Pendidikan Karakter TINJAUAN PUSTAKA

11 Terdapat 10 nilai dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dirancang oleh Kemendikbud RI. Mulai tahun ajaran 2011, seluruh tingkat pendidikan di Indonesia harus menyisipkan pendidikan karakter tersebut dalam proses pendidikan. Adapun nilai-nilai dalam pendidikan karakter bangsa yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang akan dilakukan, memiliki keberanian untuk melakukan hal yang benar. 2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Bersikap jujur, tidak menipu, tidak main curang, atau tidak mencuri, dapat diandal- kan, apa yang dikatakan membangun reputasi baik, setia pada keluarga, teman, dan negara. 3. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 4. Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. 5. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 12 6. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 7. Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dengan orang lain. Bertindak sesuai aturan, mau bergiliran dan berbagi, berpikiran terbuka, mendengarkan orang lain, tidak mengambil keuntungan dari orang lain, tidak menyalahkan orang lain secara sembarangan, memperlakukan semua orang secara fair. 8. Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. 9. Peduli lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. 10. Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan alam, sosial, dan budaya, negara, dan Tuhan Yang Maha Esa. Melakukan apa yang seharusnya dilakukan, memiliki rencana ke depan, tekun, terus mencoba, selalu melakukan yang terbaik, pengendalian diri, disiplin, berpikir sebelum bertindak-mempertimbangkan konsekuensi, bertanggung jawab 13 terhadap kata-kata, tindakan, dan sikap; memberi contoh yang baik bagi orang lain. Mundilarto 2013: 156 menyatakan, Pengembangan keterampilan hidup soft skills, terutama yang terkait dengan nilai dan moral harus menjadi perhatian bagi semua pihak, terutama pemerintah, sekolah, guru, bahkan orang tua. Siswa perlu dilatih untuk mengembangkan kemampuannya, baik secara intelektual maupun moral da- lam pemecahan masalah-masalah nyata yang ada di lingkungannya. Kegiatan-kegiatan yang melibatkan proses baik intelektual maupun moral mencakup antara lain mengamati, mengukur, memprediksi, mendeskripsi, membuat inferensi, berkreasi, berdisiplin, bekerjasama, menghargai orang lain, dan membangun kepercayaan diri. Elfindri, dkk 2012: 94 menyatakan bahwa, Di dalam skema model karakter yang dibuatnya, elemen yang pertama yaitu spiritual yang merupakan sumber inspirasi sekalius tujuan. Unsur spiritual ini dinyatakan dalam ungkapan religius, yang ditempatkan di bagian tengah, sebagai inti karakter dan mewarnai keseluruhan karakter lainnya. Sehigga dapat kita fahami bahwa pada sistem pembelajaran yang bertujuan untuk menumbuhkan karakter-karakter baik perlu dilandasi dengan unsur religius. Penerapan unsur religius dapat dilakukan secara langsung dalam pembelajaran di kelas maupun secara tidak langsung ketika belajar di lingkungan sekitar. Dalam hal ini seorang guru harus mampu membimbing siswa agar karakter yang diharapkan tercapai dan bisa memunculkan karakter-karakter baik yang lainnya. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter Pusat Kurikulum Kemendikbud sebagai berikut : 1. Berkelanjutan, mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai- nilai karakter merupakan sebuah proses yang tiada berhenti, dimulai dari awal siswa masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan, bahkan setelah tamat dan terjun ke masyarakat. 14 2. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah, serta muatan lokal; mensyaratkan bahwa proses pengembangan nilai-nilai karakter dilakukan melalui setiap mata pelajaran, serta dalam kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler. 3. Nilai tidak diajarkan, tapi dikembangkan dan dilaksanakan, mengandung makna bahwa materi nilai karakter tidak dijadikan pokok bahasan seperti halnya ketika mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur, ataupun fakta dalam mata pelajaran agama, bahasa Indonesia, PKn, IPA, IPS, matematika, pendidikan jasmani dan kesehatan, seni, dan keterampilan, atau mata pelajaran lainnya. Guru tidak perlu mengubah pokok bahasan untuk mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa. Selain itu, guru tidak harus mengembangkan proses belajar, khusus untuk mengembangkan nilai. Suatu hal yang selalu harus diingat bahwa satu aktivitas belajar dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. 4. Proses pendidikan dilakukan siswa secara aktif dan menyenangkan. Prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan nilai karakter dilakukan oleh siswa, bukan oleh guru. Guru menerapkan prinsip tut wuri handayani dalam setiap perilaku yang ditunjukkan siswa. Prinsip ini juga menyatakan bahwa proses pendidikan dilakukan dalam suasana belajar yang me- nimbulkan rasa senang dan tidak indoktrinatif. Diawali dengan perkenalan terhadap pengertian nilai yang dikembangkan, guru menuntun siswa agar aktif. Hal ini dilakukan tanpa guru mengatakan kepada siswa bahwa mereka harus aktif, tapi guru merencanakan belajar yang menyebabkan siswa aktif merumuskan 15 pertanyaan, mencari sumber informasi dan mengumpulkan informasi dari sumber, mengolah informasi yang sudah dimiliki, merekonstruksi fakta, data, atau nilai, menyajikan hasil rekon- struksi atau proses pengembangan nilai, menumbuhkan nilai-nilai budaya dan karakter pada diri mereka melalui berbagai kegiatan belajar yang terjadi di kelas, sekolah, dan tugas-tugas di luar sekolah.

C. Nilai Ketuhanan

Manusia harus senantiasa mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah Subhanahuwata’alla. Nikmat-Nya tidak mampu kita sebutkan satu persatu, karena nikmat-Nya banyak sekali. Kenikmatan yang dapat kita gunakan untuk mengetahui sesuatu sejak kita terlahir di dunia ini adalah telinga untuk mendengar, mata untuk melihat dan hati unutk merasa. Sebagaimana Allah Subhanahuwata’alla telah berfirman dalam Al-Quran surat An- Nahl ayat 78, “ .... Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. Ayat di atas secara dzahir tinjauan secara teks telah menunjukan bahwa pengetahuan yang didapatkan oleh manusia tidak lepas dari peranan Allah Subhanhuwata’alla. Hal ini menunjukan adanya nilai ketuhanan di setiap aktifitas menuntut ilmu pengetahuan. Tanpa telinga, kita tidak bisa mendengarkan penjelasan dari seorang guru. Tanpa mata, kita tidak bisa melihat penjelasan yang ditulis dipapan tulis dan kegiatan praktikum yang dilakukan oleh guru. Tanpa hati, kita tidak bisa meresapi hikmah dari ilmu yang kita pelajari selama ini. Maka, bersyukur k epada Allah Subhanahuwata’alla wajib kita lakukan setiap saat. 16 Nilai adalah harga atau kualitas sesuatu. Nilai ketuhanan bermakna adanya pengakuan dan keyakinan terhadap adanya Allah Subhanahuwata’alla. Adanya nilai ketuhanan pada seseorang, akan menunjukkan identitasnya sebagai orang yang religius, bukan atheis. Pendidikan berkarakter saat ini sedang marak digunakan di Indonesia. Dengan sistem ini, diharapkan melalui pendidikan formal akan dilahirkan anak-anak yang berkarakter dan berakhlak mulia. Dalam pendidikan berkarakter akan ditanamkan nilai-nilai yang dibutuhkan dapat meningkatkan dan menggunakan pengetahuaannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai- nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Pada kurikulum 2013 yang merupakan kurikulum terbaru di Indonesia, tiga target di dalam kurikulum yakni keahlian, pengetahuan dan sikap akan dihubungkan dengan nilai-nilai ketuhanan. Munif dalam Suara Merdeka 17 Mei 2013 menambahkan bahwa, Target kurikulum 2013 itu kan pertama anak itu punya keahlian, kedua anak punya pengetahuan, ketiga anak punya sikap yang baik kepada sesama, nah ketiga hal itu kemudian harus dihubungkan kepada Allah ta’ala, kalau itu benar bukan hanya tulisan tulisan teori tetapi mampu diaplikasikan saya yakin pendidikan di Indonesia akan maju. Siswanto 2008: 88 menyatakan bahwa, pendidikan yang membentuk manusia secara utuh baik lahiriah maupun batiniah membutuhkan sebuah model pendidikan yang mentransformasikan nilai-nilai moral keagamaan dalam setiap aspek sosial dan ekonomi. Hatami dalam Siswanto 2008: 89 menambahkan, Dalam rangka mewujudkan pemeliharaan lingkungan hidup dengan bantuan model pendidikan tersebut, yang pelaksanaannya dapat melalui pendidikan