13 M. leprae secara morfologik, berbentuk pleomorf lurus, batang panjang,
sisi paralel dengan kedua ujung bulat, ukuran 0,3-0,5 x 1-8 mikron. Basil ini berbentuk batang gram positif, tidak bergerak dan tidak berspora, dapat tersebar
atau dalam berbagai ukuran bentuk kelompok, termasuk masa ireguler besar yang disebut sebagai globi. Pengamatan menggunakan mikroskop elektron, tampak, M.
leprae mempunyai dinding yang terdiri dari 2 lapisan, yakni lapisan peptidoglikan padat pada bagian dalam dan lapisan transparan lipopolisakarida dan kompleks
protein- lipopolisakarida pada bagian luar. Dinding polisakarida ini adalah suatu arabino-galaktan yang diesterifikasi oleh asam mikolik dengan ketebalan 20 nm.
Tampaknya peptidoglikan ini mempunyai sifat spesifik pada M. lepra, yaitu adanya asam amino glisin, sedangkan pada bakteri lain mengandung alanin
Marwali Harahap, 2000: 261.
2.1.3 Cara Penularan
Hanya manusia satu-satunya sampai saat ini yang dianggap sebagai sumber penularan, walaupun kuman kusta dapat hidup pada armadilo, simpanse
dan pada telapak kaki tikus yang tidak mempunyai kelenjar thymus. Mukosa hidung telah lama dikenal sebagai sumber dari kuman. Suatu kerokan hidung dari
penderita tipe lepromatous yang tidak diobati menunjukkan jumlah kuman sebesar 10-10. Telah terbukti bahwa saluran nafas bagian atas dari penderita tipe
lepromatous merupakan sumber kuman yang terpenting di dalam lingkungan Depkes RI, 2007: 9.
14 Kuman kusta mempunyai masa inkubasi selama 2-5 tahun, akan tetapi
dapat juga bertahun-tahun. Penularan terjadi apabila M. leprae yang utuh hidup keluar dari tubuh penderita dan masuk ke dalam tubuh orang lain. Belum
diketahui secara pasti bagaimana cara penularan penyakit kusta. Secara teoritis penularan ini dapat terjadi dengan cara kontak ya ng lama dengan penderita.
Penderita yang sudah minum obat sesuai regimen WHO tidak menjadi sumber penularan kepada orang lain. Tempat masuk kuman kusta ke dalam tubuh pejamu
sampai saat ini belum dipastikan. Diperkirakan cara masuknya adalah melalui saluran pernafasan bagian atas dan melalui kontak kulit yang tidak utuh. Hanya
sedikit orang yang akan terjangkit kusta setelah kontak dengan penderita, hal ini disebabkan karena adanya imunitas. M. leprae termasuk kuman obligat
intraselular dan sistem kekebalan yang efektif adalah sistem kekebalan seluler Depkes RI, 2007: 9.
Setelah M. leprae masuk ke dalam tubuh, perkembangan penyakit kusta bergantung pada kerentanan seseorang. Respons tubuh setelah masa tunas
dilampaui tergantung pada derajat sistem imunitas selular cellular mediated immune pasien. Kalau sistem imunitas selular tinggi, penyakit berkembang ke
arah tuberkuloid dan bila rendah, berkembang ke arah lepromatosa. M. leprae berpredileksi di daerah-daerah yang relatif lebih dingin, yaitu daerah akral dengan
vaskularisasi yang sedikit Arif Mansjoer, 2000: 66. Derajat penyakit tidak selalu sebanding dengan derajat infeksi karena
respons imun pada tiap pasien berbeda. Gejala klinis lebih sebanding dengan
15 tingkat reaksi selular daripada intensitas infeksi, oleh karena itu penyakit kusta
dapat disebut sebagai penyakit imunologik Arif Mansjoer, 2000: 66.
2.1.4 Epidemiologi