimana cara membangun dan mengga-painya?". Menjadi seorang Guru BK yang profesional, membutuhkan fondasi sebagai dasar tiang pertama mengenali diri sendiri dan orang lain. Mengenali diri sendiri dan orang lain adalah awal membangun jembatan. Lalu, hal–hal apa saja yang perlu disiapkan untuk mem-bangun jembatan menjadi seorang guru BK profesional? Berikut ini adalah 6 hal yang perlu diperhatikan dan dimiliki oleh Guru BK mem-bangun sebuah jembatan yang utuh dalam mencapai profesionalnya di bidang layanan bimbingan, yaitu:(Jody Capehart, 2012: 71–72)


(59)

1) Kesadaran akan kebutuhan

Dalam mencapai suatu gelar Guru BK yang profesional, upaya–upaya yang dapat ditempuh Guru BK adalah mengetahui dan menyadari berbagai kebutuhan yang ingin dicapai dan diperlu-kan oleh Guru BK. Dengan menelaah kebutuhan pribadi, Guru BK dapat menemukan ide–ide, inovasi, dan pemahaman baru tentang gaya belajar dan mengajar yang berdaya guna dan bermakna.

2) Kesediaan untuk mengubah strategi dari gaya pribadi menjadi gaya murid

Dalam mencapai gelar profesional sebagai petugas layanan bimbingan dan konseling, Guru BK perlu menyediakan diri untuk mengubah strategi gaya pribadi menjadi gaya seorang murid dan mengenali cara orang lain menumbuhkan gaya belajarnya. Dari strategi tersebut, Guru BK dapat beradaptasi dengan dirinya sen-diri. Hal tersebut merupakan proses pembelajaran dan pengenalan terhadap kepribadian Guru BK itu sendiri secara utuh dan tepat.

3) Mobilisasi akan kekuatan pribadi

Dalam mencapai gelar profesional sebagai petugas layanan bimbingan dan konseling, Guru BK harus memobilisasi dirinya sendiri. Tujuannya untuk mengukur tinggi atau rendahnya kekuatan yang dimiliki dalam mencari berbagai keahlian dan keterampilan


(60)

baru, sehingga perlu adanya motivasi dan dukungan bagi Guru BK untuk lebih maju dan kritis dalam menentukan arah dan tujuannya dengan tepat. Dalam mengukur kekuatan pribadi, Guru BK perlu mengembangkan diri dalam menanamkan suara hati dan tanggung jawab secara realistik dan mandiri.

Suara hati terkait dengan perasaan yang mengarah pada cara Guru BK mengelolanya. Suara hati dapat dikembangkan, apabila Guru BK melakukan segala tugasnya dengan kesungguhan hati dan penuh tanggung jawab, sehingga kharisma Guru BK dapat terukur dan teruji.

4) Usaha untuk mempelajari strategi baru

Dalam mencapai gelar profesional sebagai petugas layanan bimbingan dan konseling, Guru BK perlu memiliki kompetensi da-lam mempelajari strategi baru dada-lam menangani suatu permasala-han yang ada disekitarnya. Strategi ini mengarah pada kemampuan Guru BK dalam mencari suatu solusi yang tepat, agar setiap perma-salahan dapat diselesaikan dengan baik.

5) Mengapresiasi adanya perbedaan

Dalam mencapai gelar profesional sebagai petugas layanan bimbingan dan konseling, Guru BK perlu mengembangkan sikap toleransi terhadap perbedaan yang ada dalam kehidupan


(61)

masyara-kat. Sikap toleransi merupakan bentuk apresiasi dan penghargaan Guru BK terhadap perbedaan yang dimiliki oleh orang lain. Sikap tersebut dapat mencerminkan citra diri yang menghargai karya Tu-han, sehingga Guru BK mampu menyesuaikan dirinya di tengah masyarakat yang majemuk.

6) Tekad mengajar untuk mencapai tujuan

Tekad mengajar untuk mencapai tujuan adalah salah satu yang perlu diupayakan oleh Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesional. Namun, hal ini perlu dipahami, diukur, dan dianalisis dalam mengetahui tinggi–rendahnya tekad yang dimiliki oleh Guru BK secara pribadi dalam kegiatan belajar–mengajar. Kathleen But-ler (dalam Jody Capehart, 2012: 73), mengatakan bahwa mengukur tekad seseorang sangat baik digunakan dalam memastikan apakah tekad yang dimiliki dapat memperkuat atau melemahkan pemaha-man baru yang ada disekitarnya.

Pengukuran tekad Guru BK dalam kegiatan belajar–mengajar dapat dilakukan oleh Guru BK bersangkutan. Hal ini perlu dilaku-kan oleh Guru BK bersangkutan agar dapat mengetahui tinggi– rendahnya tekad yang dimilikinya sendiri dalam kegiatan belajar– mengajar, sehingga tekad yang dimiliki oleh Guru BK dapat mem-bangun jembatan penghubung di dalam dirinya. Apabila Guru BK mampu membangun jembatan penghubung di dalam dirinya, maka


(62)

hal ini dapat mengantarkannya pada suatu pencapaian tugas, yakni memiliki kompetensi profesional yang baik sebagai petugas yang memberikan layanan di bidang bimbingan dan konseling.

E. Profil Yayasan IPEKA

1. Profil Awal Berdiri Yayasan IPEKA

Yayasan IPEKA merupakan salah satu yayasan Kristen terbesar di In-donesia. IPEKA merupakan singkatan dari Ayat Alkitab, yaitu Iman, Pengharapan, dan Kasih yang terambil dari 1 Korintus 13: 13. Yayasan ini didirikan pada 16 Juli 1979. Yayasan ini didirikan atas dasar kepriha-tinan seorang hamba Tuhan dari Gereja Kristus Yesus (GKY) melihat keluarga Kristen yang sulit mendapatkan sekolah yang berkualitas bagi anak–anak mereka, sehingga beliau sangat menggumulkan hal tersebut kepada Tuhan untuk membukakan visi mendirikan sekolah Kristen.

Yayasan IPEKA berdiri dengan menerapkan filosofi kekristenan dalam membangun pendidikan. Filosofi pendidikan Kristen yang diterapkan oleh yayasan IPEKA memiliki tujuan, yaitu:

a. Memfasilitasi pemulihan gambar Allah dalam diri anak–anak. b. Membekali mereka dengan pengetahuan dan keterampilan.

c. Menjadi manusia sejati yang dapat mewujudkan rancangan indah yang Tuhan persiapkan bagi diri mereka. (Profesor Stephen Perks) Perwujudan dari ketiga tujuan filosofi pendidikan tersebut, Yayasan IPEKA menginvestasikan segala sumber daya untuk mengembangkan


(1)

Saya kurang berminat mengikuti kegiatan organisasi BK dan non-BK.

Tidak Pernah Sangat Sering

10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

Saya giat meneliti tentang ke–BK–an.

Tidak Pernah Sangat Sering

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Saya mengabaikan penelitian tentang ke–BK–an.

Tidak Pernah Sangat Sering

10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

Saya antusias mengikuti setiap kesempatan seminar ke–BK–an dan non ke–BK–an.

Tidak Pernah Sangat Sering

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Saya melalukan setiap kesempatan seminar ke–BK–an dan non ke– BK–an.

Tidak Pernah Sangat Sering

10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 27.

26.

28.

29.


(2)

Saya melibatkan diri dalam kegiatan MGBK.

Tidak Pernah Sangat Sering

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Saya menghindari pertemuan MGBK.

Tidak Pernah Sangat Sering

10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

Saya mengikuti PPG–BK.

Tidak Pernah Sangat Sering

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Saya tidak mengikuti kegiatan PPG–BK.

Tidak Pernah Sangat Sering

10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

Saya melakukan pendalaman secara mandiri tentang konsep dan praksis penelitian dalam BK.

Tidak Pernah Sangat Sering

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 31.

32.

33.

34.


(3)

Saya kurang berminat mendalami konsep dan praksis penelitian dalam BK secara mandiri.

Tidak Pernah Sangat Sering

10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

Saya memberdayakan Guru BK dari sekolah lain sebagai nara sumber untuk meningkatkan penguasaan konsep dan praksis penelitian BK.

Tidak Pernah Sangat Sering

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Saya kurang memanfaatkan Guru BK dari sekolah lain sebagai sumber belajar dalam menguasai konsep dan praksis penelitian BK.

Tidak Pernah Sangat Sering

10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

Saya menggali konsep dan praksis penelitian BK melalui buku–buku literatur yang relevan.

Tidak Pernah Sangat Sering

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Saya menyingkirkan buku–buku literatur yang berkaitan dengan penguasaan konsep dan praksis penelitian dalam BK.

Tidak Pernah Sangat Sering

10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 36.

37.

39. 38.


(4)

LAMPIRAN 3 Tabel 6

Valid dan Tidak Valid Pengolahan Data Kuesioner No. Item Corrected

Item-Total Correlation

Valid/tidak

Valid Keterangan

VAR00001 0.417 Valid Di atas 0,30

VAR00002 0.08 Tidak Valid Di bawah 0,30

VAR00003 0.647 Valid Di atas 0,30

VAR00004 0.434 Valid Di atas 0,30

VAR00005 0.398 Valid Di atas 0,30

VAR00006 0.471 Valid Di atas 0,30

VAR00007 0.598 Valid Di atas 0,30

VAR00008 0.738 Valid Di atas 0,30

VAR00009 0.684 Valid Di atas 0,30

VAR00010 0.248 Tidak Valid Di bawah 0,30

VAR00011 0.647 Valid Di atas 0,30

VAR00012 0.666 Valid Di atas 0,30

VAR00013 0.429 Valid Di atas 0,30

VAR00014 0.558 Valid Di atas 0,30

VAR00015 0.314 Valid Di atas 0,30

VAR00016 -0.021 Tidak Valid Di bawah 0,30

VAR00017 0.467 Valid Di atas 0,30

VAR00018 0.579 Valid Di atas 0,30

VAR00019 0.364 Valid Di atas 0,30

VAR00020 0.212 Tidak Valid Di bawah 0,30

VAR00021 0.484 Valid Di atas 0,30

VAR00022 0.388 Valid Di atas 0,30

VAR00023 0.561 Valid Di atas 0,30

VAR00024 0.364 Valid Di atas 0,30

VAR00025 0.632 Valid Di atas 0,30

VAR00026 0.5 Valid Di atas 0,30


(5)

VAR00028 0.39 Valid Di atas 0,30 VAR00029 0.11 Tidak Valid Di bawah 0,30

VAR00030 0.428 Valid Di atas 0,30

VAR00031 0.569 Valid Di atas 0,30

VAR00032 0.186 Tidak Valid Di bawah 0,30

VAR00033 0.482 Valid Di atas 0,30

VAR00034 0.458 Valid Di atas 0,30

VAR00035 0.537 Valid Di atas 0,30

VAR00036 0.721 Valid Di atas 0,30

VAR00037 0.286 Tidak Valid Di bawah 0,30 VAR00038 0.249 Tidak Valid Di bawah 0,30

VAR00039 0.607 Valid Di atas 0,30


(6)