Klasifikasi LANDASAN TEORI .1 Pengertian Kusta

20 c. Adanya cacat deformitas. d. Luka ulkus yang tidak mau sembuh. Tanda-tanda tersebut merupakan tanda-tanda tersangka kusta, jangan digunakan sebagai dasar diagnosis penyakit kusta. Jika diagnosis kusta belum dapat ditegakkan, tindakan yang dapat dilakukan adalah: 1. Pikirkan kemungkinan penyakit kulit lain seperti panu, kurap, kudis, frambusia. 2. Jika tidak ditemukan adanya mati rasa yang jelas maupun penebalan saraf namun ada tanda-tanda mencurigakan seperti nodul, pembengkakan pada wajah atau cuping telinga, atau infiltrasi pada kulit, perlu dilakukan pemeriksaan apusan kulit skin smear. 3. Tunggu 3-6 bulan dan periksa kembali adanya mati rasa, jika lesi kulit tersebut benar kusta maka dalam periode tersebut mati rasa harusnya menjadi jelas dan kita dapat memulai MDT. Jika masih meragukan suspek perlu dirujuk. Pewarnaan dan pemeriksaan dapat dilakukan di Puskesmas yang memiliki tenaga serta fasilitas untuk pemeriksaan BTA Depkes RI, 2007: 38.

2.1.7 Klasifikasi

Setelah seseorang didiagnosis menderita kusta, maka tahap selanjutnya harus ditetapkan tipe atau klasifikasinya. 1. Dasar klasifikasi Penyakit kusta dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal yaitu: 21 a. Manifestasi klinis, yaitu jumlah lesi kulit, jumlah saraf yang terganggu. b. Hasil pemeriksaan bakteriologis, yaitu skin smear basil tahan asam BTA positif atau negatif. Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan bila diagnosis meragukan. 2. Tujuan Klasifikasitipe penyakit kusta penting untuk menentukan: a. Jenis dan lamanya pengobatan penyakit. b. Waktu penderita dinyatakan RFT. c. Perencanaan logistik. 3. Jenis klasifikasi Sebenarnya dikenal banyak jenis klasifikasi penyakit kusta yang cukup menyulitkan, misalnya klasifikasi Madrid, klasifikasi Ridley-Jopling, klasifikasi India dan klasifikasi WHO. Sebagian besar penetuan klasifikasi ini didasarkan pada tingkat kekebalan tubuh kekebalan selular dan jumlah kuman Depkes RI, 2007: 43. Pedoman untuk menentukan klasifikasitipe penyakit kusta menurut WHO adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 KlasifikasiTipe Penyakit Kusta Menurut WHO Tanda Utama PB MB Bercak kusta Jumlah 1 sd 5 Jumlah 5 Penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi gangguan fungsi bisa berupa kurangmati rasa atau kelemahan otot yang dipersarafi Hanya satu saraf Lebih dari satu saraf 22 oleh saraf yang bersangkutan Sediaan apusan BTA negatif BTA positif Sumber : Depkes RI, 2007: 44 Tanda lain yang dapat dipertimbangkan dalam penentuan klasifikasi penyakit kusta adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Klasifikasi Penyakit Kusta Kelainan kulit dan hasil peme riksaan PB MB 1. Bercak makula mati rasa a. Ukuran Kecil dan besar Kecil-kecil b. Distribusi Unilateral atau bilateral asimetris Bilateral simetris c. Konsistensi Kering dan kasar Halus, berkilat d. Batas Tegas Kurang tegas e. kehilangan rasa pada bercak Selalu ada dan jelas Biasanya tidak jelas, jika ada, terjadi pada yang sudah lanjut. f. Kehilangan kemampuan berkeringat, rambut rontok pada bercak Selalu ada dan jelas Biasanya tidak jelas, jika ada, terjadi pada yang sudah lanjut 2. Infiltrat a. Kulit Tidak ada Ada, kadang-kadang tidak ada b. Membrana mukosa hidung tersumbat, perdarahan di hidung Tidak pernah ada Ada, kadang-kadang tidak ada c. Ciri-ciri Central heading penyembuhan di tengah  Punched out lesion lesi bentuk seperti 23 donat  Madarosis  Ginekomasti  Hidung pelana  Suara sengau 4. Nodulus Tidak ada Kadang-kadang ada 5. Deformitas Terjadi dini Biasanya simetris, terjadi terlambat Sumber: Depkes RI, 2007: 44 2.1.8 Pemeriksaan Klinis 2.1.8.1 Pemeriksaan

Dokumen yang terkait

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KUSTA (Studi Kasus Di Wilayah Kerja Puskesmas Kunduran Blora Tahun 2012)

0 13 139

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Chikungunya Di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Kabupaten Karanganyar.

0 2 17

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUNAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kusta Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabunan Kabupaten Pemalang.

0 1 16

PENDAHULUAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kusta Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabunan Kabupaten Pemalang.

1 3 5

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUNAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kusta Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabunan Kabupaten Pemalang.

0 1 14

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ANDALAS TAHUN 2013.

0 6 8

FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KATARAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAPAI TAHUN 2012.

0 5 12

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2011.

0 0 14

Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Skabies di Wilayah Kerja Puskesmas Mojosongo Kabupaten Boyolali.

0 1 1

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAPITA KABUPATEN JENEPONTO SKRIPSI

0 2 168